Sabtu, 02 Juni 2012

PANCASILA ISI JIWA BANGSA IANDONESIA (1)


MEMPERINGATI HARI LAHIRNYA PANCASILA (2012)

BUNG KARNO:
PANCASILA ISI JIWA BANGSA INDONESIA  (I)
Kursus ke-2 Tentang Pancasila Tanggal 16 Juni 1958
di Istana Negara
Saudara-saudara sekalian,

Di dalam kursus saya yang pertama sebagai pendahuluan, saya terangkan kepada Saudara-saudara, bahwa perjuangan rakyat Indonesia untuk menumbangkan imperialisme tidak boleh lain dari pada bersifat mempersatukan segenap tenaga-tenaga revolusioner yang ada di masyarakat kita. Saya jelaskan pada waktu itu sebabnya. Sebabnya ialah bahwa kita berhadapan dengan imperialisme Belanda, yang berlainan sifat daripada misalnya imperialisme Inggris. Manakala imperialisme Inggris adalah terutama sekali satu imperialisme perdagangan -- yang saya maksudkan ialah imperialisme Inggris yang datang di India -- maka imperialisme Belanda yang datang di Indonesia, terutama sekali adalah satu imperialisme daripada finanz-kapitaal. Finanz-kapitaal yaitu kapital yang ditanamkan di sesuatu tempat berupa perusahaan-perusahaan.
oleh karena finanz-kapitaal Belanda ini membutuhkan buruh murah, sewa tanah murah, maka akibat dari finanz-kapitaal di Indonesia ialah pauverisering(1) dari rakyat Indonesia. Dan oleh karena rakyat Indonesia sesudah berjalannya finanz-kapitaal ini berpuluh-puluh tahun menjadi satu rakyat yang di segala lapangan verpauveriseerd.(2) Tadi saya terangkan kepada Saudara-saudara, untuk mencakup begrip "semua rakyat yang verpauveriseerd" ini saya telah mempergunakan istilah Marhaen. Saya ulangi: oleh karena akibat daripada finanz-kapitaal ini ialah bahwa rakyat Indonesia ini di segala lapangan verpauveriseerd menjadi rakyat Marhaen, di segala lapangan -- baik lapangan proletar maupun lapangan yang tidak proletar -- maka untuk menumbangkan imperialisme Belanda
1 Proses kemelaratan (bhs. Belanda). 2 2 Dimelaratkan (bhs. Belanda).




itu kita harus memakai jalan lain daripada misalnya rakyat India memperjuangkan kemerdekaannya. Rakyat India masih memiliki satu nationale bourgeoisie,(3) bahkan pada pertengahan atau bagian kedua dari abad ke-l9, borjuasi nasional India ini hendak naik benar- benar, sehingga nationale bourgeoisie India inilah sebenarnya yang menjadi tenaga motoris dari gerakan rakyat India menentang imperialisme Inggris itu, berwujud gerakan swadesi di lapangan ekonomi dan di lapangan politik gerakan satyagraha.
Kita yang segenap zamanpre – atau pra-imperialis memiliki bibit­bibit nationale bourgeoisie, tetapi yang oleh proses imperialis di segala lapangan verpauveriseerd sehingga menjadi rakyat Marhaen, kita tak dapat menjalankan cara perjuangan sebagai yang dijalankan oleh rakyat India itu. Maka boodschap(4)  kepada kita, ialah memper­satukan segenap tenaga revolusioner yang ada di dalam rakyat Indonesia yang verpauveriseerd itu, baik yang proletar maupun yang bukan proletar. Sehingga boodschap perjuangan kita di Indonesia ialah boodschap persatuan. Hal itu sudah saya terangkan kepada Saudara­saudara pada kursus saya yang pertama. Dan memang dengan menyelenggarakan persatuan dari segenap tenaga revolusioner itulah akhirnya kita pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat mengadakan proklamasi kita dan juga dengan persatuan itu kita dapat memper­tahankan proklamasi itu. Hanya di waktu-waktu yang sekarang ini persatuan itu terganggu sehingga sewajibnya kita berikhtiar lagi untuk memperbaiki lagi keretakan-keretakan di dalam tubuhnya bangsa Indonesia itu.
Mempersatukan segenap tenaga revolusioner -- dan arti perkataan revolusioner pun di dalam kursus yang pertama sudah saya jeiaskan kepada Saudara-saudara. Saya ulangi dengan singkat: untuk bersifat revo1usioner tak perlu dari golongan proletar, tak perlu dari golongan demokrasi formil, tak perlu dari golongan sosialis-sosialis dalam arti yang luas -- revolusioner adalah tiap-tiap orang yang progresif menghantam kepada impe-rialisme. Revolusioner adalah tiap-tiap orang yang hendak mengakhiri kolonialisme dan hendak mengadakan kemerdekaan nasional. Oleh karena itu adalah progresinya sejarah.
3 Bojuasi nasional.
• Pesan, amanat (bhs. Belanda).
114




Tidak perlu seorang proletar, sebab yang bukan proletar bisa juga revolusioner. Sebaliknya ada contoh proletar tidak revolusioner. Tidak perlu demokrasi formil, sebab orang yang tidak berdemokrasi formil bisa revolusioner. Tidak perlu berangan-angan atau dari golongan sosialis dalam arti yang luas, sebab ada yang sosialis tetapi tidak revolusioner. Ada yang bukan sosialis tetapi revolusioner, sosialis dalam arti yang luas. Di dalam kursus saya yang pertama, hal ini telah saya kemukakan kepada Saudara-saudara.
Tapi sosialis -- seperti waktu saya membuat kuliah di Yogyakarta saya terangkan-bahwa perkataan sosialisme saya ambil dalam arti nama kumpulan, verzamelnaam, dari semua aliran-aliran yang menghendaki masyarakat sama-rasa sama-rata. Dus ya sosialis demokrat, ya anarchist, ya komunis, ya utopist socialist, ya religieus socialist. Semuanya saya cakup dengan satu perkataan: sosialis.
Saudara-saudara, konklusi dari kursus saya yang pertama tadi, sudah saya katakan: boodschap yang diberikan sejarah kepada kita ialah persatuan, mempersatukan segenap tenaga. Bukan saja untuk menumbangkan imperialisme, tetapi juga untuk mempertahankan negara yang kita dirikan dan yang hendak ditumbangkan kembali oleh imperialisme itu.
Maka berhubung dengan itulah, timbul pertanyaan kepada segenap rakyat Indonesia, tatkala rakyat Indonesia hendak mengadakan kemerdekaan nasional, apakah negara yang hendak didirikan itu harus diberi satu dasar yang di atas dasar itu segenap rakyat Indonesia dipersatupadukan, apa tidak. Dan jawabnya ialah: ya, perlu dasar yang dernikian itu, dasar pemersatu dari segenap rakyat Indonesia. Sehingga --sebagai Saudara-saudara ketahui -- soal dasar ini menjadi pembicaraan di dalam sidang-sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang bersidang sebelum kita mengadakan proklamasi, jadi pertengahan tahun 1945. Dan di dalam salah satu sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai itulah dianjurkan oleh onder- getekende(5) untuk memakai Pancasila sebagai dasar negara yang akan kita adakan. Dan kemudian Pancasila ini diterima di dalam Jakarta Charter. Kemudian sesudah kita mengadakan proklamasi, diterima oleh sidang dari pemimpin pertama dari negara yang telah kita proklamirkan. 
5 Yang bertanda tangan, maksudnya Bung Kamo.
115



Dasar negara yang kita butuhkan ialah pertama: harus satu dasar yang dapat mempersatukan. Kedua: satu dasar yang memberi arah bagi perikehidupan negara kita itu. Katakanlah dasar statis, di atas mana kita bisa hidup bersatu dan dasar dinamis ke arah mana kita harus berjalan, juga sebagai negara.
Sebab apa yang dinamakan negara, Saudara-saudara? Negara adalah tak lebih dan tak kurang dari satu organisasi, satu organisasi kekuasaan, satu macht-organisatie. Tentang hal negara ini banyak sekali teori-teori apa negara itu. Ada teori yang mengatakan, negara adalah satu hal sudah semestinya terjadi. Zonder maksud ini atau maksud itu, dengan sendirinya sesuatu bangsa mencapai negara. Teori ini di dalam sejarah manusia nyata telah dibantah. Sebab di dalam sejarah manusia sering sekali tampak bangsa-bangsa atau gerombolan-gerombolan manusia yang berjumlah banyak hidup tanpa negara. Ambillah, misalnya, kafilah-kafilah di Sentral Afrika. Mereka itu hidup, mencari makan, membuat perumahan, hidup bersuami isteri, tetapi tiada ikatan yang dinamakan negara.
Ada juga yang berkata bahwa negara adalah penjelmaan dari ide yang luhur sekali. Ya, ini masih harus ditanya, ide itu ide apa. Hegel, misalnya -- salah seorang ahli falsafah yang besar-berkata:
De staat of een staat is de tot werkelijkheid geworden idee.(6) Ya boleh kita terima ini. Tetapi apa yang dinamakan ide -- de tot werkelijkheid geworden idee -- ide yang terjelma? lni masih diminta jawaban lagi apa yang dinamakan ide Hegel.
Saya sendiri berpendirian bahwa negara itu tak lain tak bukan ialah sebenarnya satu organisasi. Dan tegasnya, satu organisasi kekuasaan. Satu machts-organisatie. Kita bisa mengadakan organisasi partai. Dan partai itu dipimpin oleh segolongan manusia yang dinamakan dewan pimpinan. Demikian pula kita bisa mengadakan organisasi dari seluruh manusia di dalam lingkungan bangsa yang bernama negara. Dan negara ini dipimpin oleh segolongan manusia yang dinamakan pemerintah. Pada hakekatnya tiada per-bedaan antara dua hal ini. Partai dengan ia punya dewan pimpinan, negara dengan ia punya pemerintah. 
6 Negara atau sebuah negara adalah ide yang terjelma.
116


Pada hakekatnya partai mempunyai statuten(7), negara memakai Undang-Undang Dasar. Partai mempunyai peraturan-peraturan rumah tangga, negara mempu-nyai organieke wetten, hukum-hukum organik. Pada hakekatnya --basically, kata orang Inggris -- tidak ada perbedaan di antara dua ini.
Keterangan Karl Marx lebih lanjut lagi dari ini. Negara adalah satu organisasi kekuasaan --kata Karl Marx - -macht-organisatie. Bahkan satu macht-organisatie dari sesuatu kelas untuk mempertahankan dirinya terhadap lain kelas. Karl Marx berkata, bahwa di dalam sejarah dunia ini selalu ada dua kelas yang bertentangan satu sama lain. Di dalam sejarah manusia, selalu ada dua kelas yang bertentangan satu sama lain. Ada kelas feodal yang bertentangan dengan kelas horigen,(8)  yaitu rakyat jelata yang ditindas oleh feodalisme itu. Sekarang ada kelas kapitalis dan kelas proletar. Selalu ada dua kelas. Maka -- kata Marx -- negara adalah satu machts-organisatie di dalam tangannya salah satu kelas ini untuk menindas kelas yang lain. Di dalam zaman feodal negara adalah satu machts-organisatie di dalam tangannya kaum bangsawan untuk menindas kaum horigen. Di dalam zaman kapitalisme negara adalah machts-organisatie di dalam tangannya kaum kapitalis untuk menindas kaum proletar. Ditindas, artinya untuk menjalankan sesuatu yang cocok dengan kepentingan kelas kapitalis ini, tetapi tidak cocok dengan kepentingan kaum proletar.
Teori ini ditarik terus oleh Marx. Jikalau nanti ada revolusi, kapitalis ini dengan alat kekuasaannya yang bernama negara, bertentangan dengan kaum proletar. Karena mereka itu mengorganisasikan dirinya-dengan semboyannya, "Proletaries aller landen, verenigt U"(9) --mengorganisasikan dirinya, akhirnya dapat merebut negara atau alat kekuasaan yang tadinya di dalam tangan kaum kapitalis ini. Jikalau revolusi demikian itu telah terjadi, maka alat kekuasaan yang tadinya di dalam tangan kaum kapitalis­ yaitu negara -- terebut oleh kelas proletar dan kelas proletarlah yang memegang alat kekuaan yang dinamakan negara ini.
7 Anggaran dasar (bhs. Belanda).
8 Berasal dari horige (hhs. Belanda), yang berarti orang yang tidak bebas. 9 9 9 9Kaum proletar dari seluruh dunia, bersatulah!
117

         Sesudah sesuatu revolusi sosial ini terjadi, alat kekuasaan yang dinamakan negara jatuh di dalam negara kaum proletar. Maka berhubung dengan itulah apa yang dinamakan diktatur-proletariat berjalan dan bukan berjalan secara insidentil, tetapi berjalan secara historis, sebab negara adalah pada hakekatnya alat kekuasaan di dalam tangan sesuatu kelas. Tadi di dalam tangan kaum kapitalis, sesudah revolusi proletar, di dalam tangan kaum proletar. Dan alat kekuasaan ini dipergunakan oleh kaum proletar untuk menindas kaum kapitalis. Dus, sifat dari praktik alat kekuasaan yang sekarang ini adalah diktatur proletar.
Nah, saya teruskan uraian mengenai Marx ini. Sesudah demikian bagaimana? Sesudah dernikian, kelas kapitalis ini karena dialatkuasai oleh diktatur proletar ini, makin lama makin lemah, makin lama makin surut, akhirnya hilanglah kelas yang dinamakan kelas kapitalis. Tinggal kelas proletar itu. Dan oleh karena tinggal hanya satu kelas, sebenarnya sudah tidak ada kelas lagi. Orang bisa bicara tentang kelas jikalau masih ada perbedaan. Kelas I, kelas II, kelas III, kelas VIII, kelas IX, karena ada perbedaan. Kalau tinggal cuma satu, itu bukan kelas lagi. Nah, kalau tinggal proletar saja -- rakyat jelata saja, tidak ada kelas kapitalisnya -­itulah oleh Marx yang dinamakan satu masyarakat tanpa kelas, satu klasseloze maatschappij. Manusianya tetap ada, bahkan berkembang ­biak banyak. Tetapi masyarakat itu tidak mempunyai kelas, klasseloos. Dan oleh karena klasseloos, maka masyarakat itu menjadi staat-loos, l0  sebab --- saya ulangi lagi -- menurut teori Karl Marx, negara adalah machts-organisatie di dalam tangan sesuatu kelas.
Jikalau kelas itu juga tidak ada, maka negara sebagai machts­organisatie tidak ada lagi. Maka menjadi satu masyarakat yang staatloos. Ini saya beri tahu kepada Saudara-saudara, agar supaya Saudara-saudara mengerti istilah-istilah di dalam ilmu Marxisme: klasseloze maatschappij dan staatloze maatschappij. Dus tidak ada lagi sesuatu golongan yang harus di-onderdruk, yang harus ditindas. Kalau ada dua kelas, ada satu golongan yang berkuasa dan satu golongan yang harus ditindas. Kalau sudah staatloos dan klasseloos, tidak ada lagi golongan yang harus ditindas. Fungsi negara hilang.
10 Tanpa negara (bhs. Belanda).
118


Fungsi negara sebagai alat kekuasaan hilang. Yang tinggal ialah fungsi administratif dari manusia-manusia. Ada fungsi opseter, ada fungsi insinyur, ada fungsi guru dan lain-Iain sebagainya, tetapi fungsi negara sebagai machts-oganisatie, tidak ada lagi.
Saya beri penjelasan kepada Saudara-saudara tentang hal ini untuk mengerti, bahwa tatkala kita concipieren(11) membentuk negara kita, kita harus mengerti bahwa negara itu adalah suatu hal yang dinamis. Kalau Marx berkata: ini adalah alat kekuasaan, maka tadi saya berkata: kita dalam mengadakan negara itu harus dapat meletakkan negara itu atas suatu meja yang statis -- yang dapat mempersatukan segenap elemen di dalam bangsa itu -- tetapi juga harus mempunyai tuntutan dinamis, ke arah mana kita gerakkan rakyat, bangsa dan negara ini.
Saya beri uraian itu tadi agar Saudara-saudara mengerti bahwa bagi Republik Indonesia, kita memerlukan satu dasar yang bisa menjadi dasar statis dan yang bisa menjadi Leitstar dinamis. Leitstar; bintang pimpinan.
Nah, ini yang menjadi pertimbangan dari pemimpin-pemimpin kita dalam tahun 1945 -- dan sebagai tadi saya katakan-sesudah bicara-bicara, akhirnya pada satu hari saya mengusulkan Pancasila, dan Pancasila itu diterima masuk dalam Jakarta Charter, masuk dalam sidang pertama sesudah proklamasi. Jadi kalau Saudara ingin mengerti Pancasila, lebih dulu harus mengerti ini: meja statis, Leitstar dinamis.
Kecuali itu kita sekarang lantas masuk kepada persoalan elemen­elemen apa yang harus dimasukkan di dalam meja statis atau Leitstar dinamis ini. Kenapa Pancasila? Mungkin Dasasila, atau Catursila, atau Trisila atau Saptasila. Kenapa justru lima ini? Bukan kok lima jumlahnya, tetapi justru Ketuhanan Yang Maha Esa, Kebangsaan, Perikemanusiaan, Kedaulatan Rakyat dan Keadilan Sosial. Kenapa tidak tambah lagi, atau dikurangi lagi beberapa. Kenapa justru kok lima macam ini.
11 Merencanakan (bhs. Belanda).
119

(Arsip – K.Prawira: BUNG KARNO “PANCASILA ISI JIWA BANGSA INDONESIA”, PANCASILA BUNG KARNO, Paksi Bhineka Tunggal Ika, 2005, hal. 113-119)
DISIARKAN ULANG: MD Kartaprawira, Nederland 06 Juni 2009
Disiarkan ulang oleh INDONESIA BERJUANG, 01 Juni 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar