tag:blogger.com,1999:blog-84101155497032769992024-03-09T18:46:20.420-08:00INDONESIA BERJUANGDEMI REALISASI PANCASILA, UUD 1945 DAN TRISAKTI DALAM NEGARA KESATUAN R.I.IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.comBlogger174125tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-44283358318832111382014-08-12T02:04:00.000-07:002014-08-12T02:04:03.276-07:00Bung Karno: Saya Anti Komunisto-phobi!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 style="font-family: Arial; font-size: 19px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 0px;">
Bung Karno: Saya Anti Komunisto-phobi!</h1>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
<b>Selasa, 12 Agustus 2014 | 12:09 WIB <span class="dsq-postid" rel="30803 http://www.berdikarionline.com/?p=30803">0 Komentar</span> | 346 Views</b></div>
<iframe frameborder="0" height="25px" id="websites_iframe" scrolling="no" src="http://www.linksalpha.com/social?link=http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20140812/bung-karno-saya-anti-komunisto-phobi.html" style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;" width="320px"></iframe><span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;"> </span><img alt="Bung Karno-32.jpg" class="attachment-large wp-post-image" height="272" src="http://cdn.berdikarionline.com/2014/08/Bung-Karno-32.jpg-464x272.jpg" style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;" title="" width="464" /><span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;"></span><br />
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
<big><strong>Hantu komunisme kembali dibangunkan. Kali ini, di ajang Pemilu Presiden (Pilpres) tahun 2014, hantu komunisme dipakai untuk menakut-nakuti para pemilih agar tidak memilih Calon Presiden (capres) tertentu.</strong></big></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Komunisme memang pernah ditumpas habis di Indonesia. Tepatnya di tahun 1965 hingga 1970-an. Orang-orang komunis, juga mereka yang dicap ‘komunis’, menjadi sasaran pembantaian. Organisasi komunis dilarang. Ideologinya pun tidak beri ruang hidup. Alhasil, sejak tahun 1970 hingga sekarang, komunisme sudah ibarat “hantu”.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Namun demikian, hantu komunis tak kalah menakutkan. Penguasa Orde Baru selalu mewanti-wanti adanya ‘bahaya laten komunisme’. Setiap bentuk oposisi terhadap rezim Orde Baru bisa segera dicap sebagai ‘komunisme gaya baru’ dan sejenisnya. Belum lagi, narasi tentang komunisme terus dirawat dalam ingatan massa: tidak bertuhan, tidak bermoral, menghalalkan segala macam cara, tukang fitnah, dan lain-lain. Begitulah rezim Orde Baru merawat ketakutan atau <em>phobia</em> terhadap komunisme.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Phobia terhadap komunisme, atau sering disebut komunisto-phobi, bukanlah barang baru. Ini sudah muncul sejak jaman pergerakan anti-kolonialisme di tahun 1920-an. Kala itu, untuk mencegah persatuan antara kaum marxis, nasionalis, dan islamis, pihak penguasa kolonial dan cecungutnya menebar phobia terhadap komunisme. Itulah yang memicu keretakan kerjasama antara Sarekat Islam (SI) dengan kaum komunis di tahun 1920-an.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Di tahun 1960, ketika politik Indonesia makin condong ke kiri, terutama setelah pencanangan Manifesto Politik (Manipol) yang menegaskan tentang cita-cita sosialisme Indonesia, penyakit phobia terhadap komunisme makin mewabah. Bung Karno marah besar dan mengutuk keras penyakit komunisto-phobi itu.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
“Segala apa saja yang menuju kepada angan-angan baru dicap”Komunis”. Anti kolonialisme – Komunis. Anti <em>exploitation de l’homme par l’homme </em>- Komunis. Anti feodalisme-Komunis. Anti kompromis – Komunis.Konsekwen revolusioner – Komunis,” kata Bung Karno pada pidatonya tanggal 17 Agustus 1960.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Bung Karno menganggap komunisto-phobi sebagai penyakit mental dan pikiran yang menghambat kemajuan (progressivitas). Mereka yang mengidap penyakit ini cenderung konservatif dan reaksioner dalam soal politik dan ekonomi. Tak hanya itu, kata Soekarno, komunisto-phobia juga merupakan pencerminan dari dari jiwa kapitalis, feodalis, federalis, kompromis, dan blandis (orang yang berpikiran meniru penjajah Belanda). Karena itu, penyakit komunisto-phobi sangatlah bertentangan dengan revolusi.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Mereka yang mengidap penyakit komunisto-phobi sering ‘mengkomuniskan’ setiap langkah-langkah progressif-revolusioner di lapangan ekonomi, politik, dan sosial-budaya. Alhasil, dengan mencap komunis setiap langkah progressif itu, para pengidap komunisto-phobi hendak mempertahankan keadaan lama. Makanya Bung Karno menganggap para pengidap komunisto-phobi ini sebagai pendukung kapitalisme dan feodalisme.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Salah satu isu yang kerap dicap komunistik jaman itu adalah land-reform. Padahal, di mata Bung Karno, land-reform bukanlah <em>trademark</em> kaum komunis, melainkan keharusan objektif untuk memperbaiki struktur penguasaan dan pemanfaatan tanah agar bisa mendatangkan kemakmuran bersama. “Land-reform adalah syarat mutlak untuk mendirikan masyarakat adil dan makmur,” kata Bung Karno di hadapan para anggota Golongan Karya Nasional, di Jakarta, 11 Desember 1965.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Pasca peristiwa G 30 S 1965, phobia terhadap komunisme makin bertiup kencang. Orang-orang PKI dan massa pengikut ormasnya dibantai. Mereka yang dicap ‘komunis’ pasti dijagal. Kampanye anti-komunis pun berhembus kencang.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Bung Karno marah besar. Baginya, kampanye anti-komunis itu justru berpotensi melemahkan Nasakom. Sebab, komunis (Kom) merupakan salah satu pilar dari Nasakom. Kemudian, kampanye anti-komunis juga berpotensi menarik mundur gerak maju revolusi Indonesia. Sebab, salah satu aspek dari revolusi Indonesia adalah cita-cita sosialisme Indonesia, yakni sebuah masyarakat adil dan makmur serta sama-rata dan sama-rasa.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Bung Karno mendefenisikan komunisme sebagai cita-cita sosial yang menghendaki satu masyarakat adil dan makmur tanpa <em>exploitation de I’homme par I’homme</em> (penindasan manusia atas manusia). Dan karena itu, Bung Karno menganggap cita-cita Komunisme tidak bertolak belakang dengan cita-cita Revolusi Indonesia. Komunisme dan Revolusi Indonesia sama-sama memperjuangkan masyarakat sosialistik.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
“Kalau tidak mau pada <em>Kom</em>, bahkan menentang kepada <em>Kom</em>, <em>Kom</em> dalam arti yang tempo hari kukatakan, menghendaki suatu masyarakat adil dan makmur tanpa <em>exploitation de I’homme par I’homme, </em>persama-rasa-sama-rataan politik dan ekonomi, siapa yang tidak demikian, dia tidak berpegang pada azimat Revolusi. Sebab, salah satu azimat Revolusi ini adalah Nasakom,” tegas Soekarno di HUT Perwari, di Jakarta, 17 Desember 1965.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Bung Karno juga menolak menghapus kontribusi PKI dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, seperti juga kaum nasionalis dan agamais, PKI punya kontribusi besar dalam mendatangkan kemerdekaan. Bung Karno bilang, “..kalau ada orang berkata, kom tidak ada jasanya dalam perjuangan kemerdekaan, aku telah berkata pula berulang-ulang, malahan di hadapan partai-partai yang lain, dan aku berkata, barangkali dari semua parpol-parpol, diantara semua parpol-parpol, ya baik dari Nas (Nasionalis) maupun A (agamais), tidak ada yang telah begitu besar korbannya untuk kemerdekaan Indonesia daripada golongan <em>Kom</em> ini, katakanlah PKI, saudara-saudara.”</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Bung Karno juga melabrak mereka yang anti-marxisme. Tanggal 28 Februari 1966, di hadapan peserta Sapta Warsa Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI), Bung Karno terang-terangan mengakui dirinya seorang marxis. “Aku tegaskan dengan tanpa tedeng aling-aling, ya, aku marxis,” kata Bung Karno.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Bung Karno memang seorang marxis. Sejak usia belasan tahun, ketika masih mondok di rumah HOS Tjokroaminoto, ia sudah bersentuhan dengan ajaran marxisme. Ia juga kerap berdiskusi dengan tokoh-tokoh PKI/ISDV, seperti Sneevliet, Semaun, Alimin, dan Musso. Tak hanya itu, pemikiran Soekarno sangat dipengaruhi oleh teori marxisme. Dalam artikel berjudul “<em>Menjadi Pembantu Pemandangan: Soekarno, oleh…Soekarno sendiri</em>”, yang dimuat di koran <em>Pemandangan</em>, 1941, Bung Karno menganggap marxisme sebagai teori yang paling kompeten untuk memecahkan soal sejarah, politik, dan sosial-kemasyarakatan.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Karena itu, ketika MPRS kala itu berusaha meringkus marxisme, Bung Karno marah besar. “Kalau engkau (MPRS) mengambil keputusan melarang Marxisme, Leninisme, Komunisme, saya akan ketawa,” tegasnya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Menurutnya, setiap ajaran atau pemikiran sangat terkait dengan <em>economische verhoudingen</em> (relasi sosial ekonomi). Komunisme, kata dia, akan selalu lahir dan berkembang jika <em>sociaal econimische verhoudingen</em> (keadaan sosial-ekonomi) masih buruk. Karena itu, untuk menghilangkan komunisme, keadaan sosial-ekonomi rakyat harus diperbaiki.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Terkait peristiwa G 30 S/1965, Bung Karno punya sikap yang jelas: yang mesti dilarang adalah kegiatan atau aktivitas politik yang melenceng dan mengancam keselamatan negara, bukan melarang ajarannya. Sebab, ajaran marxisme sangat berguna dalam perjuangan rakyat Indonesia. “Kalau kita marah pada tikus yang menggerogoti kue, kita tangkap tikusnya, bukan membakar rumah,” ujarnya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Selain itu, Bung Karno juga melihat penyakit komunisto-phobi ini sebagai bentuk politik pecah-belah. Terutama untuk mencegah kelanggengan persatuan kaum nasionalis, agamais, dan komunis (Nasakom). Padahal, dalam kerangka menuntaskan revolusi nasional, persatuan tiga kekuatan itu bersifat mutlak.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Konsep Nasakom sendiri bukanlah wangsit dari langit. Bung Karno menjelaskan, konsep nasakom itu punya akar sejarah yang kuat dan tak terbantahkan. Menurutnya, tiga aliran politik itulah, yakni nasionalis, islamis, dan marxis, yang punya andil besar dalam perjuangan anti-kolonial dan merebut kemerdekaan. “Inilah azas-azas yang dipeluk oleh pergerakan-pergerakan rakyat di seluruh Asia. Inilah faham-faham yang menjadi roh-nya pergerakan-pergerakan di Asia itu. Roh-nya pula pergerakan-pergerakan di Indonesia-kita ini,” tulis Soekarno dalam risalahnya yang terkenal, <em>Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme</em><em>, </em>di tahun 1926.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Di lapangan praktek, konsep Nasakom bukannya belum teruji. Di tahun 1918 berdiri front politik bernama <em>Radicale Consentratie</em>. Front ini merangkul organisasi dari tiga spektrum tersebut, yakni Sarekat Islam, Budi Utomo, Insulinde, Pasundan, dan ISDV. Kemudian di tahun 1927, atas inisiatif Bung Karno dari PNI, dibentuk lagi sebuah front politik bernama PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Front ini juga mencakup kaum nasionalis, agamais, dan sosialis.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Kita juga jangan lupa dengan Kongres Pemuda tahun 1928. Kongres yang membulatkan tekad “satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa” tersebut juga digarap bersama oleh pemuda-pemuda dari golongan nasionalis, agamis, dan sosialis. Kemudian, pada tahun 1939, dibentuk front politik luas bernama Gabungan Politik Indonesia (GAPI) untuk menuntut Indonesia berparlemen. Front ini mencakup juga organisasi-organisasi, seperti Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), Parindra, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, Partai Islam Indonesia (PII), dan Persatuan Politik Katolik Indonesia.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Bung Karno juga melabrak mereka yang mengaku Pancasilais tetapi anti terhadap Kom (komunisme). Menurutnya, Pancasila itu sebetulnya tidak anti terhadap kom. Di sini, kom diartikan sebagai sebuah ideologi sosial untuk mendatangkan masyarakat adil dan makmur. Selain itu, kata Bung Karno, sebagai ideologi pemersatu, pancasila merangkul semua ideologi yang sejalan dengan cita-cita revolusi Nasional Indonesia.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Bung Karno juga marah besar terhadap pengikutnya, yakni kaum marhaenis, yang anti-terhadap <em>marxisme</em>. Ia menyebut marhaenis yang anti-marxisme sebagai marhaenis palsu alias gadungan. “..orang yang menamakan dirinya Marhaenis, tetapi tidak menjalankan Marxisme di Indonesia, apakah dia Marhaenis apa tidak? Saya bilang bukan! Orang demikian itu marhaenis gadungan! Saudara-saudara,” kata Bung Karno saat memberi wejangan di Kongres Partindo, di Jakarta, tahun 1961.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
Jadi, dari uraian singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa: pertama, komunisto-phobia adalah penyakit mental dan pikiran yang menentang kemajuan di lapangan politik, ekonomi, dan sosial-budaya; kedua, komunisto-phobia adalah senjata kaum nekolim dan antek-anteknya untuk memecah belah persatuan nasional bangsa Indonesia; dan ketiga, komunisto-phobi adalah pengingkaran terhadap cita-cita Revolusi Indonesia, yakni sosialisme Indonesia.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px;">
<strong>Timur Subangun,</strong> <em>kontributor Berdikari Online</em></div>
<span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 14px; line-height: 23px;"> </span></span><br /><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 14px; line-height: 23px;">Sumber Artikel: </span></span><a href="http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20140812/bung-karno-saya-anti-komunisto-phobi.html#ixzz3ACYKvBLe" style="color: #003399; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px; text-decoration: none;">http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20140812/bung-karno-saya-anti-komunisto-phobi.html#ixzz3ACYKvBLe</a><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 14px; line-height: 23px;"> </span></span><br /><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 14px; line-height: 23px;">Follow us: </span></span><a href="http://ec.tynt.com/b/rw?id=c4NPcCtyyr4P5Sacwqm_6r&u=berdikarionline" style="color: #012261; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px; text-decoration: none;" target="_blank">@berdikarionline on Twitter</a><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 14px; line-height: 23px;"> | </span></span><a href="http://ec.tynt.com/b/rf?id=c4NPcCtyyr4P5Sacwqm_6r&u=berdikarionlinedotcom" style="color: #012261; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 23px; text-decoration: none;" target="_blank">berdikarionlinedotcom on Facebook</a></div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com27tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-68480185278532640492014-07-05T07:46:00.000-07:002014-07-05T07:56:03.694-07:00MAKLUMAT JOKOWI -JK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b><br /></b>
<b>Diunduh dari FB:</b><br />
<div class="clearfix mbs pbs _1_m" style="background-color: white; border: 0px; color: #37404e; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 12.288000106811523px; margin: 0px 0px 15px; padding: 0px; zoom: 1;">
<div class="_3dp _29k" style="display: table-cell; vertical-align: top; width: 10000px;">
<h5 class="_1_s" data-ft="{"tn":"C"}" style="color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 2px 51px 1px 0px; padding: 0px;">
<span class="fcg" style="color: grey;"><span class="fwb"><a data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=1667642678" href="https://www.facebook.com/md.kartaprawira" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;">Md Kartaprawira</a></span> shared <a data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100004824638720" href="https://www.facebook.com/evakusumasundari" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;">Eva Kusuma Sundari</a>'s <a href="https://www.facebook.com/md.kartaprawira/posts/10203162654901710" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;">status</a><span style="font-weight: normal;">.</span></span><span class="fcg" style="color: grey; font-weight: normal;"></span></h5>
<div class="_1_n fsm fwn fcg" style="color: grey; line-height: 15px;">
<a class="uiLinkSubtle" href="https://www.facebook.com/md.kartaprawira/posts/10203162654901710" style="color: #9197a3; cursor: pointer; text-decoration: none;">2 hours ago</a><br />
<div class="uiSelector inlineBlock audienceSelector timelineAudienceSelector audienceSelectorNoTruncate dynamicIconSelector uiSelectorNormal uiSelectorDynamicTooltip" style="display: inline-block; margin-left: 1px; margin-top: -3px; max-width: 200px; vertical-align: top; zoom: 1;">
<div class="uiToggle wrap" style="position: relative;">
<a ajaxify="/ajax/privacy/privacy_menu.php?iconsize=small&oid=10203162654901710" aria-expanded="false" aria-haspopup="1" aria-label="Public" class="uiSelectorButton uiButton uiButtonSuppressed uiButtonNoText" data-hover="tooltip" data-label="" data-length="30" data-oid="10203162654901710" data-tooltip-alignh="center" data-tooltip="Public" href="https://www.facebook.com/IrHJokoWidodo/photos/np.87774731.1667642678/340938706058249/?type=1&notif_t=notify_me#" id="js_7" rel="toggle" role="button" style="-webkit-box-shadow: none; background: none 100% -257px / 854px 406px no-repeat transparent; border: 1px solid transparent; color: #3b5998; cursor: pointer; display: inline-block; font-size: 11px; font-weight: bold; line-height: 13px; max-width: 169px; padding: 2px 20px 2px 8px; text-align: center; text-decoration: none; vertical-align: top; white-space: nowrap;"><i class="mrs defaultIcon customimg img sp_EwAszSDZ-XX sx_d86455" style="background-image: url(https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/yM/r/4PWYRQeh9ZR.png); background-position: -14px -162px; background-repeat: no-repeat; background-size: 36px 498px; display: inline-block; height: 12px; margin-left: -2px; margin-right: 1px; margin-top: 2px; overflow: hidden; vertical-align: top; width: 12px;"></i></a></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<div class="userContentWrapper aboveUnitContent" style="background-color: white; color: #37404e; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 12.288000106811523px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px;">
<div class="_wk" style="font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="userContent"></span></div>
</div>
<div class="_wk _5rny attachmentUnit" style="background-color: white; border-left-color: rgb(211, 215, 220); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: #9197a3; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 0px 0px 12px -9px; padding: 0px 0px 0px 7px;">
<div class="_1x1" style="margin: 15px 0px; padding: 0px;">
<div class="userContentWrapper">
<div class="_wk" style="font-size: 14px;">
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_53b80a96739963d41620516" style="display: inline;">
Pidato Jkw di Konser 2 Jari<br />
<br />
<b>MAKLUMAT JOKOWI JK</b><br />
• Saudara- saudari sekalian, tidak ada yang lebih membanggakan dalam hidup saya selain berdiri di sini dihadapan Anda semua. Anda adalah orang-orang yang selalu bekerja keras, mengorbankan waktu dan tenaga, menyumbangkan pikiran dan gagasan serta semangat untuk mewujudkan jalan kebaikan dan perubahan bagi Indonesia<br />
<br />
• Anda semua adalah pembuat se<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">jarah dan sejarah baru sedang kita buat. Itulah yang menjadi alasan mengapa saya dan pak JK berdiri di sini<br /><br />• Apresiasi kepada semua yang menjaga nilai-nilai keagamaan, di Masjid, di Gereja, di Vihara, di Pura. Serta mereka yang konsisten melestarikan nilai-nilai adat nusantara<br /><br />• Saya dan Pak Jk berdiri di sini bukan karena nafsu untuk berkuasa apalagi dengan menghalalkan segala cara.<br /><br />• Kami berdemokrasi untuk mendengar. Kami datang untuk ikut menyelesaikan masalah, bukan menambah masalah.<br />Kami hadir untuk ikut memberi rasa damai, bukan jadi pemicu konflik.<br /><br />• Saudara-saudari, kita berkumpul untuk membulatkan tekad, menyatukan hati dan bekerja keras sebagai tanggung jawab untuk melakukan perubahan demi kebaikan Indonesia dengan cara-cara bermartabat.<br /><br />• Kita berkumpul di sini sebagai bagian dari demokrasi yang memastikan partisipasi seluruh rakyat untuk menentukan masa depan bangsa, penghormatan pada hak azasi manusia, berjuang untuk keadilan dan memelihara keberagaman serta perdamaian.<br /><br /><br />• Kita menolak segala bentuk intimidasi, kebohongan dan kecurangan yang mencuri hak rakyat untuk menentukan masa depan Indonesia.<br /><br />• Sebarkan kebaikan…! Rakyat tidak perlu percaya pada fitnah dan kebohongan. Kita semua telah dihantam fitnah dan kebohongan, tapi kita tak pernah tumbang karena kita bekerja tulus untuk Republik tercinta.<br /><br />• Kita semua adalah penyala harapan untuk Indonesia. Kekuatan kita adalah pada kerelaan. Anda rela bersatu padu, berdiri tegak, bekerja keras menyuarakan pesan tegas bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk perubahan.<br /><br />• Saya dan Pak JK sekali lagi berterimakasih pada seluruh relawan, pemuka agama, tokoh masyarakat, aktifis, pekerja seni, petani, nelayan, buruh, guru, pegawai negeri , mahasiswa – pelajar, dan seluruh lapisan masyarakat untuk menyatukan tekad mengawal proses pemilu Presiden ini demi tercapainya cita-cita bersama.<br /><br />• Buat generasi muda, adik- adik saya… Kalian pemilik masa depan Indonesia. Ijinkan kakakmu ini mengajak kalian semua untuk ikut menentukan arah Indonesia<br /><br />• Jalan tinggal selangkah lagi. Jaga TPS Anda…!<br /><br />• Saya dan pak Jk berjanji jika Anda memberi kehormatan luar biasa pada kami untuk menjadi Presiden dan wakil Presiden, maka kami akan bekerja keras setiap hari untuk Anda, dan untuk anak-anak Anda.<br /><br /><b>• Salam perdamaian, Salam 2 jari…!</b></span><br />
<b>INDONESIA BERJUANG DAN GERPINDO SERUKAN: PILIH JOKOWI-JK, PASANGAN NO.2 !!!</b></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-66241058589227658332014-06-05T16:35:00.000-07:002014-06-05T16:35:37.522-07:00BUNG KARNO SEBAGAI BAPAK PEMERSATU BANGSA INDONESIA DAN AJARANNYA*) (Oleh MD Kartaprawira)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;">
<b>Untuk memperingati Hari Ultah Bung Karno 06 Juni 2014 kami siarkan kembali pidato MD Kartaprawira pada tahun 2001 dalam pertemuan besar masyarakat Indonesia "Peringatan 100 Tahun Bung Karno" di Diemen (Nederland). Kami berpendapat sebagian besar dari tulisan tersebut masih relevan dewasa ini sebagai bahan kajian sejarah. Terima kasih, Redaksi INDONESIA BERJUANG.</b></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<b>BUNG KARNO SEBAGAI BAPAK PEMERSATU BANGSA INDONESIA<o:p></o:p></b></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<b>DAN AJARANNYA*)<o:p></o:p></b></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<b><span lang="DE">(Oleh MD Kartaprawira)<o:p></o:p></span></b></div>
<br />
<b><span lang="DE" style="font-family: 'Freestyle Script';">PERJUANGAN BUNG KARNO
MEMPERSATUKAN BANGSA<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span></b><br />
Bung Karno sebagai pejuang
pemersatu bangsa, pejuang melawan kolonialisme<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dan imperialisme, proklamator kemerdekaan bangsa Indonesia dan presiden RI<span class="apple-converted-space"> </span><br />
pertama selalu dikenal dan dihormati oleh rakyat Indonesia. Sebab selama<span class="apple-converted-space"> </span><br />
hayatnya Bung Karno telah menyera hkan seluruh tenaga dan fikirannya untuk<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mempersatukan bangsa Indonesia agar menjadi bangsa besar yang hidup dalam<span class="apple-converted-space"> </span><br />
masyarakat berkeadilan dan berkemakmuran - masyarakat adil makmur, yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bebas dari penindasan manusia atas manusia, dan eksploitasi manusia atas<span class="apple-converted-space"> </span><br />
manusia.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p><br />
Semua konsekwensi perjuangan untuk
itu dia hadapi dengan berani, meskipun<span class="apple-converted-space"> </span><br />
harus masuk keluar penjara, menjalani pembuangan dari satu tempat ke<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tempat lain, menghadapi pencaci-makian dari lawan-lawan politiknya,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
pengkhianatan dari kawan-kawan seperjuangann ya, mempertaruhkan kekuasaan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dan jiwanya pada saat kesehatannya yang sudah sangat kritis.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p><br />
Kepeduliannya atas nasib rakyat
Indonesia yang dijajah oleh kolonialisme<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Belanda adalah motor yang menggerakkan jiwa Bung Karno untuk menyerahkan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
seluruh jiwa raganya dalam perjuangan politik tersebut. Maka tidak<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mengherankan kalau garis perjuangan Bung K arno adalah melenyapkan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kolonialisme untuk berdirinya Indonesia Merdeka. <span lang="DE">Bung Karno menyadari<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bahwa perjuangan melawan kolonialisme tidak bisa lepas dengan perjuangan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
melawan kapitalisme. Maka perjuangan Indonesia Merdeka juga tertuju kepada<span class="apple-converted-space"> </span><br />
terbentuknya masyarakat adil makmur (sosialisme Indonesia), yang bebas<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dari eksploitasi manusia atas manusia. Dan akhirnya, perjuangan untuk<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Indonesia Merdeka dan terbentuknya masyarakat adil makmur tidak bisa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tercapai tanpa adanya persatuan seluruh bangsa Indonesia.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Atas
dasar pokok-pokok pikiran tersebut di atas Bung Karno telah berhasil:<span class="apple-converted-space"> </span><br />
1. Menggugah rasa kebangsaan, sehingga bisa membangkitkan kesedaran diri<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bahwa harus bersatu padu untuk melawan penjajahan. Sebagai hasil proses<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kesadaran itulah maka lahir Sumpah Pemuda pada Oktober 1928 yang merupakan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
manifestasi tekad para pemuda untu k mewujudkan bangsa Indonesia bersatu<span class="apple-converted-space"> </span><br />
di bawah semboyan satu bangsa - bangsa Indonesia, satu bahasa - bahasa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Indonesia, dan satu tanah air - tanah air Indonesia. 2. Dengan dukungan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
rakyat, memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Agustus 45, yang diikuti dengan pembentukan UUD 1945, pemerintahan beserta<span class="apple-converted-space"> </span><br />
alat perlengkapan negara lainnya. Indonesia Merdeka inilah yang selalu<span class="apple-converted-space"> </span><br />
ditunggu segera kelahirannya, tanpa menunggu sampai rakyat bisa membaca,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
berbudaya tinggi dsb. 3. Memimpin bangsa untuk mempertahankan negara dari<span class="apple-converted-space"> </span><br />
usaha-usaha come-backnya kolonialisme Belanda yang disertai dengan aksi<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kolonial pertama dan kedua. Bagaimana pun beratnya mempertahankan negara<span class="apple-converted-space"> </span><br />
menghadapi lawan yang persenjataannya jauh melebihi, denga n persatuan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
seluruh kekuatan bangsa perjuangan dapat dimenangkan. 4. Menggagalkan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
politik devide et impera Belanda yang dengan mendirikan negara-negara<span class="apple-converted-space"> </span><br />
boneka bertujuan untuk mengeroyok RI di dalam Republik Indonesia Serikat.<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Tetapi kenyataannya, negara-negara buatan van Mook tersebut satu demi satu<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bergabung dengan RI . Dan akhirnya RIS berubah menjadi NKRI secara<span class="apple-converted-space"> </span><br />
konstitusional. Hal ini membuktikan api persatuan Bung Karno tetap<span class="apple-converted-space"> </span><br />
membakar jiwa rakyat di daerah-daerah tersebut dan gagallah proyek<span class="apple-converted-space"> </span><br />
federalisme van Mook. 5. Dengan tindakan tegas menyelamatkan negara dari<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bahaya separatisme dan gerombolan-gerombolan pembrontak (RMS,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
PRRI-Permesta, Di/TII, Gerombolan Andi Azis dll.) sehingga Indonesia<span class="apple-converted-space"> </span><br />
terhindar dari ancaman disintegrasi yang sangat berbahaya bagi eksistensi<span class="apple-converted-space"> </span><br />
negara Indonesia yang masih muda. 6. Memimpin perjuangan rakyat merebut<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kembali Irian Barat dari cengkeraman kolonialisme Belanda, sehingga<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tercapailah persatuan dan kesatuan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Harus
diakui bahwa perjuangan mempersatukan bangsa yang begitu majemuk<span class="apple-converted-space"> </span><br />
suku bangsanya, etniknya, agamanya, tingkat budayanya, wilayah dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
jumlahnya yang begitu besar, dan dilakukan dalam keadaan yang serba<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kekurangan adalah kesuksesan yang maha besar. Sua tu bukti persatuan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bangsa dapat memenangkan segala macam perjuangan.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<br />
<b><span lang="DE" style="font-family: 'Freestyle Script';">SUMBER IDE PERSATUAN BUNG
KARNO<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span></b><br />
<span lang="DE">Seluruh
kiprah perjuangan Bung Karno yang telah berhasil mempersatukan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bangsa Indonesia melawan kolonialisme Belanda, mendirikan Negara Republik<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Indonesia (bahkan menggalang solidaritas internasional melawan nekolim),<span class="apple-converted-space"> </span><br />
adalah buah ide dan gagasan cemerlang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
yang dilahirkannya sejak masa mudanya.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Suatu
ide politik tidak akan lepas dari suatu situasi di mana penggagas<span class="apple-converted-space"> </span><br />
berpijak. Ide Bung Karno lahir di mana bangsa Indonesia dalam keadaan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
nestapa karena penjajahan kolonialisme Belanda dan eksploitasi sistem<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kapitalisme. Maka tidak mengherankan kalau benang merah ide dan ajaran<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Bung Karno adalah persatuan bangsa Indonesia untuk mengubah kenestapaan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
rakyat menuju masyarakat adil dan makmur yang bebas dari eksploitasi<span class="apple-converted-space"> </span><br />
manusia atas manusia. Jelas ide persatuan tersebut mempunyai tujuan luhur,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bukannya p ersatuan demi persatuan.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">1. Ide
persatuan yang pertama dipublikasikan dalam sebuah artikel<span class="apple-converted-space"> </span><br />
"Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme". Dalam artikel tersebut dengan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
jelas ide persatuan antara tiga golongan itu menjadi intinya. Sebab<span class="apple-converted-space"> </span><br />
masyarakat Indonesia pada dasarnya langsung atau ti dak terlibat dalam<span class="apple-converted-space"> </span><br />
ketiga ideologi tersebut. Dan Kenyataan tersebut tidak bisa dibantah oleh<span class="apple-converted-space"> </span><br />
siapapun. Dalam artikel tersebut,yang ditulis pada tahun 1926 di dalam<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Suluh Indonesia Muda, dan dalam masa gawat-gawatnya perjuangan melawan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kolonialisme Belanda , dengan jelas Bung Karno menganjurkan dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
membuktikan bahwa persatuan antara masyarakat penganut Nasionalisme,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Islamisme dan Marxisme bisa terjadi.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">2. Ide
persatuan tercermin juga dalam ajaran Marhaenisme. Dalam<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Marhaenisme ini tercermin ide persatuan kekuatan akar bawah, sebab<span class="apple-converted-space"> </span><br />
persatuan di sini terutama diarahkan kepada kaum: proletar, tani dan kaum<span class="apple-converted-space"> </span><br />
melarat lainnya. Mereka inilah yang oleh Bung Karn o disebut kaum marhaen.<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Untuk merekalah perjuangan terbentuknya masyarakat adil dan makmur dengan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
memegang panji-panji sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">3. Ide
Persatuan tercermin dalam Pancasila, yang dilahirkan oleh Bung<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Karno pada 1 Juni 1945 di dalam pidatonya di dalam sidang Badan Penyelidik<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dengan jelas sekali<span class="apple-converted-space"> </span><br />
ajaran persatuan nasional, persatuan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bangsa Indonesia ini dituangkan dalam pidato tersebut. Anggota BPUPKI<span class="apple-converted-space"> </span><br />
yang terdiri dari bermacam-macam golongan ternyata bisa menerima Pancasila<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia Merdeka. Bung Karno dalam<span class="apple-converted-space"> </span><br />
pidatonya di Universitas Indonesia tahun 19 53 yang berjudul "Negara<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Nasional dan cita-cita Islam" melukiskan bagaimana susah payahnya<span class="apple-converted-space"> </span><br />
menghasilkan kompromi dalam sidang BPUPKI. Sebab kalau tidak menyetujui<span class="apple-converted-space"> </span><br />
adanya Pancasila mungkin Indonesia tidak akan muncul sebagai Indonesia<span class="apple-converted-space"> </span><br />
seperti dewasa ini. </span>Mungkin di wilayah
ex-Hindia Belanda ini yang muncul<span class="apple-converted-space"> </span><br />
adalah negara Indonesia tanpa Minahasa, Bali, Batak Toba, Kep. Maluku,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Timor, Flores dan lain-lainnya. Demikianlah Pancasila yang merupakan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tuangan ide persatuan bangsa, yan! g kemudian dijadikan dasar filsafat<span class="apple-converted-space"> </span><br />
negara RI.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p><br />
<span lang="DE">4. Ide
Persatuan tercermin juga dalam konsep NASAKOM (persatuan unsur<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Nasionalis, Agama dan Komunis). Nasakom ini sesungguhnya penyempurnaan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dari ide yang tertuang dalam artikel "Nasionalisme, Islamisme dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Marxisme". Hanya saja unsur Islam diperluas menjadi unsur Agama(A),<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sehingga di dalamnya persatuan tersebut selain Islam terdapat agama-agama<span class="apple-converted-space"> </span><br />
lainnya (Katolik, Protestan Hindu, Budha). Sedang unsur KOM adalah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
penegasan bahwa dialah yang karena tanpa tedeng aling-aling menonjolkan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
ide Marxisme, diakui sebagai unsur yang mewakili golongan marxisme.<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Dengan demikian NASAKOM merupakan realisasi ide persatuan Bung Karno<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sesuai configurasi peta politik konkrit pada waktu itu.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<b><span lang="DE" style="font-family: 'Freestyle Script';">PANCASILA
SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PEDOMAN PERSATUAN NASIONAL<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span></b><br />
<span lang="DE">Semua
ide Bung Karno tentang persatuan tersebut di atas terkonsentrir di<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dalam Pancasila, yang telah menjadi dasar negara RI. Maka uraian mengenai<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Pancasila akan mendapatkan tempat yang utama.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Situasi
politik di Indonesia yang sangat rawan akan ancaman disintegrasi<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bangsa adalah disebabkan karena akibat kekuasaan rezim orde baru yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
telah menyelewengkan nilai-nilai Pancasila. Maka mengkaji, menghayati dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mengamalkan nilai-nilai Pancasila adal ah salah satu usaha penting untuk<span class="apple-converted-space"> </span><br />
menghidarkan bahaya disintegrasi bangsa dewasa ini. Fakta historis<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tanggal 1 Juni 1945 yang melahirkan Pancasila harus dijadikan titik tolak<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dalam mengkaji dan mengamalkan Pancasila, supaya tidak terjadi penafsiran<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kontroversial tentang hakekat Pancasila yang sebenarnya.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Adalah
sangat penting untuk mengembalikan makna nilai-nilai Pancasila<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sesuai dengan apa yang digagas oleh Bung Karno. Maka dalam mengkaji balik<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Pancasila, pertama-tama harus kita akui bahwa Pancasila itu digali oleh<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Bung Karno, yang tertuang dalam pidaton ya pada tanggal 1 Juni 1945 di<span class="apple-converted-space"> </span><br />
depan sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Sebab dari situ kita akan menemukan inti filsafat Pancasila sebenarnya,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
yang langsung dari penggalinya - Bung Karno.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Mengenai
Pancasila, Bung Karno selalu menyatakan dirinya hanya sebagai<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Penggalinya. Tapi sesungguhnya pernyataan itu hanya sebagai pernyataan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
rendah hati. Yang tepat sesungguhnya Bung Karno tidak hanya sebagai<span class="apple-converted-space"> </span><br />
penggali, tetapi juga penciptanya. 'Menggali'<span class="apple-converted-space"> </span><br />
berarti mengambil sesuatu yang masih merupakan bahan mentah dari<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kandungan bumi. Sedang 'mencipta' berarti mengolah, membuat sedemikian<span class="apple-converted-space"> </span><br />
rupa sehingga bahan-bahan galian yang masih mentah tersebut menjadi<span class="apple-converted-space"> </span><br />
barang-jadi.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Seperti
kita ketahui Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, misalnya, memang digali<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dari bumi Indonesia, dimana rakyatnya telah berabad-abad menganut berbagai<span class="apple-converted-space"> </span><br />
macam agama. Tapi tergalinya fakta tersebut, belumlah cukup untuk<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mengatakan adanya atau terciptanya sila<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan Falsafah Pancasila. Fakta tersebut<span class="apple-converted-space"> </span><br />
masih merupakan bahan galian yang mentah. Sebab fakta adanya<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bermacam-macam agama belum merupakan konsepsi falsafah yang bisa menangkal<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kemungkinan timbulnya bentrokan atau pepera ngan antara<span class="apple-converted-space"> </span><br />
penganut-penganutnya. Bahan galian tersebut baru menjadi salah satu sila<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dari Pancasila setelah diolah oleh Bung Karno menjadi suatu rumusan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
filsafat negara yang berintikan toleransi, saling menghormati dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
persatuan dari para penganut berbaga i-bagai agama untuk bersama-sama<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur. Begitu juga sila Kebangsaan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
(nasionalisme, persatuan Indonesia) adalah hasil godogan Bung Karno dari<span class="apple-converted-space"> </span><br />
rasa kesadaran sukubangsa-sukubangsa yang mendiami wilayah Indonesia<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sebagai kesatuan bangsa Indonesia dengan rasakesadaran menghargai dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
menghormati ma rtabat bangsa lain. Dengan digalinya fakta bahwa di<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kepulauan Indonesia terdapat suku-suku bangsa yang bermacam-macam, belum<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bisa menjamin tidak adanya permusuhan antar-suku. Lebih dari itu<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Nasionalisme dalam filsafat Pancasila adalah Nasionalisme yang be rpadu<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dengan Humanisme, yang oleh Bung Karno disebut sosio-nasionalisme (Ben<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Anderson menamakannya Nasionalisme Kerakyatan). Jadi jelas bukan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
nasionalisme sempit yang menuju kepada sovinisme, seperti yang berkembang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
di Eropah.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Sedang
sila Demokrasi (Musyawarah-mufakat,atau Kerakyatan yang dipimpin<span class="apple-converted-space"> </span><br />
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan) adalah suatu<span class="apple-converted-space"> </span><br />
hasil godogan antara galian yang berwujud musyawarah dan mufakat yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
telah ada berabad-abad dikalangan masya rakat Indonesia dengan falsafah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
yang mengarah kepada tercapainya keadilan dan kemakmuran rakyat bersama.<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Maka demokrasi yang demikian itu bukanlah demokrasi yang menjurus ke<span class="apple-converted-space"> </span><br />
anachisme, yang liberal-liberalan untuk berlomba memupuk kekuasaan dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kekayaan b agi diri sendiri, keluarganya atau kelompoknya, hingga<span class="apple-converted-space"> </span><br />
melupakan kepentingan rakyat. Demokrasi berdasarkan filsafat Pancasila<span class="apple-converted-space"> </span><br />
oleh Bung Karno disebut Sosio-Demokrasi, yaitu Demokrasi yang bersenyawa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dengan tuntutan Sila Keadilan Sosial, yang merupakan dem okrasi di bidang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
politik, ekonomi dan budaya.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Demikianlah
bahan-bahan mentah yang telah digali Bung Karno telah dia<span class="apple-converted-space"> </span><br />
masak dengan 'bumbu-bumbu': toleransi, persatuan dan cita-cita masyarakat<span class="apple-converted-space"> </span><br />
adil makmur sehingga tercipta menjadi Pancasila Dasar Filsafat Negara RI<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dan pedoman untuk perjuangan persatua n nasional. Kita tidak bisa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
memalsukan sejarah Pancasila, yang dilahirkan pada 1 Juni 1945 di depan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Maka<span class="apple-converted-space"> </span><br />
segala tafsiran mengenai Pancasila haruslah bertolak pada sumber aslinya,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kalau t idak mau dikatakan memutar-balikkan sejarah dan hakekat Pancasila.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Selanjutnya
Bung Karno menyatakan Pancasila bisa diperas menjadi Trisila<span class="apple-converted-space"> </span><br />
(Sosio-nasionalisme, Sosio-demokrasi, Ketuhanan YME). Sedang Trisila bisa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
juga diperas menjadi Ekasila - Gotongroyong. Perasan terakhir ini<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mencerminkan inti dari Pancasila, yaitu pe rsatuan seluruh kekuatan bangsa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Indonesia untuk bersama-sama bergotong royong berjuang demi terbentuknya<span class="apple-converted-space"> </span><br />
masyarakat adil dan makmur.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Formulasi
Pancasila seperti yang diucapkan Bung Karno di BPUPKI<span class="apple-converted-space"> </span><br />
diformulasikan di dalam UUD 45 (dan konstitusi RIS, UUDS NKRI 1950) agak<span class="apple-converted-space"> </span><br />
berbeda. Meskipun demikian Pancasila yang tercantum di dalam UUD 45<span class="apple-converted-space"> </span><br />
(Pembukaan) tidak bisa dikatakan bertentangan deng an Pancasila yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
diucapkan Bung Karno pada 1 Juni 1945. </span>Hanya
dua hal yang menurut pendapat<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kami harus mendapatkan perhatian bahwa; 1. Bagaimanapun formulasinya di<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dalam Pembukaan UUD 45, tetaplah Bung Karno sebagai Penggali/Penciptanya.<span class="apple-converted-space"> </span><br />
2. Bagaimanapun formulasinya di dalam Pembukaan UUD 45 haruslah segala<span class="apple-converted-space"> </span><br />
penafsiran dan pengamalannya sesuai dengan yang tersurat dan tersirat di<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dalam pidato Pancasila Bung Karno. Hal ini penting sekali untuk<span class="apple-converted-space"> </span><br />
menghindarkan penyalah gunaan ajaran Pancasila.<span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p><br />
<b><span style="font-family: 'Freestyle Script';">LIKU-LIKU SEJARAH PERJALANAN
PANCASILA<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span></b><br />
Di masa kekuasaan Orde Baru
Pancasila selalu dijadikan label pada kegiatan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dan kebijakannya. Nama Pancasila dicatut untuk menutupi kekuasaan fasis<span class="apple-converted-space"> </span><br />
otoriter yang anti rakyat, anti nasional dan anti demokrasi. Demikianlah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dengan pembubuhan kata Pancasila pa da "Demokrasi" muncullah apa yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dinamakan "Demokrasi Pancasila", dengan mana rezim Orde Baru selama 32<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tahun telah melakukan tindakan-tindakan yang melanggar Pancasila itu<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sendiri, UUD 45, HAM dan keadilan.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p><br />
Di samping itu Orde Baru tidak
hanya menjadikan Pancasila sebagai label<span class="apple-converted-space"> </span><br />
belaka, tapi juga memperalat sedemikian rupa sehingga dengan mudah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
penguasa bisa mencap seseorang yang berbeda politiknya, melanggar atau<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mengkhianati Pancasila. Dan bersamaan dengan itu penguasa menyebarkan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
"momok komunis/komunisme" untuk menakut-nakuti rakyat.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p><br />
Rezim Orde Baru juga melakukan
usaha-usaha untuk menghapus jasa-jasa Bung<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Karno dari sejarah Indonesia dan memanipulasi Pancasila. Misalnya,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
penguasa yang melalui mendikbudnya - Nugroho Notosusanto, berusaha<span class="apple-converted-space"> </span><br />
memalsukan fakta sejarah, dengan pernyataannya bahwa penggali Pancasila<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bukan Bung Karno. Kita belum lupa penghapusan peringatan 1 Juni - Hari<span class="apple-converted-space"> </span><br />
lahirnya Pancasila dan diganti dengan peringatan terbunuhnya para jenderal<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dalam peristiwa G30S dengan nama Hari Kesaktian Pancasila, yang tidak ada<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kaitannya sama sekali dengan Pancasila. Dan sangat menyedihkan bahwa uang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
negara dihambur-hamburkan oleh rezim Orde Baru hanya untuk mengelola suatu<span class="apple-converted-space"> </span><br />
badan yang bernama BP-7 (dbp. Alwi Dahlan), yang nota bene bertujuan agar<span class="apple-converted-space"> </span><br />
"Pancasila" tetap bisa dimanfaatkan sebaga i kendaraan untuk<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mempertahankan kekuasaan Orba.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p><br />
Pada zaman Orde Baru, 5 paket UU
politik dan Dwifungsi ABRI merupakan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
perangkat politik yang jelas-jelas menjegal realisasi sila Demokrasi<span class="apple-converted-space"> </span><br />
(musyawarah-mufakat), sehingga mengakibatkan demokrasi menjadi lumpuh<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tidak berjalan. <span lang="DE">Kekuasaan
totaliter-militerist ik Orde Baru selama 32<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tahun mengakibatkan rakyat dewasa ini harus mulai belajar demokrasi lagi.<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Dan terasa sampai dewasa ini demokrasi hanya dijadikan alat untuk<span class="apple-converted-space"> </span><br />
menang-menangan dalam perebutan kepentingan golongan, sehingga<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mengorbankan kepentingan raky at.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Kesenjangan
sosial warisan Orde Baru sampai sekarang terus ditanggung<span class="apple-converted-space"> </span><br />
rakyat. Kalau kesenjangan sosial ini diumpamakan sebagai rumput kering,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
maka siapa saja yang melempar api kepadanya akan terbakarlah rumput<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tersebut dan terjadilah malapetaka yang tragi s. Api penyulutnya itu bisa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dari perselisihan etnis, agama, politik, dan apa saja. Maka tidak<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mengherankan timbulnya keresahan-keresahan sosial di beberapa daerah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sebagai pencerminan menipisnya nilai-nilai Pancasila di kalangan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
masyarakat.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Dengan
adanya pembakaran gereja-gereja dan tempat ibadah lainnya, telah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
membuktikan tentang adanya bahaya yang mengancam ajaran toleransi<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kehidupan antar-agama yang terkandung dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Dengan adanya bentrokan fisik antara orang- orang Dayak dan orang-orang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Madura di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang mengorbankan banyak<span class="apple-converted-space"> </span><br />
nyawa juga membuktikan adanya bahaya yang mengancam atas ajaran kerukunan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
antar-sukubangsa yang terkandung di dalam Sila Persatuan Indonesia<span class="apple-converted-space"> </span><br />
(Nasionalis me). Ucapan seorang menteri Orde Baru pada 17 Juni 1997 di<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Surabaya bahwa:"Halal darah dan nyawa para 'perusuh'", menunjukkan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bagaimana nilai-nilai Pancasila direalisir oleh Orde Baru.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE" style="font-family: Cambria, serif;">Seandainya saja kue hasil pembangunan itu bisa mengucur
dari atas ke bawah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
- ke rakyat, dari pusat ke daerah, mungkin keresahan sosial sedikit demi<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sedikit bisa diatasi. Tapi sampai sekarang kue pembangunan tersebut hanya<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Padahal untuk membiayai terciptanya<span class="apple-converted-space"> </span><br />
'kue pembangunan' ini telah dikeruk habis-habis kekayaan rakyat (minyak,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
gas, hutan, emas dll.) ditambah dengan hutang luar negeri yang berjumlah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kurang lebih 150 milyar USD. Ada suatu anggapan bahwa kalangan lapi san<span class="apple-converted-space"> </span><br />
atas dengan sengaja berusaha melupakan katakunci 'pemerataan', yang sejak<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dulu (sebelum adanya perestroikanya Gorbacev) telah merupakan tujuan dari<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Sila Keadilan Sosial. Sedang pembangunan yang berwujud gedung-gedung<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tinggi megah, obyek-obyek rekreasi<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mewah, jalan-jalan aspal halus dan sebagainya, bukanlah pembangunan yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
diperlukan bagi kepentingan puluhan juta orang yang hidup disekitar garis<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kemiskinan<o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Juga jalannya sila
Perikemanusiaan (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab)<span class="apple-converted-space"> </span><br />
masih perlu diluruskan. Adalah wajar bahwa setiap perbuatan yang melawan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
hukum harus ditindak sesuai peraturan hukum yang berlaku. Tapi jelas tidak<span class="apple-converted-space"> </span><br />
wajar bahwa didalam negara hukum In donesia telah terjadi pembunuhan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
massal dan penahanan puluhan ribu orang selama bertahun-tahun tanpa proses<span class="apple-converted-space"> </span><br />
hukum, yang sampai sekarang belum ada tanda-tanda penegakan hak azasi yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
terlanggar tersebut. Adalah sukar diterima oleh akal sehat bahwa orang y<span class="apple-converted-space"> </span><br />
ang menjadi korban penyerbuan (di gedung DPP PDI jalan Diponegoro tahun<span class="apple-converted-space"> </span><br />
1996) malah diseret ke pengadilan dan dijatuhi hukuman. Dimana sila<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Kemanusian? Yang Adil dan Beradab? Nol besar, tidak ada kemanusiaan,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tidak ada keadilan, apalagi yang beradab. Ka sus-kasus yang terjadi di<span class="apple-converted-space"> </span><br />
zaman Orde Baru tersebut, sampai sekarang dampaknya masih terasa dan belum<span class="apple-converted-space"> </span><br />
terselesaikan.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
Sejarah Pancasila adalah bagian
dari sejarah Indonesia. Mengenang sejarah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Pancasila mau atau tidak mau kita mengenang Bung Karno juga, yang telah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
berjasa menggali, menciptakan dan menempatkan Pancasila sebagai Dasar<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Filsafat Negara Indonesia. Tidaklah sal ah kalau Pancasila dikatakan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sebagai hasil pemikiran Bung Karno yang genial, yang mengandung<span class="apple-converted-space"> </span><br />
nilai-nilai filsafat tinggi, yang bisa diterapkan tidak hanya di<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Indonesia, tapi juga di negara-negara lain demi kerukunan ummat dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
perdamaian dunia. Adalah sua tu penyelewengan terhadap Pancasila, apabila<span class="apple-converted-space"> </span><br />
penafsirannya tidak berdasarkan Pancasila-asli, seperti yang diucapkan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945. Mengenang Bung Karno adalah mengenang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sejarah perjuangan rakyat Indonesia yang mendambakan kerukunan,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kemerdekaan, perdamaian, keadilan dan kemakmuran.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p><br />
<b><span style="font-family: 'Freestyle Script';">PERSATUAN UNTUK PERJUANGAN
REFORMASI<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span></b><br />
Dalam era reformasi dewasa ini
kiranya perlu dikobarkan lagi ide persatuan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Bung Karno demi suksesnya gerakan reformasi, demi penghancuran sisa-sisa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kekuatan Orde Baru dan sistemnya. <span lang="DE">Hanya dengan demikianlah pengentasan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bangsa dan negara dari kungkungan mu ltikrisis bisa dilaksanakan.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Ini
berarti bahwa para elite politik harus menghentikan perang-tandingnya<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dalam perebutan kedudukan dan kekuasaan, mengarahkan moral intelektualnya<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kepada perbaikan nasib rakyat yang terpuruk dalam kubangan multikrisis<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dewasa ini. Para elit politik harus sadar diri akan perlunya toleransi dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
hidup berdampingan secara damai antar ummat beragama, perlunya kerukunan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kehidupan antar suku-bangsa dan etnik, perlunya kesadaran akan supremasi<span class="apple-converted-space"> </span><br />
hukum, HAM dan Keadilan sosial.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Proses
disintegrasi bangsa dan negara yang sedang berjalan dewasa ini<span class="apple-converted-space"> </span><br />
adalah akibat dari proses pembodohan yang dilakukan oleh Orde Baru, yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mengakibatkan rakyat kehilangan jiwa dan semangat Pancasila, tidak<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mengenal kembali nilai-nilai Pancasila. Sebab Orde Baru sendiri tidak<span class="apple-converted-space"> </span><br />
berkepentingan untuk merealisasi nilai-nilai Pancasila yang sebenarnya,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
seperti apa yang diajarkan Bung Karno dalam pidatonya 1 Juni 1945 di<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sidang BPUPKI. Tapi sebaliknya ajaran Pancasila bahkan diselewengkan dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
ditunggangi untuk kepentingan kelanggengan kekuasaannya.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Dewasa
ini, setelah jatuhnya rezim Suharto, muncullah kepermukaan alam<span class="apple-converted-space"> </span><br />
nyata akibat pembodohan dan diselewengkannya Pancasila: di beberapa daerah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
timbul gerakan separatisme, kerusuhan yang bermuatan isu agama,<span class="apple-converted-space"> </span><br />
pertentangan antara etnik dan lain-lainnya. Hal itu, seperti telah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
diuraikan di atas, menunjukkan hilangnya rasa sebagai satu bangsa, rasa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
toleransi dan saling menghormati dalam kehidupan beragama dan rasa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kerukunan suku-suku bangsa dalam kehidupan bermasyarakat. Sedang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
merebaknya organisasi-organisasi kemiliteran dewasa ini, yang dapat<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dikategorikan sebagai salah satu bentuk pengingkaran nilai-nilai<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Pancasila, jelas hanya menambah eskalasi keresahan di dalam masyarakat<span class="apple-converted-space"> </span><br />
yang telah bosan akan keresahan.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Dalam
era perjuangan untuk reformasi dewasa ini perlu sekali satu point<span class="apple-converted-space"> </span><br />
penting dari Manipol (Manifesto Politik) diperhatikan. Yaitu pemisahan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
antara kawan dan lawan revolusi Indonesia. Tapi sesuai dengan perkembangan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
politik dewasa ini, point tersebut harus diformulasikan sebagai pemisahan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kawan reformasi dan lawan reformasi (atau Pro-Reformasi dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Kontra-Reformasi). Hal ini penting sekali di mana kekuatan orde Baru masih<span class="apple-converted-space"> </span><br />
bertebaran di seluruh lembaga-lembaga negara dan kemasyarakatan. Jangan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
sampai yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kita rangkul adalah lawan reformasi dan sebaliknya kawan malah kita<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tendang. Bagaimana kita bisa mencapai tujuan reformasi, kalau di dalam<span class="apple-converted-space"> </span><br />
barisan reformasi bercokol tokoh-tokoh anti reformasi.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Bahwasanya
Presiden Gus Dur dalam berbagai kesempatan mengangkat Soekarno<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dan ajaran-ajarannya, patutlah mendapatkan acungan jempol. Sebab apa yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dilakukan Gus Dur tersebut merupakan suatu hal yang sangat langka<span class="apple-converted-space"> </span><br />
dilakukan oleh elit-elit politik lainnya.<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Mereka sebaliknya malah selalu menjelek-jelekkan Bung Karno, menyamakan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Soekarno dengan Soeharto. Tapi dalam kaitannya dengan Pidato Perdamaian<span class="apple-converted-space"> </span><br />
yang diucapkan Presiden Gus Dur, di mana diminta agar kita menghilangkan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
istilah orde-orde-an (Orba, Orla), agaknya perdamaian semacam itu dapat<span class="apple-converted-space"> </span><br />
disangsikan kemaslahatannya. Hal itu sama saja mencampur harimau dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kambing dalam satu kandang, setelah penghapusan nama "harimau" dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
"kambing". Akibatnya hanya ketragisan yang akan kita peroleh.
Sebaliknya<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kita seharusnya lebih jeli lagi melihat siapa kawan dan siapa lawan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
reformasi, kita harus lebih giat lagi mengexpose kejahatan-kejahatan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Orba, yang telah mencelakakan Negara dan Bangsa. Menghilangkan kata "Orde<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Baru" (Orba) dalam kamus politik sama saja kita menghapus atau paling<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tidak melupakan kejahatan-kejahatan Orde Baru.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Maka
dari itu dalam perjuangan untuk reformasi kita harus lebih menekankan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
perlunya persatuan bangsa atas dasar prinsip persatuan bangsa seperti yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
tertuang dalam Pancasila ajaran Bung Karno, dengan tanpa melupakan siapa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
kawan dan lawan reformasi.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Dari
uraian di atas jelaslah bahwa ide dan ajaran Bung Karno tentang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
persatuan bangsa sangat relevant sebagai salah satu pedoman untuk<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mengatasi multikrisis di Indonesia dewasa ini.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Dalam
memperingati HUT ke-100 Bung Karno sepantasnyalah kalau kita<span class="apple-converted-space"> </span><br />
mengangkat salut setinggi-tingginya kepada Bung Karno, yang telah berjasa<span class="apple-converted-space"> </span><br />
menanamkan ide persatuan bangsa dan yang dengan konsekwen mempertahankan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
ide tersebut dari masa mudanya hingga akhir hayatnya. Bahkan pencopotan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
jabatan presiden oleh MPR-Orba yang dipimpin jendral A.H.Nasution (dengan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
TAP MPR No.XXXIII/1967) tidaklah menggoyahkan konsistensinya atas ide dan<span class="apple-converted-space"> </span><br />
ajarannya tersebut di atas. Dalam perjuangan reformasi dewasa ini, yang<span class="apple-converted-space"> </span><br />
antara lain berjuang untuk menegakkan keadilan, maka selayaknyalah<span class="apple-converted-space"> </span><br />
gerakan reformasi menuntut pencabutan TAP MPR No.XXXIII/1967, yang tidak<span class="apple-converted-space"> </span><br />
adil dan inkonstitusional, sebagai tanda penghormatan atas jasa-jasa Bung<span class="apple-converted-space"> </span><br />
Karno terhadap bangsa dan negara.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<span lang="DE">Nederland,
Juni 2001<span class="apple-converted-space"> </span><br />
PERINGATAN 100 TAHUN BUNG KARNO<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></span><br />
<br />
<span lang="DE">*) Disampaikan
dalam acara sarasehan pada Peringatan HUT ke-100 BUNG KARNO di
Amsterdam/Diemen, Nederland tanggal 02 Juni 2001.Dimuat dalam buku-tipis „Sukarnoisme
di Eropa“, Jakarta – Pustaka Pena,2001 dan Milis Indonesia-l (Apakabar), 2001.<o:p></o:p></span></div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-49150267561079026952014-06-02T10:46:00.001-07:002014-06-02T10:54:07.101-07:00KEHEBATAN TOKOH SOEKARNO DAN “PEKIK MERDEKA DI LENINGRAD”<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="background: rgb(242, 226, 193); margin: 9pt 0cm 3pt;">
<i><span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;"><b>KEHEBATAN TOKOH SOEKARNO DAN “PEKIK MERDEKA DI LENINGRAD”</b><o:p></o:p></span></i><br />
<span style="font-size: x-small;"><i><span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif;"><b>(</b></span></i><span style="font-family: Georgia, serif;"><b><i>http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2014/06/kehebatan-tokoh-soekarno-dan-pekik.html)</i></b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: rgb(242, 226, 193); margin: 9pt 0cm 3pt;">
<i><span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Oleh: MD Kartaprawira<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background: rgb(242, 226, 193); margin: 9pt 0cm 3pt;">
<i><span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Tulisan terlampir
di bawah “Pekik Merdeka di Leningrad” adalah karya Roso Daras. </span></i><i><span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Artikel tersebut
mengingatkan kembali lembaran sejarah
persahabatan mesra antara rakyat Indonesia dan Uni Soviet di masa bangsa
Indonesia sedang berjuang sekuat tenaga untuk melanjutkan Revolusi Agustus 1945
– melawan kolonialisme demi merebut
kembali Irian Barat dan tegaknya Negara
Kesatuan RI dari Sabang sampai Merauke. Ketokohan Bung Karno telah berhasil
meyakinkan rakyat Uni Soviet bahwa Indonesia adalah sahabat dekat, yang perjuangannya perlu dibantu. Syahdan, menurut Menteri Gromiko (mantan) dalam
biografinya, ketika Bung Karno menceritakan penderitaan dan nasib rakyat Indonesia di bawah kolonialisme Belanda, Perdana Menteri Chruschev
sampai meneteskan air matanya. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background: rgb(242, 226, 193); margin: 9pt 0cm 3pt;">
<i><span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Di Uni
Soviet di mana saja orang Indonesia diterima dengan akrab-bersahabat. Lagu “Nyiur
melambai” (bhs. Rusia) banyak dinyanyikan oleh penduduk. Lagu “Ayo Mama” sangat disenangi oleh muda-mudi, selalu
menjadi lagu penutup dalam pertemuan-pertemuan persahabatan Indonesia-Uni
Soviet, yang diselenggarakan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia, yang dikirim
belajar di berbagai universitas/institut Uni Soviet. Begitu besarnya
solidaritas kepada Indonesia, mereka
kalau ketemu kami (mahasiswa Indonesia) selalu meneriakkan Soekarno. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background: rgb(242, 226, 193); margin: 9pt 0cm 3pt;">
<i><span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Tapi
sayangnya persahabatan tersebut mendapat goncangan akibat pertengkaran dalam tubuh
Gerakan Komunis Internasional antara blok Uni Soviet dan blok Republik Rakyat
Tiongkok (RRT), di mana Partai Komunis Indonesia lebih dekat dengan RRT. </span></i><i><span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Meskipun demikian persenjataan militer untuk perjuangan merebut
Irian Barat terus mengalir tanpa gangguan. Bahkan kapal-kapal selam Uni Soviet
pun berkeliaran di sekitar Irian Barat (penuturan kawan, yang merupakan awak
kapal selam). Demikianlah secarik lembaran sejarah tentang jasa dan kehebatan tokoh Soekarno dalam perjuangan menyatukan Negara Republik Indonesia dan penggalangan solidaritas
internasional melawan NEKOLIM. Den Haag,
01 Juni 2014.<o:p></o:p></span></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: rgb(242, 226, 193); margin: 9pt 0cm 3pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: rgb(242, 226, 193); margin: 9pt 0cm 3pt; text-align: center;">
<b style="background-color: transparent;"><i><span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;"><a href="http://rosodaras.wordpress.com/2014/02/20/pekik-merdeka-di-leningrad/"><span lang="DE" style="color: #5b211a; text-decoration: none;">Pekik Merdeka di Leningrad</span></a></span></i></b><i><span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;"> </span></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: rgb(242, 226, 193); margin: 9pt 0cm 3pt; text-align: center;">
<i><span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">http://rosodaras.wordpress.com/2014/02/20/pekik-merdeka-di-leningrad/</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background: rgb(242, 226, 193); margin: 9pt 0cm 3pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt; line-height: 13.45pt; text-align: left;">Berikut
adalah penggalan kisah perjalanan Bung Karno ke Uni Soviet. Agustus 1956.
Dikisahkan dalam buku “Kunjungan Presiden Republik Indonesia Sukarno ke Soviet
Uni” itu, bahwa pada hari-hari berikutnya, di mana pun Presiden Sukarno beserta
rombongan tampak, maka mereka bergaul dengan rakyat secara ramah-tamah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: #F2E2C1; line-height: 13.45pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Sebaliknya,
begitu masyarakat setempat melihat wakil-wakil Indonesia, spontan menyambut
mereka dengan hangat. Demikianlah tamu-tamu disambut di mana-mana: Di Lapangan
Merah, di Kremlin, di stasiun-stasiun metro, di pabrik pembikin kapal terbang,
dll.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: #F2E2C1; line-height: 13.45pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Presiden
Sukarno mengunjungi Pameran Pertanian dan Pameran Perindustrian Seluruh Uni
Soviet. Di pavilion Uzbektistan dan Georgia, Bung Karno melihat contoh-contoh
kapas dan teh. Di pavilion “industri pembikinan mesin” Bung Karno mencermati
mobil-mobil, bagian bagian alat turbin yangbesar, mesin penggali batu bara dan
bermacam-macam mesin lainnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: #F2E2C1; line-height: 13.45pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Di bagian peternakan
perhatian tamu-tamu tertarik oleh kuda-kuda yang bagus dan cepat serta juga
sapi-sapi yang memberikan susu sebanyak 8 sampai 10 ribu liter setahun. Bukan
hanya itu. Dengan penuh perhatian wakil-wakil Indonesia juga melihat gudang
kesenian Rusia dan Soviet yaitu Galeri Tretyakorskaya, di mana disimpan
beribu-ribu buah ciptaan ahli-ahli seni lukis dan seni rupa negara itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: #F2E2C1; line-height: 13.45pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Dikisahkan
pula tentang beragamnya acara dan destinasi yang Bung Karno kunjungi selama
berkunjung. Selain Moskow, Bung Karno mengunjungi Leningrad, Kazan, ibu kota
republik otonomi Tartar, Swerdlovsk – kota industri terbesar di Ural,
Aktyubinsk—ibu kota salah satu provinsi di Kazakhstan, Tasjkent, Samarkand,
Asjhabad, Baku, Sukhumi, Sotji, Stalingrad. Perjalanan berkeliling negara yang
sangat besar itu, dimulai tanggal 31 Agustus malam waktu utusan-utusan
Indonesia berangkat dari Moskow ke Leningrad dengan naik kereta api.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: #F2E2C1; line-height: 13.45pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">“Saya merasa berbahagia
pada saat ini berada di Leningrad sebab saya tahu bahwa Leningrad adalah pusat
permulaan daripada revolusi bangsa Rusia. Di Leningradlah menyala dan meledak
revolusi Rusia yang telah tekenal di seluruh dunia itu,” demikian berkata
Presiden Sukarno di Stasiun Kereta Api Leningrad.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: #F2E2C1; line-height: 13.45pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Bung
Karno tidak saja berpidato di stasiun. Putra Sang Fajar itu juga berpidato di
muka rapat raksasa kaum buruh, insinyur, ahli teknik dan pegawai di pabrik
pembikinan mesin Leningrad. Sekali lagi, Presiden Sukarno berbicara tentang kota
Leningrad.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: #F2E2C1; line-height: 13.45pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Kata
Bung Karno, “Di Jakarta revolusi Indonesia meledak, di Leningrad revolusi Rusia
meledak. Mengertikah saudara-saudara sekalian apa sebab saya berbahagia berada
di kota Leningrad, apa sebab saya merasa cinta kepadamu, apa sebab saya merasa cinta
kepada segenap rakyat Leningrad? Mengertikah saudara-saudara bahwa sekarang di
antara rakyat Indonesia dan saudara-saudara ada satu hubungan yang tidak dapat
dilenyapkan oleh siapa pun jua.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: #F2E2C1; line-height: 13.45pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Dalam kesempatan itu,
Presiden Sukarno meminta protokol dan rakyat Soviet tidak memanggil “Paduka
Yang Mulia”. Dia minta dipanggil secara sederhana saja, ”Bung Karno” seperti
dia disebut dan dipanggil oleh teman-teman sebangsanya.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: #F2E2C1; line-height: 13.45pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Selanjutnya Bung Karno juga
menceritakan, bahwa orang-orang Indonesia menyambut satu sama lain dengan
memekik kata “Merdeka”. </span><span lang="DE" style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Presiden
menganjurkan semua para hadirin memekik “Merdeka” lima kali bersama. Bung Karno
lantas memekikkan kata Merdeka, spondan beribu-ribu buruh yang hadir di rapat
itu mengulangi kata salam Indonesia itu dengan memekik “Mer-de-ka!” </span><span style="font-family: Georgia, serif; font-size: 12pt;">Bergemuruhlah
pekik merdeka di Leningrad! <i>(roso daras)</i><o:p></o:p></span></div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-5406529615819777262014-05-23T07:56:00.001-07:002014-05-23T07:56:47.042-07:00Jokowi Atasi Inflasi, Perlu Komunikasi Rutin Pusat-Daerah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<header class="ekbis" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 16px; padding-bottom: 20px;"><h2 class="title-cat" style="border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 24px; line-height: 1.4; margin: 0.2em 0px 0px; padding: 10px 0px; text-rendering: optimizelegibility;">
Jokowi Atasi Inflasi, Perlu Komunikasi Rutin Pusat-Daerah</h2>
<span style="border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; box-sizing: border-box; display: block; font-size: 12px; padding: 10px 0px;">23 Mei 2014 | 14:00</span></header><section style="background-color: white; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 16px; margin-bottom: 20px; overflow: auto; padding-bottom: 30px;"><img alt="Xlarge_feb-dpy-ekbis-jokowi-atasi-inflasi-perlu-komunikasi-rutin-antarafotodotcom-_2_" class="aligncenter" src="http://nefosnews.com/uploads/post/image/5242/xlarge_FEB-DPY-ekbis-Jokowi-atasi-inflasi-perlu-komunikasi-rutin-antarafotodotcom-_2_.jpg" style="box-sizing: border-box; display: block; height: auto; margin: 0px auto 15px; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /><div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">NEFOSNEWS, Jakarta - Jokowi ternyata mampu mempesona para menteri. Di depan sejumlah menteri, capres ini bicara tentang penanganan yang dia lakukan terkait inflasi daerah.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">"Pengalaman yang kita lihat di lapangan, hanya masalah komunikasi antara pusat dengan gubernur dan wali kota. Komunikasi ini harus rutin setiap bulan," ujar Jokowi, di hadapan ratusan peserta Rakornas V Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) 2014, di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (21/5/2014).</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Dalam kapasitas Gubernur DKI Jakarta, Jokowi diundang berbicara mengenai ihwal pembangunan, khususnya yang berkait dengan inflasi di daerah. Rakornas dihadiri oleh Gamawan Fauzi (Menteri Dalam Negeri), Chatib Basri (Menteri Keuangan), Chairul Tanjung (Menteri Perekonomian), dan Agus Martowardojo (Gubernur Bank Indonesia).</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Komunikasi, menurut Capres Jokowi, adalah masalah utama di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Komunikasi antar pusat dengan daerah selama ini, dinilai mantan wali kota Solo ini sangat kurang. Sehingga, berimbas pada stabilitas harga di tiap daerah. Padahal jika bisa dilakukan komunikasi rutin sebulan sekali, semua masalah terkait inflasi bisa segera diantisipasi. </span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Jokowi yang kali ini mengenakan batik lengan panjang bercorak cokelat, dengan mantap berbicara di depan podium. Saat dia berbicara tentang pengurangan jumlah impor, banyak peserta rakornas yang berdecak kagum. Terutama ketika Jokowi menyebut Pemrov DKI Jakarta telah bekerja sama dengan Pemrov Sulawesi Selatan, Lampung dan NTT.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">"Kemarin saya main ke Sulsel, ada surplus beras 2,6 juta ton. Detik itu juga, saya tanda tangan dengan Gubernur Sulsel dan berasnya langsung dikirim ke Jakarta. Ketakutan saya, jika tidak distok dari Sulsel, nanti diisi beras impor. Saya ingin mencegahnya. Walaupun saat beras sudah datang, Jakarta masih <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">ngutang</em>. Di Lampung juga buah dan sayur melimpah. Untuk apa kita impor," beber Jokowi, sebagaimana diberitakan <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">metrotvnews.com,</em> pada Rabu (21/5/2014)</span>.</div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Mendengar itu, Gamawan Fauzi tampak serius sambil menopangkan tangan di dagunya. Sementara Chairul Tanjung terlihat mengangguk-angguk sembari tersenyum.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Menanggapi langkah yang telah ditempuh Jokowi dalam kapasitasnya selaku Gubernur DKI Jakarta, Gamawan mengatakan, kerja sama antar daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan itu harus ditiru oleh provinsi dan daerah lainnya.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">"Kerja sama yang dilakukan Pak Jokowi kemarin dengan Pemprov Sulsel bagus sekali. Jakarta kekurangan beras, Sulsel kelebihan beras. Memang harus seperti itu. Satu daerah kekurangan, namun ada satu daerah yang kelebihan. Saling melengkapi," papar Gamawan.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Sementara untuk memudahkan kerjasama antardaerah, lanjut Jokowi, dibutuhkan infrastruktur laut yang memadai. Seperti pembangunan tol laut di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Jokowi mengatakan, pengembangan tol laut antar pulau ini bertujuan agar biaya kirim lebih murah.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">"Harus dibangun biar biaya kirim murah. Masa biaya kirim dari Jawa ke Eropa lebih murah daripada ke Papua? Di Belawan, di Papua, ada <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">deep-sea port</em>. Tiap hari ada kapal besar (yang bisa dimanfaatkan). Saya yakin harga semen di Jawa Rp 50 ribu, (nanti) di Papua juga (bisa) sama. Biar keadilan merata. Kemudian di NTT, 40 ribu sapi bisa sebenarnya sekali angkut. Tapi (kapasitas) kapal kita, cuma 200 (sapi) sekali angkut," tutur Jokowi menjelaskan konsep pembangunan dan pengembangan tol laut.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Pada kesempatan yang sama, Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur, menilai pokok-pokok pemikiran Jokowi ini patut untuk diimplementasikan oleh pemerintah pusat maupun daerah. "Saya setuju dengan pemikiran Pak Jokowi, agar harga di Jawa sama di Papua," katanya. (dpy)</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box;"><em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;"><span style="box-sizing: border-box; color: red;">Caption Foto: Jokowi (antarafoto)</span></em></span></div>
<div class="clear" style="box-sizing: border-box; clear: both; direction: ltr; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
<div class="related-news" style="box-sizing: border-box; direction: ltr; margin: 0px; padding: 0px;">
<h2 style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 24px; line-height: 1.4; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; text-rendering: optimizelegibility;">
Berita Terkait</h2>
<ul style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: inherit; font-size: 1em; line-height: 1.6; list-style-position: outside; margin: 0px; padding: 0px;">
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/peluang-pasangan-jokowi-jk-ini-prediksi-intelijen" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Peluang Pasangan Jokowi-JK, Ini Prediksi Intelijen</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/media-sosial-senjata-ampuh-jokowi-jk-menangkan-pilpres" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Media Sosial, Senjata Ampuh Jokowi-JK Menangkan Pilpres?</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/anies-baswedan-jubir-tim-pemenangan-jokowi-jk-potensi-kebaruan-lebih-besar" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Anies Baswedan Jubir Tim Pemenangan Jokowi-JK, Potensi Kebaruan Lebih Besar</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/yenny-wahid-ayomi-semua-meredam-konflik-di-akar-rumput" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Yenny Wahid Ayomi Semua, Meredam Konflik di Akar Rumput</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/jk-temui-mantan-ketua-umum-pbnu-siap-gerilya-ponpes-di-jatim" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">JK Temui Mantan Ketua Umum PBNU, Siap Gerilya Ponpes di Jatim</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/pilpres-satu-putaran-pemerintah-hemat-rp-3-9-triliun" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Pilpres Satu Putaran, Pemerintah Hemat Rp 3,9 Triliun</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/jalani-tes-kesehatan-hatta-tidur-lebih-cepat-semalam" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Jalani Tes Kesehatan, Hatta Tidur Lebih Cepat Semalam</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/berita-analisa/nawa-cita-vs-agenda-nyata-yang-harus-direalisasikan" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Nawa Cita Vs Agenda Nyata, Yang Harus Direalisasikan</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/sudah-72-tahun-ini-rahasia-sehat-jusuf-kalla" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Sudah 72 Tahun, Ini Rahasia Sehat Jusuf Kalla</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/anies-baswedan-dukung-jokowi-jk-mendorong-orang-baik" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Anies Baswedan Dukung Jokowi-JK, Mendorong Orang Baik</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/baru-sempat-kumpulkan-massa-pkpi-resmi-dukung-jokowi-jk" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Baru Sempat Kumpulkan Massa, PKPI Resmi Dukung Jokowi-JK</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://nefosnews.com/post/pemilu-2014/kujang-pusaka-dari-relawan-jabar-menangkan-kepemimpinan-jokowi" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Kujang Pusaka dari Relawan Jabar, Menangkan Kepemimpinan Jokowi</a></li>
</ul>
</div>
</section></div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-53007365323134573932014-04-07T14:53:00.000-07:002014-04-07T14:53:30.864-07:00Freeport Menang, Kontrak Diperpanjang hingga 2041<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<article id="single-page" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 16px;"><header class="ekbis" style="box-sizing: border-box; padding-bottom: 20px;"><h2 class="title-cat" style="border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 24px; line-height: 1.4; margin: 0.2em 0px 0px; padding: 10px 0px; text-rendering: optimizelegibility;">
Freeport Menang, Kontrak Diperpanjang hingga 2041</h2>
<span style="border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; box-sizing: border-box; display: block; font-size: 12px; padding: 10px 0px;">7 April 2014 | 14:30</span></header><section style="border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; box-sizing: border-box; margin-bottom: 20px; overflow: auto; padding-bottom: 30px;"><img alt="Xlarge_feb-ekbis-freeport-perpanjang-kontrak-ptfidotcodotid" class="aligncenter" src="http://www.nefosnews.com/uploads/post/image/3728/xlarge_FEB-ekbis-freeport-perpanjang-kontrak-ptfidotcodotid.jpg" style="box-sizing: border-box; display: block; height: auto; margin: 0px auto 15px; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /><div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">NEFOSNEWS, Jakarta – Pemerintah akhirnya takluk menghadapi Freeport yang ingin lebih lama lagi berada di Papua. Kontrak karya (KK) perusahaan raksasa tambang asal AS ini diperpanjang 2 kali 10 tahun atau hingga 2041.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">“Para pengusaha ini minta kepastian perpanjangan karena telah membenamkan dana investasi besar. Ini poin titik temu kami,” kata Sukhyar, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), seperti dikutip dari <em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Kontan, </em>Senin (7/4/14).</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Dengan perpanjangan durasi KK tersebut, berarti Freeport menambang di Papua selama 74 tahun. KK pertama PT Freeport Indonesia ditandatangani tahun 1967, tepat begitu Undang-undang Penanaman Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967) diberlakukan oleh Presiden Soeharto sebagai penanda dimulainya Orde Baru.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">KK kedua ditandatangani tahun 1991. Seturut KK kedua ini, masa kerja Freeport akan berakhir pada 2021. Namun menjelang tenggat waktu itu, pemerintah ternyata memperpanjang kembali masa kerjanya hingga 2 x 10 tahun (sampai tahun 2041).</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Perpanjangan KK itu sebenarnya bertentangan dengan UU No 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (minerba). UU ini menyatakan bahwa, KK setiap perusahaan yang habis masa kontraknya tidak akan diperpanjang. Rezim KK akan dihapus, diganti dengan rezim IUPK (izin usaha pertambangan khusus) yang setara dengan pertambangan biasa.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Bobby Rizaldi, anggota Komisi VII DPR RI mengatakan, indikasi perpanjangan KK Freeport sebenarnya sudah terbaca sejak lama. Sebab perlakuan pemerintah terhadap Freeport berbeda dengan Inalum atau Blok Mahakam.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Untuk Inalum dan Blok Mahakam, pemerintah sudah menyiapkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengambil alih keduanya. Namun untuk Freeport, pemerintah seperti tidak tertarik opsi selain memperpanjang KK, tidak menyiapkan BUMN untuk menguasai atau menasionalisasi Freeport. </span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">“DPR harus mengawasi ini, untuk memastikan apakah itu memang opsi yang terbaik bagi rakyat Papua dan Indonesia,” kata Bobby.</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; font-size: 14px;">Selain Freeport, pemerintah juga berencana memperpanjang KK PT Vale Indonesia, perusahaan tambang asal Brasil. KK Vale semestinya habis pada 2025, namun kemudian diperpanjang hingga 2045. (anila)</span></div>
<div style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.4; margin-bottom: 1.25em; padding: 0px; text-align: justify; text-rendering: optimizelegibility;">
<span style="box-sizing: border-box; color: red;"><span style="box-sizing: border-box;"><em style="box-sizing: border-box; line-height: inherit;">Caption foto: Freeport perpanjang kontrak. (ptfi.co.id)</em></span></span></div>
<div class="clear" style="box-sizing: border-box; clear: both; direction: ltr; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
<div class="related-news" style="box-sizing: border-box; direction: ltr; margin: 0px; padding: 0px;">
<h2 style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue Light', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', sans-serif; font-size: 24px; line-height: 1.4; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; text-rendering: optimizelegibility;">
Berita Terkait</h2>
<ul style="box-sizing: border-box; direction: ltr; font-family: inherit; font-size: 1em; line-height: 1.6; list-style-position: outside; margin: 0px; padding: 0px;">
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/pengusaha-lobi-lobi-larangan-ekspor-mineral-mentah-batal" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Pengusaha Lobi-Lobi, Larangan Ekspor Mineral Mentah Batal</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/pp-minerba-direvisi-siapa-diuntungkan" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">PP Minerba Direvisi, Siapa Diuntungkan?</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/berita-analisa/pertamina-cari-untung-rakyat-tambah-buntung" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Pertamina Cari Untung, Rakyat Tambah Buntung</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/bos-freeport-tekan-empat-menteri-beranikah-pemerintah" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Bos Freeport “Tekan” Empat Menteri, Beranikah Pemerintah?</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/bangun-lima-smelter-bisnis-jk-makin-moncer" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Bangun Lima Smelter, Bisnis JK Makin Moncer</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/pembangkangan-freeport-go-ahead-tutup-tambang" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Pembangkangan Freeport, “Go Ahead” Tutup Tambang</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/btn-rawan-jadi-bancakan-pemilu" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">BTN Rawan Jadi Bancakan Pemilu</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/investasi-rp-36-triliun-iran-bangun-kilang-di-ri" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Investasi Rp 36 Triliun, Iran Bangun Kilang di RI</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/buruh-tuntut-upah-naik-30-persen-juga-minta-mesin-cuci" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Buruh Tuntut Upah Naik 30 Persen, Juga Minta Mesin Cuci</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/berhemat-rp-11-triliun-tahun-coca-cola-semakin-hambar" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Berhemat Rp 11 Triliun/Tahun, Coca-Cola Semakin Hambar</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/churchill-menang-selangkah-bagaimana-peluang-ri" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">Churchill Menang Selangkah, Bagaimana Peluang RI?</a></li>
<li style="box-sizing: border-box; direction: ltr; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.nefosnews.com/post/ekbis/kpk-freeport-berpotensi-rugikan-negara-rp-1-9-triliun" style="box-sizing: border-box; color: #f04040; font-size: 14px; line-height: inherit; text-decoration: none;">KPK: Freeport Berpotensi Rugikan Negara Rp 1,9 Triliun</a></li>
</ul>
</div>
</section><footer style="box-sizing: border-box;"><div id="sharethis" style="box-sizing: border-box; direction: ltr; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px;">
<span class="st_sharethis_hcount" displaytext="ShareThis" st_image="http://www.nefosnews.com/uploads/post/image/3728/xlarge_FEB-ekbis-freeport-perpanjang-kontrak-ptfidotcodotid.jpg" style="box-sizing: border-box;"></span><span class="st_fblike_hcount" displaytext="Facebook Like" style="box-sizing: border-box;"></span><span class="st_twitter_hcount" displaytext="Tweet" style="box-sizing: border-box;"></span><span class="st_googleplus_hcount" displaytext="Google +" style="box-sizing: border-box;"></span><span class="st_email_hcount" displaytext="Email" style="box-sizing: border-box;"></span><div class="clear" style="box-sizing: border-box; clear: both; direction: ltr; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
</div>
</footer></article><div class="" id="idc-container-parent" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #222222; direction: ltr; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px;">
<div class="idc" id="idc-container" style="box-sizing: border-box; direction: ltr; float: none; margin: 1.5em 0px; max-width: 800px; min-width: 180px; padding: 0px; width: auto;">
<div class="idc-head" id="IDCommentsHead" style="background-position: 0px 50%; box-sizing: border-box; clear: left; direction: ltr; float: none; font-size: 13px; line-height: 1.3em; margin: 0px; overflow: visible; padding: 0px; position: static; width: auto;">
<div class="idc-right" style="background-position: 0px 50%; box-sizing: border-box; clear: left; direction: ltr; float: right !important; letter-spacing: 0px !important; line-height: 1.3em; margin: 0px; overflow: visible; padding: 0px; position: static; width: auto;">
<div class="idc-share" style="background-position: 0px 50%; box-sizing: border-box; clear: none; color: #444444; direction: ltr; display: inline; float: left; letter-spacing: 0px !important; line-height: 1.3em; margin: 0px; overflow: visible; padding: 0px; position: relative; width: 36px;">
</div>
</div>
<h3 style="background-position: 0px 50%; border: 0px; box-sizing: border-box; clear: none; direction: ltr; font-size: 22px; font-weight: normal; letter-spacing: 0px; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 8px; padding: 0px; position: static; text-rendering: optimizelegibility;">
<span id="idc-commentcount_label" style="box-sizing: border-box; display: inline; letter-spacing: 0px !important; margin: 0px; padding: 0px;">Komentar</span></h3>
<span class="idc-clear" style="box-sizing: border-box; clear: both; display: block; letter-spacing: 0px !important; margin: 0px; padding: 0px;"></span></div>
<div class="idc-comments" id="idc-cover" style="background-position: 0px 50%; box-sizing: border-box; clear: left; direction: ltr; float: none; font-size: 13px; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 1.5em; overflow: visible; padding: 0px; position: static; width: auto;">
<div class="idc-message" id="IDCommentsNoCommentsDiv" style="background-image: url(http://s.intensedebate.com/themes/universal/images/idc-bg-1223.png); background-position: 0px -700px; background-repeat: repeat no-repeat; border-bottom-left-radius: 4px; border-bottom-right-radius: 4px; border-top-left-radius: 4px; border-top-right-radius: 4px; box-sizing: border-box; clear: both; direction: ltr; float: left; letter-spacing: 0px !important; line-height: 1.3em; margin: 0.5em 0px; overflow: visible; padding: 7.1875px 10.796875px; position: static; width: 698.390625px;">
Belum ada komentar <a href="https://www.blogger.com/null" style="background-image: none; border: none !important; box-sizing: border-box; clear: none !important; color: #2ba6cb; display: inline; float: none; letter-spacing: 0px !important; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px !important;">Jadilah yang pertama!</a></div>
</div>
<div class="idc-new" id="IDCommentsNewThreadCover" style="background-position: 0px 50%; box-sizing: border-box; clear: left; direction: ltr; float: none; font-size: 13px; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 1.5em; overflow: visible; padding: 0px; position: static; width: auto;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="respond" style="background-image: none; border: none !important; box-sizing: border-box; clear: none !important; color: #2ba6cb; display: inline; float: none; letter-spacing: 0px !important; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px !important;"></a><h3 style="background-position: 0px 50%; border: 0px; box-sizing: border-box; clear: none; direction: ltr; font-size: 22px; font-weight: normal; letter-spacing: 0px; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 8px; padding: 0px; position: static; text-rendering: optimizelegibility;">
Tulis komentar baru</h3>
<div class="idc-thread" id="IDCThread" style="background-position: 0px 50%; box-sizing: border-box; clear: left; direction: ltr; float: none; letter-spacing: 0px !important; line-height: 1.3em; margin: 0px; overflow: visible; padding: 0px; position: static; width: 720px;">
<div class="idc-c idc-reply idc-anonymous idc-signup" id="IDCommentsNewThread" style="background-position: 0px 50%; box-sizing: border-box; clear: left; direction: ltr; float: none; height: auto; letter-spacing: 0px !important; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 15px; overflow: visible; padding: 0px; position: static; width: 720px;">
<ul class="idc-c-plugins" id="idc-plugin-buttons-new-thread" style="background-position: 0px 50%; border: 0px; box-sizing: border-box; direction: ltr; float: right; font-family: inherit; font-size: 1em; height: 16px; letter-spacing: 0px !important; line-height: 1.6; list-style-position: outside; margin: -20px 0px 0px; padding: 0px;"></ul>
<div class="idc-c-t" style="background-position: 0px 50%; box-sizing: border-box; clear: left; direction: ltr; float: none; letter-spacing: 0px !important; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 2px; overflow: hidden; padding: 0px; position: static; width: auto;">
<form id="IDCommentNewThreadForm1" style="box-sizing: border-box; direction: ltr; letter-spacing: 0px !important; margin: 0px; padding: 0px;">
<div class="idc-c-t-inner" style="background-position: 0px 50%; box-sizing: border-box; clear: left; direction: ltr; float: none; letter-spacing: 0px !important; line-height: 1.3em; margin: 0px; overflow: visible; padding: 0px; position: static; width: auto;">
</div>
</form>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-64759701473008243612014-04-07T04:59:00.000-07:002014-04-07T05:03:25.455-07:00Jokowi Membuat Papua Menangis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="w580 ml_5" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 30px; margin: 0px 0px 0px 5px; padding: 0px; width: 580px;">
Jokowi Membuat Papua Menangis</h1>
<div>
<br /></div>
<span class="left font11 ml_5 cc_gray2" style="background-color: white; color: #6f6f6f; float: left; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; margin-left: 5px;"><span class="c_blue" style="color: #0d8db3;">KOMPASIANA,<a href="http://www.kompasiana.com/posts/type/opinion/" style="color: #0d8db3; text-decoration: none;">OPINI</a></span> | 06 April 2014 | 11:43</span><span class="right font11 mr_5 cc_gray2" style="background-color: white; color: #6f6f6f; float: right; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; margin-right: 5px;"> </span><br />
<div class="clearit" style="background-color: white; clear: both; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
<div class="bl_3 mt_5 mb_20" style="background-color: white; border-top-color: rgb(225, 225, 225); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; margin-bottom: 20px; margin-top: 5px;">
</div>
<div class="bl_3 mt_5 mb_20" style="background-color: white; border-top-color: rgb(225, 225, 225); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; margin-bottom: 20px; margin-top: 5px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; width: 600px;">
<div id="ct_1001" style="width: 600px;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<blockquote style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<img alt="1396755108218466676" class="aligncenter size-full wp-image-330302" src="http://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/04/1396755108218466676.jpg" height="640" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; max-width: 600px;" title="1396755108218466676" width="389" /><br />
<div class="Style1" style="margin-top: 6pt;">
</div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<blockquote style="text-align: justify;">
<div class="Style1" style="margin-top: 6pt;">
“Kita semua tahu bahwa Papua adalah provinsi yang sangat kaya sumber daya alamnya, keindahan panorama baik di darat maupun di laut hingga kebudayaan asli dari sejumlah suku bangsa para pemain bola asal Papua seperti Boaz Salosa, Patrik Wanggai, Ferdinand Pahabol dan Riki Kayame terus berjuang mempertahankan harga din i mereka sebagai bangsa Indonesia di bidang persepakbolaan ketika berhadapan dengan negara lain. Namun ketika konflik di Papua tetjadi, muncul berbagai pernyataan tentang orang Papua seperti: Papua gelap, sumber daya manusia relatif rendah, manusia masih primitif dan miskin, bendera kejora yang sering dinaikan, penembakan misterius, pelanggaran HAM, referendum dan merdeka lepas dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)” (<a href="http://jappy.8k.com/custom4_1.html" target="_blank">Bernarda Meteray, <em>PENGUATAN KEINDONESIAAN DI ANTARA KEPAPUAAN ORANG PAPUA, </em>jappy.8k.com</a>)</div>
</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
Itulah sedikit rekaman dari Orang Papua dari bukan Orang Papua tentang Papua; itu adalah sedikit fakta yang ada, dan hampir-hampir menjadi pandangan umum. Papua, sebagaimana tak seikit wilayah di timur Nusantara, hidup dan kehidupan modern, maju, bersisihan dengan yang tradisional, miskin, dan kepapaan, serta ketidakmajuan. Papua, dan juga Indonesia Timur, lebih banyak menerima janji daripada program pembangunan; kekayaan alamnya lebih banyak dikuras, daripada membangun; orang-orangnya lebih seriang keluar menuju barat, daripada kembali ke kampung halaman. Semuanya itu, terus menerus terjadi, terulang, dan diulangi sejak lama.</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
Kini, 2014, ketika negeri ini mulai ramai dengan pergantian anggota parlemen dan juga (nanti) pergantian Presiden dan Wakil Presiden, Papua bukan menjadi target utama para politisi mendapat suara pemilih, (sama dengan beberapa daerah Indonesia Timur lainnya). Bagi mereka, Papua dengan jumlah <em>penduduknya yang tak seberapa</em>, bukanlah target untuk memperkenalkan diri.</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
Namun beda dengan Joko Widodo, dan juga timnya, mereka tidak melihat Papua sebagai kumpulan atau target suara yang tak seberapa, namun sebagai bagian yang sah dari NKRI. Papu adalah setara dengan daerah lain di NKRI, yang mempunya hak dan kempatan konstitusi serat politik yang sama; Papua juga bukan assesoris dalam perpolitikan Indonesia.</blockquote>
<blockquote style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
Dengan demikian ketika Joko Widodo, yang juga Kandidat Presiden, datang dan ada bersama orang Papua; mereka membawa spanduk, bendera partai, atau hanya kaus partai, bahkan mampu tenang untuk mendengar orasi dari Jokowi.</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
Di lapangan Karang PTC, Jayapura, Jokowi berkata kepada ribuan massa,</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
<div style="padding-left: 30px;">
” … dirinya akan menangani semua masalah di provinsi paling timur di Indonesia itu dengan hati. Saya tidak ingin janji banyak. Saya yakin persoalan Papua akan bisa diselesaikan dengan hati dan kerja nyata, bukan dengan janji-janji. Saya melihat potensi yangg ada disini besar sekali, tapi potensi yang ada harus sebesar-besarnya dipakai untuk kemakmuran masyarkat Papua,”</div>
</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
Dan, menurut info pada pagi ini, yang diriku dapat langsung dari teman-teman di Papua, bahwa tak sedikit orang-orang gunung (desa, pedalaman) yang turun ke tempat Jokowi berada; padahal selama ini, mereka enggan lakukan itu, termasuk pada saat Pilkada I maupun II. Orang-orang gunung yang turun demi melihat Jokowi, bisa tertib, aman, dari awal hingga pulang; mereka puas dengan melihat dan mendengar Jokowi.</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
Sama halnya, ketika Jokowi berada di Pasar Remu Sorong, yang merupakan pasar terbesar di Kota Sorong; kedatangan Jokowi menjadikan aktivitas pasar sempat terhenti, karena pedagang dan pengunjung ingin melihat Jokowi. Jokowi <em>cuma ngopi </em>di salah satu warung kopi, melayani permintaan masyarakat yang hendak berfoto.</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
Reaksi orang-orang Papua di pasar tersebut, tak hanya berfoto dengan Jokowi, namun disaat gembira mereka, tak sedikit mama-mama dan bapak-bapak asal Papua pun menangis terharu; mereka menangis karena, “Tidak pernah ada gubernur Jakarta dan calon presiden yang datang ke pasar ini. Hanya dia, ….” ucap Welly Kambuaya, seorang penjual pinang.</blockquote>
<blockquote style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
Mereka menangis dan mengeluarkan air mata;<br />
bukan air mata kesedihan<br />
bukan air mata duka dan nestapa<br />
bukan air mata kelaparan<br />
Tetapi,<br />
air mata sukacita<br />
air mata kegembiraan<br />
air mata kekaguman<br />
air mata yang bercerita tentang diri yang papa, merana, dan derita<br />
air mata pengharapan; pengharapan masa depan yang lebih baik</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
Ada juga yang berseru “Jokowi ko saja tra ada yang lain. Ko pasti Presiden,” atau “Jokowi kamu saja tidak ada yang lain. Kami pasti Presiden, ….” ; Rugaya penjual makanan, juga berkata, “Orangnya sangat sederhana sekali. Saya kaget dan tidak sangka sekali, … ;” Jimmy Demianus Idjie, “Tak ada pesta penyambutan, namun rakyat menyambutnya dengan bahagia dan senang. Ini bukti ia benar-benar dicintai rakyat, …….”</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
Hal-hal di atas, hanyalah potongan cerita dan berita pada waktu kemarin ketika Jokowi di Papua; cerita dan berita, yang kini menjadi kebanggaan tersendiri pada orang-orang Papua yang sempat kontak fisik dengan Jokowi. Mereka bangga, sehingga bercerita, dan terus bercerita tentang sosok Jokowi; dan cerita mereka sampai ke jauh, melewati batas-batas geografis, hingga tiba pada diriku yang jauh dari Papua.</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal">
Dengan demikian, tak salah jika cukup banyak orang yang menyatakan dan menilai bahwa Jokowi mampu menselaraskan kembali bangsa dan rakyat Indonesia; Jokowi mampu sembuhkan bangsa yang sementara retak karena berbagai pesoalan; serta melakukan perubahan pada banya hal di negeri ini; atau, paling tidak, ada banyak orang Indonesia yang mau berubah, jika Jokowi menjadi Presiden RI.</div>
</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="padding-left: 30px;">
Sehingga, walau belum secara resmi, namu dari hampir semua propinsi di Nusantara, telah ada relawan yang bekerja dalam rangkan sukseskan Joko Widodo sebagai Presiden RI. Ada ratusan ribu atah bahkan jutaan orang yang tanpa dibayar, bersedia melakukan<em>kampanye </em>dengan caranya sendiri pada komunitasnya, agar Jokowi menjadi presiden.</div>
</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal">
Mereka, seakan berkata kepada Jokowi bahwa jangan takut menerima mandat dari rakyat untuk menjadi Presiden; tak perlu gentar, karena beban besar memperbaiki sikon rakyat akan menjadi ringan, kerena mereka mau memikulnya bersama Jokowi.</div>
</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;">
Bagi para pendukungnya, Jokowi adalah bagian dari perubahan dan perubahan itu sendiri. Bagi pendukungnya, Jokowi adalah selaras dengan keselarasan yang akan tercipta; serta secara bersama menjadi bagian yang selaras dalam keselarasan tersebut. Lebih dari itu, Jokowi pun dilihat sebagai sosok yang tepat untuk menerima mandat dari rakyat; man yang diberikan oleh pemilih/rakyat kepada yang dipilih atau menerima mandat.</div>
</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; padding-left: 30px;">
Mandat tersebut bertujuan agar mereka (yang dipilih dan menerima mandat) berkarya sehingga tercipta keteraturan, ketertiban, dan kelangsungan hidup serta kehidupan berbangsa, bernegara; adanya kesetaraan serta hubungan baik antara manusia dengan alam dan sesamanya, sehingga mereka selalu bersyukur kepada TUHAN Allah.</div>
</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; padding-left: 30px;">
Dan, kesemuanya itu dapat diusahakan melalui banyak hal, termasuk mengembangkan serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan; memperjuangkan HAM; menggunakan dan mengelola hasil ciptaan untuk tujuan yang baik serta demi kepentingan manusia; serta mengembangkan kebudayaan dan hasil-hasilnya [misalnya iptek, bahasa, seni, tarian, nyanyian, dan lain-lain].</div>
</blockquote>
<blockquote style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;">
Dengan itu, nantinya Jokowi adalah pemegang mandat dari rakyat (yang memilihnya), sebisa mungkin ingat pada mereka yan memilihnya serta bertanggungjawab terhadap pilihan tersebut. Hal itu hanya bisa terjadi jika mereka tidak melakukan pembiaran-pembiaran terhadap hal-hal yang bertantangan dengan Undang-undang dan tujuan besar berbangsa serta bernegara. Termasuk tidak boleh menggunakan mandatnya untuk menindas serta merusak ciptaan pada masanya. Artinya, karena mandat yang ada pada dirinya, maka ia (mereka) mengeksploitasi ciptaan sampai habis, sehingga tidak tersisa untuk generasi berikut. Mandat tersebut, juga mempunyai muatan pemeliharaan, penataan, dan keselarasan agar kelangsungan alam semesta dapat terjamin dan terus berlangsung. Walaupun ciptaan bersifat tidak abadi, namun kelangsungannya perlu dijaga. Manusia patut memeliharanya sedemikian rupa, sehingga dalam ketidakabadiannya, hidup dan kehidupan tetap berlangsung atau berjalan.</div>
</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;">
Update, dari Medsos, ketika hal-hal di atas ada dishare, ternyata tangisan karena dan oleh Jokowi bukan saja datang dari Papua, namun ada juga tempat lain. Banyak orang bergetar dalam hati, dan tak menyadari bahwa air mata mereka tercurah; tercurah karena Jokowi.</div>
</blockquote>
<blockquote style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt;">
Salam Kotak Suara</div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<blockquote style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://jappy.8k.com/custom4_1.html" target="_blank"><img alt="" class="aligncenter" src="http://ariefmas.files.wordpress.com/2009/12/pasukanwarrior.jpg" height="400" id="irc_mi" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 9px; max-width: 600px;" width="500" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<blockquote style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<a href="http://jappy.8k.com/custom4_1.html" target="_blank">doc jappy.8k.com</a></div>
</blockquote>
</div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-70255628141219986782014-04-05T08:42:00.000-07:002014-04-05T08:42:03.958-07:00Kampanye di Papua, Jokowi kutip kata-kata Bung Karno<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px 0px 10px; width: 630px;">
<span style="font-family: georgia; font-size: 35px; line-height: 45.5px;">Kampanye di Papua, Jokowi kutip kata-kata Bung Karno</span></div>
<div style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px 0px 10px; width: 630px;">
<span style="color: #a1a1a1; font-family: georgia; font-size: 14px; font-style: italic; line-height: normal;">Reporter : </span><a href="http://www.merdeka.com/politik/kampanye-di-papua-jokowi-kutip-kata-kata-bung-karno.html#" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #ff6600; font-family: georgia; font-size: 14px; font-style: italic; font-weight: bold; line-height: normal; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;"></a><a href="http://www.merdeka.com/reporter/angga-yudha-pratomo/" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #ff6600; font-family: georgia; font-size: 14px; font-style: italic; font-weight: bold; line-height: normal; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;" target="_blank">Angga Yudha Pratomo</a><span style="color: #a1a1a1; font-family: georgia; font-size: 14px; font-style: italic; line-height: normal;"> | Sabtu, 5 April 2014 13:44</span><b style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;"></b></div>
<div style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px 0px 10px; width: 630px;">
<b style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;">Merdeka.com - </b>Bakal calon presiden <strong style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;"><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/p/partai-demokrasi-indonesia-perjuangan/" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;">Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan</a></strong>, <strong style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;"><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/j/joko-widodo/" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;">Joko Widodo</a></strong> melakukan kampanye di lapangan PTC Entrop, Jayapura Selatan, Papua. Di lokasi, gubernur DKI itu langsung disambut ribuan peserta kampanye.<br /><br />Menurut pria yang akrab dipanggil <strong style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;"><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/j/joko-widodo/" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;">Jokowi</a></strong> itu, banyak potensi yang bisa digali dari tanah timur Indonesia tersebut. Namun, dirinya mengingatkan bahwa potensi tersebut terutama untuk kemajuan masyarakat.<br /><br />"Potensi yang ada di sini sangat besar, tapi potensi yang ada itu sebesar-besarnya dipakai untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Papua," kata <strong style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;"><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/j/joko-widodo/" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;">Jokowi</a></strong> di Papua, Sabtu (5/4).<br /><br />Dia menambahkan, potensi besar itu hanya bisa diperoleh melalui kerja nyata dari hati. "Tapi yang paling penting dikerjakan dengan hati dan harus melalui kerja nyata, bukan janji-janji," ujarnya.<br /><br />Maka dari itu, secara pribadi, dia mengingatkan agar masyarakat mencoblos partai berlogo banteng moncong putih jelang Pemilu yang tinggal menghitung hari. Sebab, kemenangan <strong style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;"><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/p/partai-demokrasi-indonesia-perjuangan/" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;">PDIP</a></strong> itu sangat penting bagi dirinya.<br /><br />"Kemenangan (<strong style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;"><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/p/partai-demokrasi-indonesia-perjuangan/" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;">PDIP</a></strong>) itu yang paling penting di TPS masing-masing. Di Rt, Rw, kelurahan dan kecamatan itu dimenangkan. Yang datang di sini ajak saudara dan tetangganya untuk nyoblos," ujarnya.<br /><br />"Rakyat digerakkan pilih nomor 4 PDI Perjuangan. Kalau itu sudah dilakukan, yang terakhir jaga TPS masing-masing agar hasilnya tetap sama," tambahnya.<br /><br />Mantan wali kota Solo itu pun mengutip kata-kata perjuangan dari bapak bangsa, Soekarno dalam kampanye penutupnya ini.<br /><br />"Kata Bung Karno, Bersatu kita kuat, kita kuat karena kita bersatu. Karena dari sinilah kita akan menang," tegasnya.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; line-height: 25px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px 0px 10px; width: 630px;">
<strong style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;">Baca juga:</strong><br /><a href="http://www.merdeka.com/politik/tinggalkan-jakarta-nasionalisme-jokowi-diragukan.html" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;" target="_blank">Tinggalkan Jakarta, nasionalisme Jokowi diragukan</a><br /><a href="http://www.merdeka.com/peristiwa/prabowo-sindir-jokowi-harusnya-dapat-piala-citra.html" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;" target="_blank">Prabowo sindir Jokowi: Harusnya dapat Piala Citra</a><br /><a href="http://www.merdeka.com/politik/ngomong-sepotong-sepotong-bikin-susah-nilai-visi-misi-jokowi.html" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;" target="_blank">Ngomong sepotong-sepotong, bikin susah nilai visi misi Jokowi</a><br /><a href="http://www.merdeka.com/politik/meski-telat-berjam-jam-jokowi-tetap-dielukan-pedagang-di-papua.html" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;" target="_blank">Meski telat berjam-jam, Jokowi tetap dielukan pedagang di Papua</a><br /><a href="http://www.merdeka.com/politik/seknas-jokowi-bertemu-iwan-fals-jokowi-belajar-kearifan-lokal.html" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #2b67a2; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;" target="_blank">Seknas Jokowi: Bertemu Iwan Fals, Jokowi belajar kearifan lokal</a></div>
<div id="mdk-body-newsinit" style="background-attachment: scroll; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; font-weight: bold; line-height: 25px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px; width: 630px;">
[did]</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-20759502685259587932014-04-05T07:45:00.001-07:002014-04-05T07:45:02.947-07:00Megawati Menjawab – Lanjutan Penjualan Indosat dan LNG<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<header class="entry-header" style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; background-color: white; color: #444444; font-family: 'Open Sans', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 13.714285850524902px; transition: opacity 0.3s linear;"><div class="entry-meta" style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; clear: both; color: #888888; font-family: inherit; font-size: 1.1rem; font-style: inherit; font-weight: inherit; letter-spacing: 0.05em; margin: 0px 0px 1em; opacity: 0.6; outline: 0px; padding: 0px; text-transform: uppercase; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
<a href="http://vensca81.wordpress.com/2014/04/04/megawati-menjawab-lanjutan-penjualan-indosat-dan-lng/" rel="bookmark" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #265e15; font-family: inherit; font-size: 10.857142448425293px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;" title="6:10 pm"><time class="entry-date" datetime="2014-04-04T18:10:52+00:00" pubdate="" style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; color: #888888; transition: opacity 0.3s linear;">APRIL 4, 2014</time></a><span class="byline" style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; display: inline; font-family: inherit; font-size: 10.857142448425293px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;"> BY <span class="author vcard" style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 10.857142448425293px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;"><a class="url fn n" href="http://vensca81.wordpress.com/author/vensca81/" rel="author" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #265e15; font-family: inherit; font-size: 10.857142448425293px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;" title="Lihat semua tulisan milik vensca81">VENSCA81</a></span></span></div>
<h1 class="entry-title" style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; clear: both; font-family: 'Droid Serif', Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 2.3rem; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: 1.1em; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
Megawati Menjawab – Lanjutan Penjualan Indosat dan LNG</h1>
</header><div class="entry-content" style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; background-color: white; border: 0px; color: #444444; font-family: 'Open Sans', 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 1.4rem; line-height: 1.714; margin: 1.5em 0px 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
<em style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;"><a href="http://vensca81.files.wordpress.com/2014/03/mega3.jpg" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #265e15; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;"><img alt="Mega" class="aligncenter size-medium wp-image-718" height="171" originalh="171" originalw="300" scale="2" src-orig="http://vensca81.files.wordpress.com/2014/03/mega3.jpg?w=300&h=171" src="http://vensca81.files.wordpress.com/2014/03/mega3.jpg?w=600&h=344" style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 4px double rgba(0, 0, 0, 0.0980392); clear: both; display: block; height: auto; margin: 0.5em auto 1.5em; max-width: 100%; opacity: 0.9; transition: opacity 0.3s linear;" width="300" /></a>Vensca81News,</em> <strong style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">Jakarta</strong> – Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri memberikan jawaban lanjutan menanggapi pertanyaan-pertanyaan sindiran lawan politik terhadap kebijakan yang “pernah” dibuatnya saat menjabat sebagai Presiden RI.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
<span id="more-899" style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;"></span>Setelah memberikan jawaban atas <strong style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;"><a href="http://vensca81.wordpress.com/2014/04/04/megawati-menjawab-jual-indosat/" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #265e15; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;" target="_blank" title="Jual Indosat">Penjualan Indosat</a></strong> ke Singapura dan <strong style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;"><a href="http://vensca81.wordpress.com/2014/04/04/megawati-menjawab-jual-lng-ke-china/" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #265e15; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;" target="_blank" title="Jual LNG ke China">Jual LNG</a></strong> ke China, kini Mega kembali memberikan jawaban lanjutan tentang kedua hal tersebut melalui akun twitter @MegawatiSSP.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
Mulai…</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
Kalianlah semangatku, bekal perjuanganku dan yang juga buatku bertahan dari semua upaya gagalkan cita-citaku ingin lihat… Indonesia Raya.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
Bag. Akhir Trilogi kuliah kita pagi ini adalah jawaban pertanyaan: Apa yag kita dapat dari Korut? <a class="twitter-hashtag pretty-link js-nav" href="https://twitter.com/search?q=%23lanjutan&src=hash" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #265e15; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;"><s style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">#</s><b style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; transition: opacity 0.3s linear;">lanjutan</b></a> seputar Indosat dan LNG itu..</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
1.) Sebelumnya Baca ulang ttg Indosat, LNG dan beberapa BUMN yang dilepasrelakan, bukan sekedar memenuhi target APBN yang minus saja.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
2.) Bukan pula hanya untuk membuat kas negara berisi kembali, agar pembangunan tetap bisa digerakkan dalam kondisi krisis</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
3.) Selain membayar hutang yg menumpuk & melepaskan diri dr jerat IMF, jg tuk raih kembali harga diri kita yg tercabik2 pasca reformasi.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
4.) Harga diri ini harus kita kembalikan melalui percaturan politik dalam pergaulan Internasional.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
5.) Aksi embargo senjata, tekanan politik adidaya hingga manuver kapal induk mereka di laut Jawa dan Timor sungguh melukai kedaulatan kita.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
6.) Sebagai pemimpin, saya harus memberi rasa percaya diri pada para serdadu penjaga kedaulatan Republik ini.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
7.) Hanya karena ekonomi kita terpuruk, peswt tempur tdk bs terbang & KRI tidak laik arung, negara lain tdk boleh injak martabat bangsa ini.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
8.) Setelah kita lepaskan Indosat dan berapa BUMN untuk mengisi APBN, kita berhasil mendapat kepercayaan dari Rusia dan Poland.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
9.) Rusia dan Poland tentu memiliki perhitungan terkait prospek APBN, mereka percaya kita sanggup membayar persenjataan yang akan kita beli.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
10.) Selain itu, kita juga harus mendapat kepercayaan dari China. Setelah negosiasi harga LNG disepakati dengan syarat2 yang kita ajukan.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
11.) Kita tidak miliki dana untuk bantu Korea Utara ketika itu. Kita bs bantu via LNG, lihat syarat bhw China bantu pangan tuk Korut.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
12.) Dengan diplomasi gas ini, kita membuka kembali lembaran mesra dengan Korea Utara tanpa melukai hati Selatan.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
13.) Dengan Korut, yang kita bantu itu, Indonesia mendapat beberapa hal dibidang teknologi yang mereka kuasai dan menggetarkan adidaya.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
14.) Kim Jong Il berkomitmen bahwa negaranya akan menjadi bagian perisai bagi Indonesia dan menjaga sejarah Indonesia <a class="twitter-hashtag pretty-link js-nav" href="https://twitter.com/search?q=%23bahasa&src=hash" style="-webkit-transition: all 0.3s linear; border: 0px; color: #265e15; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.3s linear; vertical-align: baseline;"><s style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">#</s><b style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; transition: opacity 0.3s linear;">bahasa</b></a> diplomasi.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
15.) Kim juga memberi ‘hadiah’ bagi percepatan kemajuan ilmu teknologi tertentu. Teknologi yang tidak semua negara boleh miliki.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
16.) Efek diplomasi dan kunjungan resmi kita ke Rusia, Eropa Timur, China dan Korut itu menggetarkan mereka yang bermanuver di laut Jawa</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
17.) Mereka menarik kapal induk mereka dan perlahan mengurangi embargo senjata bagi TNI terutama AU dan AL.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
18.) Perlahan pula kita bisa mengembalikan rasa percaya diri prajurit setelah kedatangan Sukhoi dan bbrp helikopter serta bangun perumahan.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
19.) Para insinyur kita segera aplikasikan ilmu dari Utara, hingga jarak jangkau roket dalam negeri meningkat pesat</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
20.) Kita tidak bisa mengusir calon musuh, yang luka harga diri dan lecehkan TNI dengan kekuatan senjata kita kala itu, tapi hrs dgn cerdik</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
21.) Kita hrs bs mengusir musuh tanpa sebutir peluru. Meski sedikit berliku krna kondisi ekonomi lemah & ancaman pemberontak juga menguat.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
22.) Itulah mengapa saya diam ketika protes soal Indosat, LNG atau lainnya. Pengamat hanya tahu itu semua untuk penuhi APBN didalam negeri.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
23.).Tetapi kabinet dan wakil presiden telah bekerja keras, untuk diplomasi di luar negeri ketika itu</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
24.) Kecerdikan dan kebijaksanaan dalam memimpin negeri sebesar Indonesia, dimana kekuatan asing sangat tertarik, adalah keharusan.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
25.) Silahkan salahkan saya saja soal tuduhan swastanisasi ketika itu. Tapi hargailah sedikit para menteri dan wakil presiden saya.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
26.) Bukan cari pembenaran diri, ini penting bagi kalian calon pemimpin kedepan. Agar cerdik & bijak ambil keputusan tuk negara besar kita.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
27.) Atau jika kalian kebetulan memimpin sebuah perusahaan atau apapun yang hampir bangkrut, cerdaslah dan cobalah belajar kepemimpinan.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
28.) Jadi presiden itu mudah tapi jadi pemimpin? Nanti dulu… itulah yang perlu dipelajari dan saya bagikan disini.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
29.) Hubungan Indonesia, Rusia, China, Korut ternyata membuka mata adidaya, bahwa kita tidak mau didikte. Adidaya takut blok terbentuk</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
30.) Setelah menarik kapal induknya, mereka malu malu mendekat dengan banyak investornya yang antri… dasar2 makro ekonomi perlahan pulih.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
31.) Kita siap menyongsong ekonomi yang tumbuh signifikan, 2004 pemilu dan sampai disitulah saja….tidak ada follow-up.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
32.)Demikian trilogi cara menjadi pemimpin yg dpt saya bagikan untuk kalian. Semoga cara mengambil keputusan & kebijakan ini dpt dipelajari.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
33.) Mengambil keputusan jangan hanya berdasar ada satu pertimbangan, tapi perspektif banyak aspek & efek. Itu akan tunjukkan kualitas kita.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
34.) Meski awalnya mungkin dihujat atau disalahkan, tapi jika kita sudah yakin, jujur dan bertanggungjawab, jangan takut.</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
35.) Jangan hanya bisa mengimpor beras, sapi atau garam kalau tujuannya satu: memenuhi perut yang lapar atau memperkaya diri</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
36.) Boleh saja impor atau ekspor, Tapi harus punya efek keuntungan bagi diplomasi, hankam dan terutama tidak rugikan petani. Bisa???</div>
<div style="-webkit-transition: opacity 0.3s linear; border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14.285714149475098px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; transition: opacity 0.3s linear; vertical-align: baseline;">
37.)Ingat semboyan “sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui”. It’s not how to rule, but how to lead. That’s it! Salam bagi keluarga semua</div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-18696499062546837712014-03-10T08:21:00.001-07:002014-03-10T08:21:42.189-07:00Nyawa Rakyat Di Bawah Neoliberalisme<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="maincolumn">
<div class="widgetwidecat">
<h1 class="widget">
<a href="http://www.berdikarionline.com/editorial" rel="category tag" title="Lihat seluruh tulisan dalam Editorial">Editorial</a></h1>
</div>
<h1>
Nyawa Rakyat Di Bawah Neoliberalisme</h1>
<b>BERDIKARIOnline, Senin, 10 Maret 2014 | 10:13 WIB </b><br />
<iframe frameborder="0" height="25px" id="websites_iframe" scrolling="no" src="http://www.linksalpha.com/social?link=http://www.berdikarionline.com/editorial/20140310/nyawa-rakyat-di-bawah-neoliberalisme.html" width="320px"></iframe> <img alt="rakyat-miskin.jpg" class="attachment-large wp-post-image" height="279" src="http://cdn.berdikarionline.com/2014/03/rakyat-miskin.jpg-464x279.jpg" title="" width="464" /><big><strong><span style="line-height: 1.5em;">Pernahkah anda membayangkan, ada sebuah sistem ekonomi yang mempercepat kematian banyak manusia? Ya, itulah sistim ekonomi neoliberalisme. Tidak percaya?</span></strong></big><br />
Pekan lalu, seorang petani warga Suku Anak Dalam (SAD) di Batanghari, Jambi, meninggal dunia setelah mengalami penyiksaan sangat keji oleh anggota TNI dan security PT. Asiatic Persada. Februari lalu, kita dikagetkan dengan kabar seorang pasien miskin dibuang oleh rumah sakit di pinggir jalan. Akhirnya, nyawa sang pasien yang sudah berusia lanjut itu tak bisa tertolong lagi.<br />
Dua kasus di atas hanya contoh. Yang pertama adalah kasus konflik agraria. Sedangkan yang kedua adalah efek dari kebijakan privatisasi kesehatan. Kedua-duanya terkait dengan sistem neoliberalisme yang sedang diterapkan oleh rezim berkuasa saat ini.<br />
Jumlah kematian warga negara akibat konflik agraria tidak kecil. Tahun lalu, berdasarkan catatan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), jumlah petani yang menjadi korban jiwa dalam kasus konflik agraria sebanyak 21 orang. Kemudian, di tahun yang sama, konflik agraria juga menyebabkan 30 orang petani tertembak, 130 orang mengalami penganiayaan, dan 239 ditangkap oleh aparat kepolisian.<br />
Konflik agraria mencerminkan ekspansi kapital, sejalan dengan agenda liberalisasi ekonomi, dalam mencaplok sumber daya alam dan menguasai tanah-tanah luas untuk kepentingan bisnis. Ini bukan hanya soal penguasaan teritori atau wilayah, tetapi juga perampasan sumber daya dan ruang ekonomi masyarakat (petani dan masyarakat adat). Dalam proses ini, kekuatan kapital (perusahaan asing dan domestik) menggunakan aparat keamanan resmi (TNI dan Polri), security perusahaan, maupun menyewa preman bayaran, untuk menyingkirkan paksa masyarakat dari ruang hidupnya. Jadi, benturannya bersifat langsung.<br />
Nah, agak berbeda dengan kasus konflik agraria, kematian warga negara akibat privatisasi kesehatan memang sulit dibaca dengan angka-angka. Namun, tidak bisa disangkal bahwa layanan kesehatan yang sudah diprivatisasi, yang menyebabkan biaya layanan menjulang tinggi, menyebabkan orang miskin kesulitan mengakses layanan kesehatan untuk mengobati sakitnya. Biaya kesehatan yang mahal juga berkontribusi pada menurunnya angka harapan hidup mayoritas warga negara, terutama kaum miskin.<br />
Kebijakan neoliberal yang lain, seperti penghapusan subsidi, liberalisasi impor, privatisasi layanan publik, penciptaan pasar tenaga kerja yang fleksibel, dan lain-lain, juga berkonsekuensi pada ‘kematian massa’ rakyat Indonesia.<br />
Penghapusan subsidi BBM berimbas pada kenaikan harga-harga barang dan biaya kebutuhan hidup rakyat. Banyak yang mencoba menyiasatinya dengan ‘mengencangkan ikat pinggang’. Akan tetapi, pada kenyataannya, siasat ‘mengencangkan ikat pinggang’ itu membuat kualitas hidup rakyat menurun. Malahan, warga miskin yang tak banyak pilihan bersiasat terpaksa memilih jalan pintas: bunuh diri.<br />
Begitu pula dengan kebijakan liberalisasi impor. Liberalisasi impor pangan, misalnya, menyebabkan banyak petani lokal menjerit akibat kehilangan akses pasar [sebab, pasarnya direbut oleh pangan impor yang harganya lebih murah]. Akibatnya, sektor pertanian kita hancur lebur. Liberalisasi impor pangan juga menyebabkan hancurnya ketahanan pangan kita. Sudah begitu, harga pangan diserahkan kepada mekanisme pasar. Akibatnya, rakyat banyak—terutama kalangan menengah ke bawah—kesulitan mengakses pangan untuk kebutuhan pangan. Padahal, pangan adalah kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup.<br />
Situasi serupa juga dirasakan oleh rakyat akibat privatisasi layanan publik [pendidikan, kesehatan, listrik, perumahan, air bersih, dan lain-lain]. Sejak layanan air bersih dikuasai oleh swasta/korporasi, rakyat makin sulit mengakses air bersih. Kalaupun ada, mereka harus membayar mahal. Begitu pula dengan soal pendidikan, kesehatan, listrik, perumahan, dan lain-lain; rakyat sulit mengaksesnya. Hal tersebut membuat kualitas hidup rakyat merosot.<br />
Begitu juga dengan sektor perburuhan. Untuk menopang proses akumulasi kapital, pemerintah diarahkan untuk menciptakan pasar tenaga kerja yang fleksibel, yakni dengan memberlakukan sistim kerja kontrak dan outsourcing. Tak hanya itu, pemerintah juga mempromosikan tenaga kerja melalui politik upah murah dan tenaga kerja cadangan yang melimpah. Kalau terjadi gejolak akibat kebijakan itu, semisal pemogokan buruh, maka pemerintah akan mengirimkan TNI dan Polri untuk melibasnya.<br />
Jadi, entah kita sadari atau tidak, ada sistem yang bekerja sebagai mesin pembunuh sangat massif. Nyawa rakyat seakan tidak ada artinya. Lihat saja, kendati petani, buruh, dan rakyat miskin dibunuhi dalam berbagai konflik dengan kekuatan kapital, negara tidak pernah hadir untuk mengusut dan menegakkan keadilan. Aparatus penegakan hukum juga sudah dibeli oleh para pemilik modal.<br />
Memang, negara di bawah neoliberalisme mengalami deformasi. Negara bukan lagi sebagai ‘penjaga kepentingan dan menciptakan kesejahteraan umum’, melainkan sebagai instrumen untuk melayani proses akumulasi kapital. Konsep “warga negara” juga terlucuti. Di bawah neoliberalisme [kapitalisme], warga negara hanyalah manusia yang teratomisasi dan diperuntukkan sebagai instrumen untuk melayani tujuan akumulasi kapital, yakni sebagai penjual tenaga kerja murah dan pembeli (konsumen). Negara mana peduli dengan rakyat yang sakit, menganggur, mengemis, tidak berpendidikan, kelaparan, tinggal di bawah kolong jembatan, dan lain-lain.<br />
Padahal, pembukaan UUD 1945 sangat tegas mengamanatkan: …<i>membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial</i>. Artinya, negara berkewajiban melindungi hak hidup setiap warga negara, memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan mereka sebagai prasyarat untuk pengembangan diri mereka sebagai manusia merdeka.<br />
Di dalam UUD 1945 (asli) juga diatur hak-hak warga negara, yang wajib dipenuhi oleh negara, agar rakyat bisa bermartabat: kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintah (pasal 27 ayat 1), pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2), kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat (pasal 28), kemerdekaan beragama dan berkeyakinan (pasal 29), berhak mendapat pengajaran/pendidikan (pasal 31), demokrasi ekonomi dan kemakmuran bersama (pasal 33), dan hak fakir miskin dan anak-anak terlantar untuk dipelihara negara (pasal 34).<br />
Masalahnya, kendati hak-hak rakyat itu diukir indah di dalam konstitusi, tetapi pemerintah mengabaikannya. Memang, negara yang mengadopsi neoliberalisme tidak tunduk pada konstitusi, melainkan tunduk pada tuntutan kekuatan kapital global dan instrumennya (IMF, Bank Dunia, WTO, dll).<br />
<div class="crp_related" id="crp_related">
<h3>
Artikel Terkait:</h3>
<ul>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/editorial/20140306/matinya-seorang-petani.html">Matinya Seorang Petani</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20131219/kpa-jumlah-korban-jiwa-akibat-konflik-agraria-naik-525.html">KPA: Jumlah Korban Jiwa Akibat Konflik Agraria Naik 525%</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20130923/kpa-liberalisasi-penyebab-ketergantungan-terhadap-impor.html">KPA: Liberalisasi Penyebab Ketergantungan Terhadap Impor</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/editorial/20121116/ketika-konstitusi-terus-diabaikan.html">Ketika Konstitusi Terus Diabaikan</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/editorial/20120924/tidak-ada-kedaulatan-pangan-tanpa-pelaksanaan-pasal-33-uud-1945.html">Tidak Ada Kedaulatan Pangan Tanpa Pelaksanaan Pasal 33 UUD…</a></li>
</ul>
</div>
<div class="nr_popular_placeholder" data-permalink="http://www.berdikarionline.com/editorial/20140310/nyawa-rakyat-di-bawah-neoliberalisme.html" data-title="Nyawa Rakyat Di Bawah Neoliberalisme">
</div>
<div class="rpuRepostUsButtonWrap" id="rpuplugin-button-bottom">
<a class="rpuRepostUsButton" href="http://www.repost.us/article-preview/hash/1395984a60c2d3aaf2dc0eb7907816aa/" id="rpuplugin-button-text" rel="nofollow" rpuref="https://secure.repost.us/syndicate/create?url=http%3A%2F%2Fwww.berdikarionline.com%2Feditorial%2F20140310%2Fnyawa-rakyat-di-bawah-neoliberalisme.html" style="visibility: visible;" target="_blank" title="Repost this article"><img height="18" id="rpuplugin-button-text" src="http://www.berdikarionline.com/wp-content/plugins/repostus/repost_bttn_tiny.png" width="18" /> Repost This Article</a></div>
<b>Tags:</b> <a href="http://www.berdikarionline.com/tag/editorial" rel="tag">Editorial</a>, <a href="http://www.berdikarionline.com/tag/konflik-agraria" rel="tag">konflik agraria</a>, <a href="http://www.berdikarionline.com/tag/neoliberalisme" rel="tag">Neoliberalisme</a>, <a href="http://www.berdikarionline.com/tag/privatisasi" rel="tag">Privatisasi</a><br />
<b>URL Singkat:</b><br />
<a class="twitter-follow-button" data-show-count="false" href="https://twitter.com/berdikarionline">Follow @berdikarionline</a><div id="fb-root">
</div>
<fb:like href="http://www.berdikarionline.com/editorial/20140310/nyawa-rakyat-di-bawah-neoliberalisme.html" show_faces="true" width="450"></fb:like><div class="divider">
</div>
<div id="disqus_thread">
</div>
</div>
<div class="sidecolumn">
<div class="widget">
<center>
</center>
<div style="clear: both;">
</div>
</div>
<div class="widget">
<div class="textwidget">
<iframe allowtransparency="true" frameborder="0" height="250" hspace="0" marginheight="0" marginwidth="0" name="rssfeed_frame" scrolling="no" src="http://feed.surfing-waves.com/php/rssfeed.php?rssfeed[url][0]=http%3A%2F%2Fwww.berdikarionline.com%2Ffeed&rssfeed[type]=&rssfeed[frame_width]=300&rssfeed[frame_height]=250&rssfeed[scroll]=on&rssfeed[scroll_step]=6&rssfeed[scroll_bar]=off&rssfeed[target]=_top&rssfeed[font_size]=14&rssfeed[font_face]=helvetica&rssfeed[border]=on&rssfeed[css_url]=&rssfeed[title]=on&rssfeed[title_name]=Artikel%20Terbaru&rssfeed[title_bgcolor]=%233366ff&rssfeed[title_color]=%23fff&rssfeed[title_bgimage]=http%3A%2F%2F&rssfeed[footer]=off&rssfeed[footer_name]=rss%20feed&rssfeed[footer_bgcolor]=%23fff&rssfeed[footer_color]=%23333&rssfeed[footer_bgimage]=http%3A%2F%2F&rssfeed[item_bgcolor]=%23fff&rssfeed[item_bgimage]=http%3A%2F%2F&rssfeed[item_title_length]=50&rssfeed[item_title_color]=%233B59A8&rssfeed[item_border_bottom]=on&rssfeed[item_source_icon]=off&rssfeed[item_date]=off&rssfeed[item_description]=on&rssfeed[item_description_length]=120&rssfeed[item_description_color]=%23666&rssfeed[item_description_link_color]=%23333&rssfeed[item_description_tag]=off&rssfeed[no_items]=10&rssfeed[cache]=ca0448be5d6561d098a1a7eaf6edad3b" vspace="0" width="300"></iframe></div>
</div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-30097185224605055212014-02-28T12:44:00.003-08:002014-02-28T12:44:41.614-08:00SEABAD RM DJAJENG PRATOMO Pejuang yang Terlupakan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="background-color: white; color: #333333; float: left; font-family: Arial; font-size: 13px; line-height: 18.200000762939453px; padding-bottom: 15px; padding-right: 20px;">
<div class="tt" id="cfoto" style="border-bottom-color: rgb(45, 149, 182); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; cursor: pointer;">
<img alt="" src="http://historia.co.id/img/foto_berita/433140222_RM-Djajeng-Pratomo.jpg" style="border: none; height: auto; width: 350px;" /><div class="capfoto" style="color: #777777; line-height: 16px; padding-bottom: 5px; padding-top: 5px; width: 350px;">
RM Djajeng Pratomo di usia tua (kiri) dan mengenakan kostum tari Jawa (kanan). Foto: Aboeprijadi Santoso.</div>
</div>
</div>
<div class="ud" style="background-color: white; color: #2d95b6; font-family: Arial; font-size: 15px; line-height: 17px;">
<div style="padding: 0px;">
SEABAD RM DJAJENG PRATOMO</div>
</div>
<div class="j" style="background-color: white; color: #146977; font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 26px; font-weight: bold; line-height: 28px; padding-bottom: 10px;">
<div style="padding: 0px;">
Pejuang yang Terlupakan</div>
</div>
<div class="tc" style="background-color: white; color: #2d95b6; font-family: Arial; font-size: 15px; line-height: 19px; padding-bottom: 10px;">
<div style="padding: 0px;">
Dia berkampanye memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, bergerilya-kota melawan Nazi-Jerman, serta membela kemerdekaaan Indonesia saat agresi Belanda.</div>
</div>
<div class="w" style="background-color: white; color: #146977; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding-bottom: 10px;">
OLEH: <b>ABOEPRIJADI SANTOSO, KONTRIBUTOR/AMSTERDAM</b></div>
<div class="tc" style="background-color: white; color: #2d95b6; font-family: Arial; font-size: 12px; line-height: 19px; padding-bottom: 10px;">
Dibaca: 2416 | Dimuat: 24 Februari 2014</div>
<div class="details" style="background-color: white; padding-top: 20px;">
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
RADEN Mas Djajeng Pratomo genap seabad pada 22 Februari 2014. Hidup mandiri di apartemen di desa ‘t Zand di ujung utara Belanda, Djajeng lama tersisih dari perhatian media di Belanda maupun Indonesia.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Dia lahir di Bagan Siapi-api, kota pasar ikan di pantai timur Sumatra, putra sulung Dr Djajengpratomo dari Pakualaman Yogyakarta.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Ayahnya, Djajengpratomo, mengenyam sekolah kedokteran yang diperuntukkan bagi kaum ningrat, STOVIA, di Batavia. Dia salah satu alumnus pertamanya. Asal-usulnya yang memberinya privilese pendidikan itulah yang justru membuat dirinya insyaf akan status diri dan patrianya sebagai bagian dari sistem negeri jajahan. Ini melahirkan aspirasi kebangsaan dan mendorongnya ikut gerakan nasionalis pimpinan Dr Soetomo.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Djajengpratomo mempelopori pelayanan kesehatan di klinik di Bagan Siapi-api. Berkat perannya –dia mahir berbahasa Tionghoa untuk melayani mayoritas penduduk yang asal Tionghoa– namanya diabadikan pada rumahsakit lokal: RSUD Dr Pratomo.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Djajeng Pratomo –semula namanya Amirool Koesno, kemudian digantinya dengan nama ayahnya– bernasib hampir serupa. Seperti ayahnya, privilese yang memungkinkannya masuk sekolah menengah Koning Willem II School di Batavia membuat dirinya sadar sebagai anak jajahan. Menyusul adiknya, Gondho Pratomo, Djajeng pada 1935 bertolak ke Belanda untuk melanjutkan studi kedokteran di Leiden.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Justru di Belanda Djajeng menemukan budaya aslinya. Dia menggemari, mempelajari, dan mementaskan tari Jawa melalui kelompok seni tari De Insulinde.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Tahun 1930-an adalah tahun krisis. Naziisme-Hitler berkuasa di Jerman dan mengguncang Eropa. Djajeng menjadi anggota Perhimpunan Indonesia (PI), sebuah klub sosial mahasiswa Indonesia di Belanda yang didirikan pada 1922 dan kemudian berkembang jadi organ politik kebangsaan yang gigih melawan kekuatan fasis. (Baca: <a href="http://historia.co.id/artikel/modern/1345/Majalah-Historia/Perhimpunan_Indonesia,_Wahana_Perjuangan" style="color: #146977; text-decoration: none;" target="_blank">Perhimpunan Indonesia, Wahana Perjuangan</a>)</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Nama Djajeng tak terpisahkan dari Stijntje ‘Stennie’ Gret, gadis Schiedam yang dijumpainya di sebuah toko buku pada 1937. Stennie meminati perkembangan di Hindia dan tertarik pada seni tari Jawa. Bersama Djajeng, yang kemudian jadi suaminya, keduanya menjadi mitra di bidang budaya sekaligus sekutu politik.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Dasawarsa 1930-an merupakan hari-hari bahagia mereka. Dua sejoli ini sering menikmati pergelaran jazz di teater prestisius Pschorr di Coolsingel, Rotterdam, dan De Insulinde mementaskan tarian Jawa oleh Djajeng di Koloniaal Instituut van de Tropen di Amsterdam. Di mana ada Djajeng, di situ ada Stennie. Juga ketika De Insulinde mementaskan tari di London untuk menghimpun dana guna membantu Tiongkok yang kala itu diduduki tentara Jepang.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Tahun 1940-an menjadi masa bergolak yang penuh tragik. Di bawah pendudukan Nazi, PI jadi ilegal. Polisi Jerman memburu para aktivisnya. Pada 1943 Djajeng dan Stennie ditahan di kamp Vught. Tahun berikutnya mereka dikirim ke kamp maut Nazi di Ravenbruck dan Dachau di Jerman.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
“Di Dachau,” Djajeng berkisah, “saya melihat tumpukan mayat setiap hari.” Sebagai tenaga kerja paksa untuk pabrik pesawat terbang Messerschmitt, setiap hari dia menyaksikan orang digantung mati. Jika ada peluang, Djajeng mencoba menyelamatkan tawanan, tutur salah seorang yang diselamatkannya. Sementara di kamp Ravenbruck, Stennie mencat-hitam rambut para tawanan perempuan agar tampak muda ketika penguasa kamp memerintahkan untuk membinasakan para tawanan jompo.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Selamat dari derita kamp, Djajeng dan Stennie dibebaskan tentara Sekutu namun baru bertemu kembali pada September 1945, sebulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Mereka lalu menikah sebagai warga negara Indonesia pada Februari 1946 dan melanjutkan pekerjaan politik untuk membela kemerdekaan Indonesia.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Ketika Belanda melancarkan agresi militer I pada Juli 1947, PI menggelar protes massal di Concertgebouw, Amsterdam. Kampanye membela kemerdekaan Indonesia membawa mereka ke Eropa Timur. Di Praha, Djajeng dan kawan-kawannya turun ke jalan dan dengan bangga mengibarkan bendera Merah-Putih ketika dia memimpin delegasi Indonesia di World Federation of Democratic Youth. Kampanye itu bahkan berlanjut sampai Serajewo dan kota kota lain di Yugoslavia. Kembali ke Belanda, mereka bergerak di bawah tanah selagi pecah perang kemerdekaan di Indonesia.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Djajeng dan Stennie dua kali berencana pulang ke Indonesia, namun membatalkannya. Kali pertama karena agresi militer I dan kali kedua karena terjadi pembantaian 1965-1966. Lalu, dengan alasan pragmatis, mereka beralih ke kewarganegaraan Belanda pada 1975. Akhirnya, setelah kurun enam dasawarsa, Djajeng dan Stennie sempat menginjakkan kaki di Indonesia.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Kembali di Belanda, Djajeng tetap aktif politik di front internasional, dan baru berhenti ketika Stennie jatuh sakit dan meninggal pada 2010.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Djajeng, Stennie, dan kamerad-kameradnya tergolong generasi yang meyakini bahwa sejarah selalu bergerak maju. Dengan begitu mereka merumuskan idealisme dan kekuatan politiknya berdasarkan solidaritas internasional. Kini mereka hidup di dunia yang telah berubah radikal. Namun perubahan itu tidaklah seperti yang mereka bayangkan dan proyeksikan.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
Meski begitu, Djajeng tak merasa kecewa. Dia masih mencintai Indonesia, dengan seni tari, musik gamelan, serta kulinernya. Djajeng kini tak mampu lagi berbahasa Indonesia. Namun, dengan semangat internasionalnya, idealisme kepatriotan dan aksi-aksi perjuangannya, Djajeng Pratomo adalah salah satu patriot istimewa Indonesia.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
<em>*) Dengan terima kasih atas perantaraan Ny. Marjati Pratomo.</em></div>
<div style="padding: 0px 0px 15px; text-align: justify;">
<em style="color: #333333; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px;">Sumber: </em><span style="font-size: 14px; line-height: 18.200000762939453px; text-align: left;"><span style="color: #333333; font-family: Arial;"><i>http://historia.co.id/artikel/persona/1344/Majalah-Historia/Pejuang_yang_Terlupakan</i></span></span></div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-45744589448256801682014-02-09T12:20:00.000-08:002014-02-09T12:26:55.361-08:00 FILM "GAJAH MADA" SEGERA DIGARAP<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="itemHeader" style="background-color: #f6f6f6; color: #111111; font-family: 'Titillium Web'; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<h2 class="itemTitle" style="color: #fa6600; font-family: inherit; font-size: 24px; line-height: 26.399999618530273px; margin: 0px; padding: 10px 0px 4px; text-rendering: optimizelegibility; text-transform: uppercase;">
FILM "GAJAH MADA" SEGERA DIGARAP</h2>
<span class="itemAuthor" style="display: inline-block; margin: 0px; padding: 0px;">Disiapkan oleh <a href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/itemlist/user/380-asrianty-purwantini.html" rel="author" style="-webkit-transition: all 200ms; color: #fa6600; text-decoration: none; transition: all 200ms;">Asrianty Purwantini</a></span><br />
<div class="itemCategory" style="display: inline-block; padding: 4px;">
<span style="padding: 0px 4px 0px 0px;">Diterbitkan di</span> <a href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/itemlist/category/84-selebritis.html" style="-webkit-transition: all 200ms; color: #fa6600; text-decoration: none; transition: all 200ms;">Selebritis</a></div>
<span class="itemDateCreated">Minggu, 09 Februari 2014 19:30</span></div>
<div class="itemToolbar" style="background-color: #f6f6f6; color: #111111; display: inline-block; float: right; font-family: 'Titillium Web'; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 8px 0px;">
<ul style="list-style: none; margin: 0px; padding: 0px; text-align: right;">
<li style="background-image: none; border: none; display: inline; font-size: 12px; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px 4px 0px 8px; text-align: center;"><span class="itemTextResizerTitle">ukuran font</span> <a href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/item/1942-film-gajah-mada-segera-digarap.html#" id="fontDecrease" style="-webkit-transition: all 200ms; color: #fa6600; margin: 0px 0px 0px 2px; text-decoration: none; transition: all 200ms;"><img alt="kurangi ukuran font" src="http://www.wartaharian.co/components/com_k2/images/system/blank.gif" style="background-image: url(http://www.wartaharian.co/components/com_k2/images/system/font_decrease.gif); background-position: initial initial; background-repeat: no-repeat no-repeat; border: 0px; height: 13px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: 13px;" /> </a><a href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/item/1942-film-gajah-mada-segera-digarap.html#" id="fontIncrease" style="-webkit-transition: all 200ms; color: #fa6600; margin: 0px 0px 0px 2px; text-decoration: none; transition: all 200ms;"><img alt="tambah ukuran font" src="http://www.wartaharian.co/components/com_k2/images/system/blank.gif" style="background-image: url(http://www.wartaharian.co/components/com_k2/images/system/font_increase.gif); background-position: initial initial; background-repeat: no-repeat no-repeat; border: 0px; height: 13px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: 13px;" /> </a></li>
<li style="background-image: none; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; display: inline; font-size: 12px; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px 4px 0px 8px; text-align: center;"><a class="itemPrintLink" href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/item/1942-film-gajah-mada-segera-digarap.html?tmpl=component&print=1" rel="nofollow" style="-webkit-transition: all 200ms; color: #fa6600; text-decoration: none; transition: all 200ms;">Cetak </a></li>
<li style="background-image: none; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; display: inline; font-size: 12px; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px 4px 0px 8px; text-align: center;"><a class="itemEmailLink" href="http://www.wartaharian.co/component/mailto/?tmpl=component&template=shaper_sportson&link=5ba4994d349bbeb71fac03f1b53458ebcfc4ebf0" rel="nofollow" style="-webkit-transition: all 200ms; color: #fa6600; text-decoration: none; transition: all 200ms;">Surel </a></li>
<li style="background-image: none; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; display: inline; font-size: 12px; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px 4px 0px 8px; text-align: center;"><a class="itemCommentsLink k2Anchor" href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/item/1942-film-gajah-mada-segera-digarap.html#itemCommentsAnchor" style="-webkit-transition: all 200ms; color: #fa6600; text-decoration: none; transition: all 200ms;">Jadilah yang pertama!</a></li>
</ul>
<div class="clr" style="border: none; clear: both; float: none; height: 0px; line-height: 0; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
</div>
<div class="itemRatingBlock" style="background-color: #f6f6f6; color: #111111; display: inline-block; font-family: 'Titillium Web'; font-size: 14px; line-height: 20px; padding: 8px 0px;">
<span style="color: #999999; display: block; float: left; margin: 0px; padding: 0px 4px 0px 0px;">Beri nilai item ini</span><br />
<div class="itemRatingForm" style="float: left; line-height: 25px; vertical-align: middle;">
<ul class="itemRatingList" style="background-color: transparent; background-image: url(http://www.wartaharian.co/components/com_k2/images/system/transparent_star.gif); background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat no-repeat; float: left; height: 25px; list-style: none; margin: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; position: relative; width: 125px;">
<li class="itemCurrentRating" id="itemCurrentRating1942" style="background-color: transparent; background-image: url(http://www.wartaharian.co/components/com_k2/images/system/transparent_star.gif); background-position: 0px 50%; background-repeat: repeat no-repeat; border: none; cursor: pointer; display: inline; height: 25px; left: 0px; margin: 0px; outline: none; overflow: hidden; padding: 0px; position: absolute; text-indent: -1000px; top: 0px; width: 0px; z-index: 1;"></li>
<li style="background-image: none; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; display: inline; line-height: 20px; padding: 0px;"><a class="one-star" href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/item/1942-film-gajah-mada-segera-digarap.html#" rel="1942" style="-webkit-transition: all 200ms; border: none; color: #fa6600; cursor: pointer; height: 25px; left: 0px; line-height: 25px; outline: none; overflow: hidden; position: absolute; text-decoration: none; text-indent: -1000px; top: 0px; transition: all 200ms; width: 25px; z-index: 6;" title="1 dari 5 bintang">1</a></li>
<li style="background-image: none; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; display: inline; line-height: 20px; padding: 0px;"><a class="two-stars" href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/item/1942-film-gajah-mada-segera-digarap.html#" rel="1942" style="-webkit-transition: all 200ms; border: none; color: #fa6600; cursor: pointer; height: 25px; left: 0px; line-height: 25px; outline: none; overflow: hidden; position: absolute; text-decoration: none; text-indent: -1000px; top: 0px; transition: all 200ms; width: 50px; z-index: 5;" title="2 dari 5 bintang">2</a></li>
<li style="background-image: none; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; display: inline; line-height: 20px; padding: 0px;"><a class="three-stars" href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/item/1942-film-gajah-mada-segera-digarap.html#" rel="1942" style="-webkit-transition: all 200ms; border: none; color: #fa6600; cursor: pointer; height: 25px; left: 0px; line-height: 25px; outline: none; overflow: hidden; position: absolute; text-decoration: none; text-indent: -1000px; top: 0px; transition: all 200ms; width: 75px; z-index: 4;" title="3 dari 5 bintang">3</a></li>
<li style="background-image: none; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; display: inline; line-height: 20px; padding: 0px;"><a class="four-stars" href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/item/1942-film-gajah-mada-segera-digarap.html#" rel="1942" style="-webkit-transition: all 200ms; border: none; color: #fa6600; cursor: pointer; height: 25px; left: 0px; line-height: 25px; outline: none; overflow: hidden; position: absolute; text-decoration: none; text-indent: -1000px; top: 0px; transition: all 200ms; width: 100px; z-index: 3;" title="4 dari 5 bintang">4</a></li>
<li style="background-image: none; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; display: inline; line-height: 20px; padding: 0px;"><a class="five-stars" href="http://www.wartaharian.co/2013-12-26-06-41-10/nasional/ekonomi/item/1942-film-gajah-mada-segera-digarap.html#" rel="1942" style="-webkit-transition: all 200ms; border: none; color: #fa6600; cursor: pointer; height: 25px; left: 0px; line-height: 25px; outline: none; overflow: hidden; position: absolute; text-decoration: none; text-indent: -1000px; top: 0px; transition: all 200ms; width: 125px; z-index: 2;" title="5 dari 5 bintang">5</a></li>
</ul>
<div class="itemRatingLog" id="itemRatingLog1942" style="float: left; font-size: 11px; margin: 0px; padding: 0px 0px 0px 4px;">
(0 penilaian)</div>
<div class="clr" style="border: none; clear: both; float: none; height: 0px; line-height: 0; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
</div>
<div class="clr" style="border: none; clear: both; float: none; height: 0px; line-height: 0; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
</div>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #111111; font-family: 'Titillium Web'; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span><br />
<div class="itemBody" style="background-color: #f6f6f6; color: #111111; font-family: 'Titillium Web'; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 8px 0px;">
<div class="itemImageBlock" style="margin: 0px 0px 16px;">
<span class="itemImage" style="display: block; margin: 0px 0px 8px; text-align: center;"><a class="k2Modal" href="http://www.wartaharian.co/media/k2/items/cache/a7f4220debd56f6a9630663235912fb6_XL.jpg" rel="{handler: 'image'}" style="-webkit-transition: all 200ms; color: #fa6600; text-decoration: none; transition: all 200ms;" title="Klik untuk melihat gambar"><img alt="film Gajah Mada" src="http://www.wartaharian.co/media/k2/items/cache/a7f4220debd56f6a9630663235912fb6_L.jpg" style="border-bottom-left-radius: 2px; border-bottom-right-radius: 2px; border-top-left-radius: 2px; border-top-right-radius: 2px; border: 0px; height: auto; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: 645px;" /></a></span><span class="itemImageCaption" style="color: #666666; display: block; float: left; font-size: 11px;">film Gajah Mada</span><span class="itemImageCredits" style="color: #999999; display: block; float: right; font-size: 11px; font-style: italic;">hiburan.plasa.msn.com/WARTAHARIAN.CO</span><br />
<div class="clr" style="border: none; clear: both; float: none; height: 0px; line-height: 0; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
</div>
<div class="itemFullText">
<div style="-webkit-font-smoothing: subpixel-antialiased !important; margin-bottom: 10px;">
WARTAHARIAN.CO-(Kediri) Perjalanan hidup Gajah Mada, Patih Kerajaan Majapahit yang dicatat sejarah Indonesia sebagai patih yang hebat karena mampu menyatukan Nusantara, sebentar lagi bisa disaksikan di layar lebar.</div>
<div style="-webkit-font-smoothing: subpixel-antialiased !important; margin-bottom: 10px;">
Film "Gajah Mada" yang mengambil tema "Sira Gajah Mada Ambekel Ing Bhayangkara", akan mulai diproduksi pada Mei 2014 mendatang oleh rumah produksi PT Tawi Nusantara yang penggarapannya akan memakan waktu 2 sampai 3 bulan.</div>
<div style="-webkit-font-smoothing: subpixel-antialiased !important; margin-bottom: 10px;">
Berbagai Proses persiapan penggarapan film Gajah Mada kini sudah mulai dilakukan, dan agar sesuai dengan sejarah, kota Kediri telah dipilih sebagai salah satu lokasi pembuatan film tersebut selain Gunung Bromo, Malang, Tulungagung dan Indramayu.</div>
<div style="-webkit-font-smoothing: subpixel-antialiased !important; margin-bottom: 10px;">
"Napak tilas sejarah Gajah Mada sebelum mempersatukan Nusantara memang diawali dari tugas dan tanggung jawabnya di Kerajaan Dhaha atau Doko Ngasem Kabupaten Kediri," Renny Masmada, penulis skenario sekaligus sutradara film itu di Hotel Bukit Daun, Kediri, Jawa Timur, Minggu.</div>
<div style="-webkit-font-smoothing: subpixel-antialiased !important; margin-bottom: 10px;">
Renny mengaku sudah melakukan riset yang menurutnya memakan waktu yang cukup lama, sampai puluhan tahun dia mendalami sejarah Patih yang memproklamirkan Sumpah Palapa itu.</div>
<div style="-webkit-font-smoothing: subpixel-antialiased !important; margin-bottom: 10px;">
"20 tahun saya meriset sejarah dan cerita tentang Gajah Mada. Waktu yang tidak sebentar itu saya gunakan untuk menjelajah, menelusuri dan mencari jejak perjalanan Gajah Mada yang kepopulerannya melebihi Genghis Khan," tuturnya.</div>
<div style="-webkit-font-smoothing: subpixel-antialiased !important; margin-bottom: 10px;">
Beberapa aktor dan aktris terbaik akan dilibatkandalam penggarapan film bertema klasik kolosal tersebut. antara lain : Ray Sahetapy, Jajang C Noer, Adipura, Pong Hardjatmo, Boy Lee, Ajeng Viola Pitaloka dan Rangga Djoned.</div>
<div style="-webkit-font-smoothing: subpixel-antialiased !important; margin-bottom: 10px;">
Film kolosal itu diperkirakan akan memakan biaya sebesar Rp 30 miliar terutama karena melibatkan banyak pemain, kostum dan setting lokasi.</div>
<div style="-webkit-font-smoothing: subpixel-antialiased !important; margin-bottom: 10px;">
"Ini film klasik kolosal tentang abad ke 13 dan 14, yang pasti banyak sekali pemainnya, sekitar 2.000 sampai 3.000 orang akan ikut bermain dalam film ini," kata Renny<em>.</em></div>
<div style="-webkit-font-smoothing: subpixel-antialiased !important; margin-bottom: 10px;">
Tak hanya adegan peperangan, penonton juga akan dibuat kagum dengan seting Kerajaan Majapahit yang akan dibuat mendekati aslinya, janji Renny. (WH/AP)<br />
<br />
(http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2014_02_01_archive.html)</div>
</div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-46585782071844677792014-01-11T16:36:00.001-08:002014-01-11T16:38:34.488-08:00Perintah Harian Ketua Umum PDI Perjuangan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #333333; line-height: 11.333333015441895px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: xx-small;">Ketua Umum PDI Perjuangan menginstruksikan semua elemen partai untuk menjalankan empat perintah </span></span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="background-color: white; color: #333333; line-height: 11.333333015441895px;">harian. </span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 11.333333015441895px;" /><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 11.333333015441895px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; line-height: 11.333333015441895px;">Empat perintah harian tersebut berisi:</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; line-height: 11.333333015441895px;"><br /><br />Bagi PDI Perjuangan, Tahun 2014 adalah Tahun Penentuan, Pemilu 2014 harus dijadikan momentum penentuan bagi partai untuk berjuang demi kesejahteraan rakyat dengan kembali menegakkan pilar-pilar Trisakti dalam pemerintahan baru 2014-2019 agar terwujud Indonesia Hebat.-<br /><br />Pertama; Perkuat konsolidasi seluruh pilar partai untuk memenangkan pileg dan pilres 2014 dengan mengandalkan semangat gotong royong antar struktur partai, kader PDI Perjuangan dan caleg semua tingkatan untuk menjalankan strategi pemenengan pemilu.-<br /><br />Kedua; Perkuat disiplin partai untuk meneguhkan kembali Kongres III PDI Perjuangan di Bali yang menyerahkan kewenangan untuk memilih calon presiden PDI Perjuangan 2014 di tangan Ketua Umum Partai.<br /><br />Ketiga; Diserukan kepada seluruh elemen partai untuk mewaspadai kemungkinan kecurangan proses pemilihan umum dengan cara melakukan pengawalan seluruh tahapan proses pemilu legislatif dan pemilu presiden sehingga tercipta pemilu yang jujur dan adil sesuai prinsip-prinsip demokrasi.-<br /><br />Keempat, Buka ruang komunikasi dan dialog seluas-luasnya dengan seluruh elemen bangsa untuk menjadikan partai PDI Perjuangan sebagai rumah besar kaum nasionalis dalam proses pemilihan umum 2014.<br /><br />Jakarta, 10 Januari 2014<br /><br />"Megawati Soekarnoputri<br /><br />"Ketua UmumDPP PDIP</span></span><br />
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; line-height: 11.333333015441895px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: xx-small;"><br /></span></span>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; line-height: 11.333333015441895px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: xx-small;"><br /></span></span>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; line-height: 11.333333015441895px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: xx-small;">Sumber: Eva Kusuma Sundari , Facebook.com</span></span></div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-85128301509775579402013-10-04T14:38:00.000-07:002013-10-04T14:40:35.629-07:00’65, Konflik Sumber Daya Alam, dan Agenda Gerakan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/10/65-konflik-sumber-daya-alam-dan-agenda.html">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/10/65-konflik-sumber-daya-alam-dan-agenda.html</a><br />
<h1 class="title" style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Ultra, arial, sans-serif; font-size: 28px; line-height: 1.1em; margin: 0px 0px 0.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
’65, Konflik Sumber Daya Alam, dan Agenda Gerakan</h1>
<div class="post-meta" style="background-color: white; border: 0px; color: #868686; font-family: 'Varela Round', arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin: 0px 0px 1.8em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="tags icon" style="background-color: transparent; border: 0px; clear: both; color: #999999; font-size: 14px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 20px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 622.9375px;">
oleh: <a href="http://indoprogress.com/tag/bosman-batubara/" rel="tag" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #888888; font-weight: bold; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;">Bosman Batubara</a></div>
<span class="small" style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-transform: lowercase; vertical-align: baseline;">diunggah</span> <span class="author vcard" style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-transform: capitalize; vertical-align: baseline;"><span class="fn" style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><a href="http://indoprogress.com/author/coenpontoh/" rel="author" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #888888; font-weight: bold; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" title="Tulisan oleh IndoPROGRESS">IndoPROGRESS</a></span></span> <span class="small" style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-transform: lowercase; vertical-align: baseline;">pada</span> <abbr class="date time published" style="background-color: transparent; border-bottom-color: rgb(153, 153, 153); border-bottom-style: dashed; border-width: 0px 0px 1px; cursor: help; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" title="2013-10-04T08:41:52+0700">4 Oktober 2013</abbr> <span class="small" style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-transform: lowercase; vertical-align: baseline;">dalam</span> <span class="categories" style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><a href="http://indoprogress.com/rubrik/ekonomi-politik/" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #888888; font-weight: bold; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" title="Lihat seluruh tulisan dalam Ekonomi Politik">Ekonomi Politik</a>, <a href="http://indoprogress.com/rubrik/neoliberalisme/" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #888888; font-weight: bold; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" title="Lihat seluruh tulisan dalam Neoliberalisme">Neoliberalisme</a>, <a href="http://indoprogress.com/rubrik/pergerakan/" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #888888; font-weight: bold; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" title="Lihat seluruh tulisan dalam Pergerakan">Pergerakan</a></span></div>
<div class="entry" style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Ubuntu, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Bosman Batubara</strong>, <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">inisiator Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FN-KSDA)</em></div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;">
‘<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ada tiga macam sumber alam, itu harus direbut kembali, dipakai untuk memakmurkan Bangsa kita…</em><br />
<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Satu, sumber hutan; kedua, sumber pertambangan dalam negeri; tiga, sumber kekayaan laut.’</em><br />
Gus Dur</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
SEJARAH selalu berulang. Apa yang dapat kita pelajari dari peristiwa ’65 selain sejarah itu sendiri dan kepentingan rekonsiliasi? Bagaimana menempatkan, sekaligus mengambil pelajaran dari, kasus ’65 dalam konteks konflik sumber daya alam (SDA) di Indonesia masa kini dan yang akan datang? Tulisan ini melihat beberapa kemiripan di antara keduanya, dan bertolak dari situ tulisan ini merumuskan agenda gerakan.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Asia Tenggara 1930-65</strong></div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dalam buku <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Moral Economy of Peasant Rebellion in South East Asia</em> (Scott, 1976) disebutkan bahwa pada tahun 1930-an terjadi beberapa pemberontakan petani di Asia Tenggara seperti di Vietnam, Burma, Indonesia, dan Filipina. Prakondisi sosial-ekonomi yang melatarbelakangi pemberontakan petani adalah kolonialisasi dan krisis ekonomi di tahun 1930-an yang diikuti oleh kenaikan pajak yang diberlakukan kepada para petani.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Beberapa dekade kemudian, kaum pergerakan di masing-masing daerah di Asia Tenggara tersebut menemukan formula nasionalisme sebagai antitesis terhadap kolonialisme, sekaligus berusaha merespon eksploitasi yang nyaris tanpa batas oleh para penjarah di kawasan ini. Indonesia sendiri merdeka sekitar satu setengah dekade sesudahnya.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Pasca kemerdekaan di tahun 1945, di bawah Soekarno, Republik Indonesia (RI) melakukan gerakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing antara tahun 1957-59. Politik nasionalisasi ini berhasil memindahtangankan kepemilikian 90% perkebunan ke tangan pemerintah RI, 62% nilai perdagangan luar negeri, dan sekitar 246 pabrik, perusahaan pertambangan, bank, perkapalan, dan sektor jasa (Kanumoyoso, 2001).</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Zaman terus bergulir, pada tahun 1965, dalam kondisi perang dingin yang semakin memanas, melalui sebuah kudeta yang merangkak, Soekarno didongkel dari kursi kepresidenan dan diganti oleh Jenderal Soeharto yang disokong oleh Amerika Serikat (Klein, 2008). Dan sejak saat itulah, secara perlahan kekuatan kapital internasional semakin mencengkeramkan kuku-kukunya untuk menjarah hampir seluruh penjuru negeri. Sampai sekarang.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Peristiwa ’65 telah menyebabkan hilangnya pekerja-pekerja kebudayaan terbaik di masanya. Lazimnya dalam semua peradaban, dimana para pekerja kebudayaan adalah penantang terdepan setiap bentuk eksploitasi dan fasisme, maka kemusnahan mereka secara massal telah memuluskan rezim birokratik-militeristik otoriter Orde Baru untuk berkuasa penuh selama 32 tahun (Supartono, 2000) dengan cara menumpuk hutang luar negeri dan melego kekayaan alam.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Konflik Sumber Daya Alam di Indonesia pada tahun 2013</strong></div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Konflik di bidang SDA adalah salah satu permasalahan besar di Indonesia Pasca-Reformasi. Sepanjang tahun 2013 saja, telah terjadi 232 konflik SDA di 98 kabupaten kota di 22 provinsi. Pada setiap konflik ini selalu yang diiring dengan jatuhnya korban yang sebagain besar dari kalangan kaum tani. Dari sebanyak 232 konflik SDA yang melibatkan petani ini, 69 persen di antaranya dengan korporasi (swasta), Perhutani 13 persen, taman nasional 9 persen, pemerintah daerah 3 persen, instansi lain 1 persen (<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kompas</em>, 16/02/2013), dan sisa 5 persen lainnya tidak dijelaskan oleh <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kompas</em>.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ada beberapa kemiripan antara apa yang terjadi dalam periode 1930-60-an dengan apa yang terjadi di Indonesia sejak Reformasi 1998 sampai sekarang. Kemiripan <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">pertama</em>, tengah terjadi perubahan yang mendasar dalam hal tata kelola kenegaraan. Pada kurun 1930-60, gelombang nasionalisme berhasil meruntuhkan penjajahan yang telah bercokol selama berabad-abad. Kemerdekaan datang; Indonesia beralih dari sistem kolonial menjadi negara-bangsa. Rupanya, masa pergerakan dan transisi menuju kemerdekaan ini, seperti yang sudah disampaikan di atas, mempengaruhi kehidupan kaum tani dalam hal pajak yang meningkat di zaman kolonial.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Disadari atau tidak, semenjak Reformasi 1998, terjadi pula perubahan besar-besaran dalam hal tata kelola bernegara di Indonesia. Tonggak yang paling dapat dilihat adalah desentralisasi yang memberikan kekuasaan lebih besar terhadap pemerintah kabupaten/kota. Akan tetapi, hal yang jarang disadari adalah bahwa konfigurasi triad lama ‘negara-korporasi-masyarakat’ secara perlahan juga mulai berubah menjadi ‘korporasi+negara-masyarakat.’ Negara Orde Baru yang otoriter telah tumbang, namun beralih rupa menjadi Negara Pasca-Reformasi yang tetap menjadi perpanjangan tangan kapital.<br />
Hukum yang tadinya berfungsi untuk melayani warga negara dan melindunginya dari tindakan kesewenang-wenangan, telah berubah menjadi instrumen yang memuluskan penetrasi kapital secara lebih dalam lagi di sektor ekstraksi. Ada beberapa fakta pendukung untuk lahirnya konfigurasi baru ini.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Contoh pertama lahir dari kasus Lumpur Lapindo. Pada Agustus 2009, Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim) mengeluarkan surat perintah penghentian penyelidikan perkara (SP3) yang membuat penyelidikan terhadap kasus Lumpur Lapindo tidak bisa diproses lebih lanjut di pengadilan (Batubara, 2011). Keluarnya SP3 ini menafikan analisis yang menyatakan bahwa bencana Lumpur Lapindo terjadi karena selubung pengeboran di sumur Banjar Panji-1 (BJP-1) dipasang lebih pendek dari yang direncanakan (Tingay et al. 2008; Batubara dan Utomo, 2012; Batubara 2013), sehingga dengan demikian, kasus Lapindo adalah sebuah bencana industri, alias kejahatan korporasi.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Contoh kedua datang dari kasus ekspansi PT Semen Gresik (SG) ke Pegunungan Kendeng Utara (PKU) di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Jateng), dimana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pati dicoba disesuaikan dengan kepentingan ekspansi PT SG. Kawasan PKU yang dalam RTRW 1993-2012 Kabupaten Pati, masuk dalam kawasan pertanian dan pariwisata, mau diubah peruntukannya menjadi kawasan industri dan pertambangan dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029. Di sini kita melihat bahwa dokumen RTRW justru mau ‘disesuaikan’untuk kepentingan ekspansi PT SG ke PKU di Kabupaten Pati (Batubara, dkk. 2010). Adapun contoh ketiga adalah kemenangan korporasi dalam kasus uji materiil kasus Lumpur Lapindo dan Sorikmas Mining di Mahkamah Agung (Batubara, 2012).</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dari ketiga contoh di atas, orang harus menyimpulkan bahwa di bidang hukum, isu sudah bergerak dari ‘tidak adanya penegakan hukum’ ke ‘hukum yang sudah ditunggangi oleh kepentingan ekspansi kapital dan pada saat yang bersamaan mengabaikan kepentingan masyarakat.’ Lebih lanjut, negara sudah tidak lagi berfungsi sebagai regulator dalam formasi konvensional triad ‘negara-korporasi-masyarakat,’ tetapi sudah berubah menjadi kacung dalam formasi yang sedang menjadi ‘korporasi+negara-masyarakat.’</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Artinya, melihat kemiripan dengan peristiwa sejarah di tahun 1930-60-an, sekarang ini tengah terjadi perubahan tata kelola kenegaraan kita dari negara Orde Baru yang sentralistik dan sangat kuat, menjadi negara yang terdesentralisasi dan secara perlahan berubah menjadi perpanjangan tangan kapital. Rupanya hal ini bersinggungan juga dengan kepentingan kaum tani, sehingga memicu munculnya 232 konflik SDA di tahun 2013 yang hingga kini masih berlangsung. Mayoritas di antaranya (65%) adalah konflik petani versus korporasi (+negara).</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kemiripan <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">kedua</em> adalah menguatnya politik nasionalis. Pada zaman 1930-60-an, kecenderungan ini ditandai dengan keberhasilan kaum pergerakan kemerdekaan memformulasikan permasalahan mereka di dalam konsep nasionalisme—dan cara itu, mereka keluar dari kungkungan kolonial. Kemenangan Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi kepala daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI), adalah salah satu bukti dari penguatan kelompok nasionalis. Jokowi—yang sebelumnya merangkak dari bahwa sebagai pengusaha mebel, lalu terpilih sebagai Walikota Solo dan seterusnya sebagai Gubernur DKI—sangat berpeluang besar memenangkan kursi presiden RI pada pemilu 2014 mendatang. Prediksi ini didukung oleh elektabilitas (tingkat keterpilihan) Jokowi sebagai calon presiden yang sangat tinggi dari berbagai penelitian yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga survei dan menjadi berita di berbagai media.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kenaikan Jokowi menjadi tonggak menguatnya ideologi nasionalisme, yang bahkan pada era Megawati Soekarnoputri pun kehilangan artikulasinya. Alih-alih melakukan politik nasionalisasi seperti halnya Soekarno pada tahun 1957-59 sebagaimana yang disinggung di atas, Megawati malah melakukan hal sebaliknya: melego sejumlah BUMN ke pasar internasional. Sebaliknya, Jokowi, meskipun baru saja naik menjadi Gubernur DKI, langsung mencoba menemukan kembali artikulasi ideologi nasionalisme melalui upayanya mengambil alih perusahaan air minum yang melayani masyarakat di DKI, Palyja, dari tangan investor internasional asal Prancis (Hidayat, 2013).</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Apabila Jokowi berhasil dengan percobaannya mengambil alih Palyja di DKI, maka skenario yang mungkin adalah, ketika Jokowi menjadi Presiden RI pada tahun 2014, ia akan lebih luas menasionalisasikan perusahaan-perusahaan asing. Dengan kata lain, secara terus-menerus mengartikulasikan kembali ideologi nasionalisme dalam ranah ekonomi-politik.<br />
Skenario ini mengantarkan kita pada prediksi yang lain, bahwa kapital nasional dan internasional pasti tidak akan tinggal diam. Mereka akan bergerak memobilisasi segala sumber daya yang mereka miliki untuk menjaga kepentingan ekstraksinya di Indonesia. Dan, di titik ini, kasus ’65 bukan lagi sejarah, tetapi ia adalah hal yang di depan mata.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kemiripan <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">ketiga,</em> dalam diskursus mengenai ’65 yang berkembang, kalangan Nahdliyin terlibat sangat jauh sebagai mesin penjagal kelompok Partai Komunis Indonesia (PKI) ataupun kelompok yang berafiliasi (secara struktural dan idelogis) dengannya. Tetapi cara pandang lain bisa juga ditampilkan, bahwa kaum NU (Nahdliyin) juga adalah korban dari peristiwa ini karena pada kenyataannya, bukan tidak ada korban ’65 dari kalangan santri. Lebih jauh, sebagian besar Nahdliyin pada waktu itu berasal dari kalangan petani desa yang sedikit sekali melek persoalan. Dengan demikian, agenda riset yang harus dirangsang pada titik ini adalah menempatkan kaum Nahdliyin sebagai korban dari skenario politik kalangan yang lebih melek, mereka yang mengambil untung dari peristiwa ’65.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Pola yang sama sudah memperlihat bentuknya dalam berbagai konflik SDA di basis Nahdlatul Ulama (NU). Kita dapat menyaksikan beberapa kasus seperti konflik pembangkit listrik tenaga uap di Kabupaten Batang, konflik rencana pembangunan pabrik semen di PKU Kabupaten Pati, konflik tambang pasir besi Urutsewu di Kebumen Selatan, dan konflik bahan galian C di Kabupaten Mojokerto (FN-KSDA, 2013). Dalam semua kasus yang disebutkan di atas, pola yang terjadi adalah perbedaan aspirasi (kepentingan) antara elit NU dengan kelompok akar rumput yang sebagian besar adalah petani.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Di satu sisi, elit NU merestui ekspansi kapital dan bahkan—dalam beberapa kasus—turut serta dalam proses ekspansi kapital itu sendiri dengan jalan mengambil posisi perantara. Di sisi lain, kelompok akar rumput bergerak menolak ekspansi kapital di bidang industri ekstraktif ini, karena mereka merasa penghidupannya terganggu. Pola seperti ini juga ditemukan dalam kasus tambang emas Tumpang Pitu di Banyuwangi. Bahkan lebih jauh, dalam kasus eksplorasi beberapa perusahaan minyak dan gas (migas) di Madura, Kiai bahkan mengambil posisi memuluskan jalan perusahaan migas untuk membebaskan lahan, lantas memastikan agar proses eksplorasi tidak mengalami gangguan. Tak pelak, hal ini kemudian memunculkan istilah ‘Kiai Migas’ di Madura (Hakim, 2010).</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Untuk mengenali kemiripan dengan kasus ’65, maka dalam kasus konflik SDA sekarang seperti yang sudah diuraikan dalam paragraf sebelumnya, yang bisa kita lihat adalah polarisasi kepentingan di kalangan NU sendiri, yang (kira-kira) mengerucut ke konflik elit vs akar rumpur di kalangan santri. Jika skenario politik nasional di atas berjalan—dalam artian Jokowi naik menjadi presiden di 2014 dan konsisten dengan artikulasi ideologi nasionalismenya, namun harus berhadapan dengan kekuatan kapital di sektor ekstraktif yang bakal mengamankan asetnya—maka, kasus ’65 bukan sebuah sejarah masa lalu, melainkan hari esok yang harus siap diantisipasi. Asalkan ada satu gerakan yang aktif melakukan ideologisasi untuk memperuncing friksi elit vs akar rumput di kalangan santri, maka konflik berdarah akan terulang. Ini artinya, kelompok petani-santri di pedesaan akan kembali menjadi korban.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Gus Dur dan Sumber Daya Alam</strong></div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Apakah pelajaran yang bisa diambil dari Gus Dur dalam hal tata kelola Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia?<br />
Gus Dur adalah seorang nasionalis tulen. Dalam sebuah orasi di hadapan massa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Malang, sehubungan dengan SDA, Gus Dur menyatakan bahwa ‘Ada tiga macam sumber alam [yang] harus direbut kembali, dipakai untuk memakmurkan Bangsa kita… Satu, sumber hutan; kedua, sumber pertambangan dalam negeri; tiga, sumber kekayaan laut.’</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Pesan di atas sebenarnya terartikulasikan dalam sikap yang lebih konkret dalam kasus pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jepara. Waktu itu, Gus Dur mengancam akan mogok makan apabila PLTN didirikan di Jepara. Pernyataan ini kemudian memobilisasi kantong-kantong NU untuk mengadakan perlawanan yang lebih masif menolak pendirian PLTN di Jepara (Fauzan dan Schiller, 2011).</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dalam kontestasi akses dan kontrol terhadap sumber daya yang lebih sengit dalam kasus Lumpur Lapindo, Gus Dur meminta kepada salah satu kiai rakyat agar tidak menjual tanah mereka. Kelompok ini kemudian yang mengambil sikap paling radikal dalam kasus Lumpur Lapindo, dengan memilih tidak menjual tanahnya kepada PT Minarak Lapindo Jaya, kasir PT Lapindo Brantas Inc., seperti yang diperintahkan oleh Peraturan Presiden 14/2007 (Batubara, 2010).</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Terhadap gerakan petani internasional yang menyuarakan kedaulatan petani seperti organisasi petani se-dunia, <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">La Via Campesina</em>, Gus Dur sangat menghormati usaha para petani ini dalam membangun gerakan alternatif guna melawan pengaruh lembaga keuangan dunia seperti International Monetary Fund (IMF) yang sangat merugikan petani (–, 2006).<br />
Dari beberapa nukilan sikap Gus Dur di atas, artikulasinya jelas tanpa tedeng aling-aling. Gus Dur berdiri di belakang Soekarno dalam hal tata kelola SDA.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Agenda Gerakan</strong></div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dari penjelasan di atas, maka Nahdliyin tidak punya pilihan lain kecuali bergerak. Miskinnya kontribusi Lesbumi dalam teks ’65 disebabkan oleh dua hal. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pertama,</em> Lesbumi tidak terlalu aktif pada zaman itu. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kedua,</em> pada zaman sekarang riset dengan mengambil kontribusi Lesbumi dalam kasus ’65 tidak terlalu banyak. Kedua argumen di atas pada dasarnya berujung pada satu titik yang sama: kelompok Lesbumi tidak secara aktif bergerak.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Analisis ini sangat masuk akal, karena, kalau kita lihat dokumen Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), pembukaannya disebut dengan ‘Muqaddimah.’ Dari pemilihan kata ‘Muqaddimah,’ secara logis sebenarnya lebih mudah ‘menarik’ Lekra untuk bergabung dengan kalangan agama (santri), daripada untuk menariknya merapat ke kalangan komunis. Sebaliknya, seandainya ia adalah ‘Manifesto,’ maka secara logis akan lebih mudah menariknya bergabung dengan PKI. Tetapi, karena kerja pengorganisasian dan pergerakan yang tidak jalan, Lesbumi dan Lekra kemudian menjadi sangat jauh, dan justru sebaliknya, Lekra semakin dekat dengan PKI. Artinya, pengalaman ’65 yang memperlihatkan secara telanjang kurangnya pergerakan di kalangan santri, seharusnya tidak boleh terulang lagi. Argumen ini tentu saja masih sangat terbuka untuk didiskusikan.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dengan demikian, agenda gerakan yang paling mendesak adalah pengarusutamaan isu konflik SDA di kalangan santri. Pengarusutamaan (<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mainstreaming)</em> akan membuat kalangan santri melek dengan persoalan ini, dan dengan itu diharapkan akan meminimalisir friksi kepentingan antara elit dengan akar rumput. Pengarusutamaan tidak boleh terpenjara di kalangan santri belaka, tetapi harus menjangkau kalangan yang lebih luas seperti kelompok-kelompok ‘nasionalis’ lainnya. Untuk kelompok nasionalis, isu ini sebenarnya bukan isu yang baru, yang belum dilakukan adalah keluar dari skema korporasi dan negara predatoris yang sudah menjadi perpanjangan tangan korporasi serta membangun sebuah anjungan yang dari situ agenda gerakan bersama difusikan.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Keluar dari skema korporasi bukanlah hal yang mudah, meski tentu saja bukan hal yang mustahil untuk dikerjakan. Kebangkrutan sistem korporasi datang dari dalam dirinya sendiri karena terlalu ekstraktif dalam memfasilitasi akumulasi kapital pada satu atau sekelompok kaum kapitalis. Kapitalisme di sini, mengikut yang disampaikan Marx (1982), mengambil pengertian yang paling mendasar sebagai proses yang melibatkan ‘uang yang bergerak’ (<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">money in motion</em>), dimana orang membeli bukan untuk mengonsumsi, tetapi untuk menjual kembali agar mendapatkan nilai lebih dari sebuah komoditas. Korporasi, melalui eksploitasi terhadap SDA dan pekerjanya sendiri untuk mendapatkan nilai lebih komoditas, telah menjalankan pola ini selama puluhan tahun. Ekstraksi SDA pada dasarnya adalah sebuah proses yang menceraikan para petani dari akses dan kontrol terhadap SDA seperti air dan tanah. Proses ini, dalam kajian kontemporer, lazim disebut sebagai ‘akumulasi lewat jalan perampasan/<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">accumulation by dispossession</em> (Harvey, 2003).</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Jika pada zaman pergerakan kemerdekaan RI, kaum pergerakan telah menemukan rumus gerakan dalam bentuk nasionalisme sebagai antitesis terhadap kolonialisme—yang menjadi struktur tata kelola pada waktu itu—maka di era pasca-Reformasi, kita dapat mengajukan ‘kooperasi’ sebagai antitesis terhadap ‘korporasi’ yang melakukan akumulasi kapital dengan jalan merampas akses dan kontrol SDA dari tangan para pemiliknya yang sah: kaum tani. Kedaulatan petani dalam tata kelola SDA di sini diartikan sebagai kemerdekaan penuh di pihak petani untuk menentukan secara politis tata kelola yang layak bagi SDA yang mereka miliki.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Mengapa ‘kooperasi’? <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pertama</em>, kita mulai dari terminologi. Dalam Bahasa Indonesia, ‘kooperasi’ berarti ‘bekerjasama,’ sedangkan ‘koperasi’ berarti ‘perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan kebendaan para anggotanya dengan cara menjual barang-barang kebutuhan dengan harga murah.’ Terma ‘kooperasi’ secara sadar dipilih sebagai antitesis terhadap ‘koperasi’ karena tiga alasan: (1) Dalam konteks Orde Baru, lembaga-lembaga koperasi sudah dikooptasi oleh rezim birokratik-militeristik otoriter, sehingga koperasi tidak lagi menjadi lembaga yang melayani anggotanya, tetapi menjadi lembaga ekonomi tempat korupsi bersimaharajalela sekaligus menjadi mesin ideologisasi Negara Orde Baru; (2) Pasca-Reformasi, Undang-undang nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian membonsai ‘kooperasi’ menjadi lembaga ekonomi semata dengan membaginya menjadi koperasi produsen, konsumen jasa, dan simpan pinjam. Pembonsaian ini menyebabkan koperasi kehilangan semangat gerakannya, menyimpang dari apa yang diharapkan DN. Aidit yang membayangkan koperasi sebagai alat perjuangan kelas (1963). Spesifikasi lewat UU nomor 17/2012 ini pada dasarnya diambil dari spirit kapitalisme, yang mengandaikan bahwa spesifikasi dalam berbagai bidang akan meningkatkan produktivitas sebuah sistem, dalam hal ini koperasi; (3) Dengan dua argumen di atas, istilah ‘kooperasi’ yang diadopsi dari tulisan Mohammad Hatta (1954) terasa lebih pas tinimbang ‘koperasi.’ Terlebih, dengan adanya usaha penegakkan kedaulatan pemilik yang sah SDA lewat pengambilan kebijakan peruntukkannya yang dimungkinkan melalui rapat tahunan anggota kooperasi, maka tata kelola yang tersentralisir—atau sekadar menjadi bagian dari usaha dakwah dalam bentuk kongsi dagang (Jarkom Fatwa, 2004)—dapat dihindari.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kedua,</em> kita dapat melihat argumentasi ideologis seperti yang ada dalam UUD ’45. UUD ’45 menyatakan bahwa seharusnya perekonomian negara dikelola dengan azas kekeluargaan, dalam hal ini kooperasi adalah bentuk yang paling memungkinkan. Kenyataannya, di era pasca-Reformasi yang menguat justru korporasi. Dengan demikian, inilah momen untuk mengembalikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ke khittah-nya dengan memberikan ruang pengelolaan SDA lewat kooperasi.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ketiga,</em> apakah mungkin mengelola bisnis besar di bidang SDA dengan struktur kooperasi? Sangat mungkin, dan hal ini bukanlah tanpa preseden. Kota Santa Cruz, Bolivia, berpenduduk 1,2 juta jiwa. Pengelolaan suplai air minumnya dilakukan dengan pola kooperasi sejak tahun 1979, dan hingga saat ini merupakan salah satu penyedia air minum publik yang terbaik di Amerika Latin. Semua pelanggan adalah anggota dari Cooverativa de Servicios Publicos Santa Cruz Ltda (SAGUAPAC), dimana para anggota memiliki hak untuk memilih pengurus kooperasi mereka. Tata kelola popular seperti ini sudah muncul di beberapa tempat lain seperti Kemitraan Publik di Ghana, dan Kemitraan Publik-Pekerja di Dhaka (Brennan, et al. 2004). Di Cochabamba dan La Paz/El Alto, Bolivia, pasca ‘Perang Air’ awal tahun 2000-an, privatisasi sumber daya air ditolak kehadirannya di kedua kota itu dan memberikan alternatif berupa tata kelola Kemitraan Publik.\</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Tak dapat dipungkiri, masih terdapat kelemahan di sana-sini, seperti efektivitas pelayanan dan pegawai yang tidak profesional (Spronk, 2007). Namun, kelemahan yang sama juga sangat mungkin dimiliki oleh sektor privat. Pertanyaan apakah mungkin mengelola bisnis besar di bidang SDA dengan struktur kooperasi pada dasarnya adalah pertanyaan yang menyingkap kemiskinan imajinasi. Sebegitu bebalnya imajinasi ini, sehingga yang muncul adalah ketidakpercayaan diri. Jangankan tata kelola sektor SDA dengan kooperasi; apa yang kita sebut sebagai NKRI sekarang ini adalah hasil dari imajinasi yang kemudian dirumuskan dalam aturan-aturan. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mampu merumuskan tata kelola SDA dengan struktur kooperasi.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Pengarusutamaan tata kelola SDA oleh kooperasi adalah langkah awal yang perlu dilakukan di tingkatan Nahdliyin untuk mewujudkan kedaulatan di bidang SDA. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengonsolidasikan berbagai elemen Nahdliyin yang sudah secara jelas menyatakan sikapnya seperti Pengurus Besar (PB) NU, PB PMII, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), dan FN-KSDA.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
PB NU, pada 2012, melalui Konferensi Besar (Konbes) di Cirebon, di bidang ekonomi merekomendasikan ‘renegosiasi kontrak-kontrak karya pertambangan agar memberi manfaat yang lebih besar bagi pemasukan Indonesia dan kesejahteraan warga’ (PB NU, 2012). Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), malah memiliki tuntutan yang lebih tinggi. Pada tahun 2012, PMII menuntut dilakukannya nasionalisasi terhadap aset pertambangan dan energi (Anam, 2013 dan Rasyid, 2013). Sementara, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), menyatakan bahwa tujuan akhir dari tata kelola energi adalah kedaulatan dan ketahanan energi nasional. Bahkan lebih jauh, ISNU mendukung dilaksanakannya reforma agraria (Syeirazi, 2013). FN-KSDA sendiri menetapkan ‘tata kelola SDA yang berkedaulatan dan sebesar-besarnya bermanfaat bagi rakyat Indonesia’ sebagai tujuannya (FN-KSDA, 2013). Akan tetapi secara organisasional, hampir tidak ada gelombang advokasi yang masif dari kelompok NU terhadap warga yang mengalami persoalan konflik SDA. PB NU sendiri lebih banyak bermain di level regulasi seperti judicial review UU Migas, tetapi tidak banyak mendorong pengurus untuk turun ke bawah.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Pola pengambilalihan perusahaan swasta seperti Palyja yang sedang dilakukan Jokowi-Ahok di DKI, mungkin tidak akan berarti banyak karena struktur negara di Indonesia yang masih predatoris, dimana negara lebih berposisi sebagai akumulator kapital yang menindas ketimbang distributor. Kalau sukses di internal Nahdliyin, maka dalam konteks NKRI, tantangan berikutnya adalah menaikkan yang ‘parsial’ ini menjadi sesuatu yang ‘universal.’ Persisnya, menggalang aliansi dengan berbagai kelompok ideologi yang lain, semisal kaum nasionalis, agar kelompok santri tidak bekerja sendiri dalam upayanya menerjemahkan ajaran-ajaran Gus Dur menegakkan kedaulatan di bidang tata kelola SDA. Sebaliknya, bagi kelompok nasionalis, pengalaman kehilangan artikulasi pasca tahun 1998, dimana terjadi banyak privatisasi perusahaan negara justru di bawah Megawati Soekarnoputri, harus dijadikan pelajaran agar tidak terjebak kembali dalam permasalahan yang sama: ketidaksiapan ideologis dalam mengelola kekuasaan (Ali, 2012).</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Akhirnya, menguatnya artikulasi ideologi nasionalis belakangan ini yang sebenarnya bagus, justru malah mengundang kekhawatiran. Kekhawatiran muncul bukan karena takut atau ketidaksukaan atas fenomena ini. Kekhawatiran datang karena kemunculan pemimpin populis seperti Jokowi, tidak akan membawa Indonesia kemana-mana tanpa disokong oleh konsolidasi ideologi dan pengorganisasian politik yang kokoh di belakangnya. Setidaknya sampai sekarang, hal terakhir inilah yang terjadi.***</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tulisan</strong> ini ini sebelumnya sudah dimuat di gusdurian.net. Dimuat ulang untuk tujuan Pendidikan.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Rujukan</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
–, 2006. http://viacampesina.org/en/index.php/actions-and-events-mainmenu-26/world-bank-a-imf–out-mainmenu-58/208-social-movements-conference-in-jakarta-qwe-want-wb-and-imf-out-of-our-landsq, diakses pada tanggal 31 Juli 2013.<br />
Aidit, D.N., 1963. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Peranan Koperasi Dewasa Ini.</em> Depagitprop CC PKI. Djakarta</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ali, A.S., 2012. I<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">deologi Gerakan Pasca-Reformasi: Gerakan-gerakan sosial-politik dalam tinjauan ideologis.</em> LP3ES. Jakarta.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Anam, A.K. (redaktur), 23/05/2013. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">PMII Desak Menteri BUMN Nasionalisasi Tambang.</em> Berita ini dapat dibaca di: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,38069-lang,id-c,nasional-t,PMII+Desak+Menteri+BUMN+Nasionalisasi+Tambang-.phpx, diakses pada tanggal 26/07/2013.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Batubara, B. dan Utomo, P.W., 2012. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kronik Lumpur Lapindo: Skandal bencana industri pengeboran migas di Sidoarjo.</em> INSIST PRESS, Yogyakarta.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Batubara, B., 2010. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Gus Dur: Jangan jual tanahmu</em>. Dapat dibuka di: http://lafadl.org/news/programme-report/gus-dur-jangan-jual-tanahmu-/. Pada tahun 2013 tulisan ini dimuat ulang di: http://gusdurian.org/2013/07/gus-dur-jangan-jual-tanahmu/, keduanya diakses terakhir pada tanggal 31 Juli 2013.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Batubara, B., 2011. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">When the Law Betrays, Literature Must Speak.</em> Inside Indonesia Magazine, (105) Jul-Sep 2011. Artikel ini dapat dibaca di: http://www.insideindonesia.org/weekly-articles/review-the-lapindo-titanic; terakhir dibuka 23 Februari 2013.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Batubara, B., 2012. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Hukum Indonesia yang Memihak Korporasi: Studi kasus Lapindo dan Sorikmas.</em>Artikel ini dapat diakses di: http://indoprogress.com/hukum-indonesia-yang-memihak-korporasi-dalam-kasus-lapindo-dan-sorikmas/, diakses pada tanggal 23/9/2013.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Batubara, B., 2013. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘Perdebatan tentang Penyebab Lumpur Lapindo,’ dalam A. Novenanto, (2013). Membingkai Lapindo: Pendekatan konstruksi sosial atas kasus Lapindo, (Sebuah Bunga Rampai).</em>MedialinK dan Kanisius. Jogjakarta.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Batubara, B., Utomo, P.W. dan Sobirin, M. 2010. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Integrasi Pengurangan Resiko Bencana ke Dalam Perencanaan Regional dalam Konteks Otonomi Daerah: Sebuah agenda dari pembelajaran terhadap kasus-kasus man-made disaster di Pulau Jawa.</em> Makalah ini dipresentasikan pada ‘Seminar Internasional ke- 11: Dinamika Politik Lokal di Indonesia: Ada Apa dengan 10 Tahun Otonomi Daerah? Salatiga, Indonesia’.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Brennan, B., Hack., B., Hoedeman, O., Kishimoto, S., dan Terhorst, P., 2004. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Reclaiming public water!: Participatory alternatives to privatization.</em> Transnational Institute Corporate Europe Observatory. TNI Briefing Series No. 2004/7. Amsterdam.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Fauzan, A.U. and Schiler, J., 2011. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">After Fukushima: The rise of resistance to nuclear energy in Indonesia. German Asia Foundation.</em> Artikel ini dapat dibaca di: http://www.asienhaus.de/public/archiv/resistance-in-indonesia-after-fukushima.pdf, diakses pada tanggal 31 Juli 2013</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
FN-KSDA, 2013. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Lembar Kerja Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumberdaya Alam (FN-KSDA).</em> Tidak dipublikasikan.<br />
Gus Dur, –. Ceramah Gus Dur di Singosari, Malang. Rekaman ceramah ini dapat diunduh di Youtube. Diakses terakhir kali pada Juli 2013.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hakim, E., L., 2010. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kiai Migas.</em> Kompas Jawa Timur, edisi Selasa 19 Januari 2010. Hlm. D.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Harvey, D., 2003. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">The New Imperialism.</em> Oxford University Press. Oxford. Hlm.: 137-82.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hatta, M., 1954. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Menindjau Masalah Kooperasi.</em> P.T. Pembangunan. Djakarta.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hidayat, A.R., 2013. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jokowi: pemprov DKI akan ambil alih Palyja.</em> Dapat diakses di: http://megapolitan.kompas.com/read/2013/06/04/17491641/Jokowi.Pemprov.DKI.Akan.Ambil.Alih.Palyja, diakses pada 23 September 2013.<br />
Jarkom Fatwa (tim), 2004. Sekilas Nahdlatut Tujjar. Pustaka Pesantren. Yogyakarta.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kanumoyoso, B., 2001. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Menguatnya Peran Ekonomi Negara: Nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia.</em> Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Klein, N., 2008. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">The shock doctrine: The rise of disaster capitalism.</em> Penguin Book. Sydney.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Marx, K. , 1982. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Capital I: A critique of political economy.</em> Penguin Books. London.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
PB NU, 2012. Rekomendasi Konbes NU Pondok Kempek Cirebon, 15-17 September 2012. Tidak dipublikasikan.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Rasyid, Y., 31/03/2013. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mahasiswa Yogya Tuntut Nasionalisasi Migas.</em> Berita ini dapat dibaca di: http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/12/03/31/m1qn2r-mahasiswa-yogya-tuntut-nasionalisasi-perusahaan-migas, diakses pada tanggal 26/07/2013.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Scott, J.C., 1976. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">The Moral Economy of the Peasant Rebellion and Subsistence in Southeast Asia.</em>Yale University Press. New York. Hlm. 114-56.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Spronk, S.J., 2007. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">The Politics of Third World Water Privatization: Neoliberal reform and popular resistance in Cochabamba and El Alto, Bolivia</em> (dissertation). Graduate Programme in Political Science, York University, Toronto, Ontario.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Supartono, A. 2000. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Lekra vs manikebu: Perdebatan kebudayaan Indonesia 1950-1965.</em> Skripsi STF Driyarkara. Jakarta.<br />
Syeirazi, M.K. (editor), 2013. Kebangkitan Bangsa Indonesia 1945-2045: Pokok-pokok pikiran sarjana Nahdlatul Ulama. LP3ES, Jakarta, 51-79.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 1.2em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Tingay, M., Heidbach, O., Davies, R. and Swarbrick, R., 2008. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Triggering of the Lusi Mud Eruption: Earthquake vs. drilling initiation.</em> Geology, 36, p. 639-642.</div>
<div class="printfriendly" style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 50px 12px 12px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<a href="http://www.printfriendly.com/print?url=http://indoprogress.com/65-konflik-sumber-daya-alam-dan-agenda-gerakan/" rel="nofollow" style="background-color: transparent; border: none; color: #6d9f00; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: bottom;"><img alt="Print Friendly" src="http://cdn.printfriendly.com/button-print-gry20.png" style="-webkit-box-shadow: none; background-image: none; border: none; box-shadow: none; display: inline-block; height: auto; margin: 0px 6px 0px 0px; max-width: 100%; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: bottom;" /></a></div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-56902484670808763952013-09-28T13:59:00.000-07:002013-09-28T14:10:11.168-07:00Suruh Mendagri Belajar Konstitusi, Ahok Kurang Ajar?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/09/suruh-mendagri-belajar-konstitusi-ahok.html">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/09/suruh-mendagri-belajar-konstitusi-ahok.html</a><br />
<h1 class="w580 ml_5" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 30px; margin: 0px 0px 0px 5px; padding: 0px; width: 580px;">
Suruh Mendagri Belajar Konstitusi, Ahok Kurang Ajar?</h1>
<span class="left font11 ml_5 cc_gray2" style="background-color: white; color: #6f6f6f; float: left; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; margin-left: 5px;"><span class="c_blue" style="color: #0d8db3;"><a href="http://www.kompasiana.com/posts/headlines/" style="color: #0d8db3; text-decoration: none;">HL</a></span> | 27 September 2013 | 15:52</span><span class="right font11 mr_5 cc_gray2" style="background-color: white; color: #6f6f6f; float: right; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; margin-right: 5px;"><img border="0" class="mr_5" pagespeed_url_hash="3510437163" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_baca.gif" style="margin-right: 5px; max-width: 600px;" /> Dibaca: <span class="c_black" style="color: black;"><b>20142 </b></span> <img border="0" class="mr_5" pagespeed_url_hash="3513503402" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/img_komen.gif" style="margin-right: 5px; max-width: 600px;" /> Komentar: <span class="c_black" style="color: black;"><b>120</b></span> <img border="0" class="mr_5" pagespeed_url_hash="1485020299" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_nilai.gif" style="margin-right: 5px; max-width: 600px;" /> 30</span><br />
<div class="clearit" style="background-color: white; clear: both; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
<div class="bl_3 mt_5 mb_20" style="background-color: white; border-top-color: rgb(225, 225, 225); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; margin-bottom: 20px; margin-top: 5px;">
</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; width: 600px;">
<div id="ct_86" style="width: 600px;">
<br />
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="wp-caption aligncenter" id="attachment_268870" style="background-color: #f3f3f3; border-bottom-left-radius: 3px; border-bottom-right-radius: 3px; border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border: 1px solid rgb(221, 221, 221); margin: 10px auto; max-width: 600px; padding-top: 4px; text-align: center; width: 634px;">
<img alt="13802719112031360892" class="size-full wp-image-268870" height="312" pagespeed_url_hash="3333869829" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/09/13802719112031360892.jpg" style="max-width: 600px;" title="13802719112031360892" width="624" /><br />
<div class="wp-caption-text" style="font-size: 11px; line-height: 17px; padding: 0px 4px 5px;">
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bersama Asisten Pembangunan DKI Wiriyatmoko saat menghadiri Apel di Monas, Jakarta, Jumat (27/9/2013). | Kompas.com/Kurnia Sari Aziza</div>
</div>
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: justify;">
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok segera bereaksi keras atas pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi yang mendukung aksi sebagian kecil warga Kelurahan Lenteng Agung yang memaksakan kehendak mereka agar Lurah Lenteng Agung, Susan Jasmine Zulkifli dicopot dari jabatannya dengan alasan lurah tersebut beragama Kristen.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Pada Kamis, 25 September kemarin, Mendagri Gamawan Fauzi meminta kepada Jokowi agar mengevaluasi kembali jabatan Lurah Susan karena adanya penolakan dari warga terhadapnya itu. Dengan kata lain, secara tak langsung, Gamawan meminta Jokowi tunduk kepada kemauan sekelompok warga yang intoleran terhadap perbedaan agama itu. Yang menganggap karena agamanya, Susan Jasmine Zulkifli tidak diperbolehkan menjadi lurah di sana. Padahal jumlah mereka hanya segelintir dibandingkan dengan jumlah seluruh warga Lenteng Agung yang tidak mempersoalkan agama Lurah mereka itu.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Kepada wartawan, seusai mengikuti apel siaga, di Silang Monas, Jakarta, Jumat, 27 September 2013, Ahok berkata kepada wartawan, “Kasih tahu Mendagri, dia harus belajar Konstitusi. Kasih tahu, yang bilang itu, Ahok!” (<em><a href="http://megapolitan.kompas.com/read/2013/09/27/1004219/Basuki.Mendagri.Harus.Belajar.Konstitusi">Kompas.com</a></em>).</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle">
<span style="text-align: justify;">Ahok pun menjelaskan alasannya, kenapa begitu berani “menyuruh” Mendagri, yang </span><em>notabene</em><span style="text-align: justify;"> atasannya itu, belajar Konstitusi (UUD 1945), katanya, </span><em>Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Jadi, pemilihan pemimpin tidak didasarkan oleh keinginan warga untuk menolak atau tidak menolak.</em></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<em></em></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<em>Kemudian, ia justru balik mempertanyakan kepada Mendagri, apabila ada satu juta warga demo di Jakarta, apakah dengan aksi tersebut, berarti ia bersama Jokowi dapat diturunkan dari jabatan yang kini mereka emban?</em></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<em></em></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<em>Secara hitungan, kata dia, Jokowi dan dirinya tidak perlu turun dari posisi Gubernur dan Wakil Gubernur karena angka tersebut masih kurang dari sebagian jumlah warga Jakarta.</em></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<em></em></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<em>“Kalau kamu </em>enggak <em>suka kepada saya, turunkan saya di 2017. Bukan pakai demo-demo. Jadi, sampaikan kepada Mendagri seperti itu,” tegas Ahok lagi.</em></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Apakah dengan demikian Ahok telah berlaku tidak sopan, atau kurang ajar kepada atasannya sendiri?</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Jawabannya adalah tidak!</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Yang namanya atasan tidak mesti selalu benar, dan yang namanya bawahan tidak harus berarti selalu mengikuti apa maunya atasan. Atasan yang tidak benar, tidak patut ditiru, dan permintaan/perintahnya yang tidak benar harus dilawan. Dilawan, dalam arti menolak permintaannya atau perintahnya itu. Apalagi kalau itu permintaan/perintah yang sama saja dengan melawan hukum. Lebih-lebih lagi kalau hukum itu adalah Konstitusi (UUD 1945), bahkan dasar negara (Pancasila)!</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Bawahan yang tipe gila kuasa, penjilat, tidak punya pendirian, tidak punya prinsip, tidak punya ideologi, tidak punya integritas, atau punya karakter yang sama dengan atasannya yang bobrok, biasanya pasti akan selalu mengikuti apa maunya atasannya itu. Jokowi dan Ahok sama sekali bukan tipe demikian. Oleh karena itu pasti mereka akan melawan Mendagri, dengan tidak memenuhi permintaannya itu.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Telah berkali-kali Jokowi-Ahok mengingatkan bahwa mereka hanya tunduk kepada Konstitusi, setiap kehendak yang melawan Konstitusi, akan mereka lawan. Tidak terkecuali Mendagri Gamawan Fauzi. Jangankan Mendagri, saya yakin, sekalipun permintaan itu datang dari Presiden pun, pasti tidak akan dituruti oleh Jokowi-Ahok!</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Ahok beberapa kali berseru, “Siap mati demi Konstitusi!” Inilah saatnya dia membutktikannya. Ironisnya, demi membela Konstitusi, kali ini dia harus melawan atasannya, seorang Mendagri!</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Sekali pun Jokowi-Ahok tidak akan mundur demi membela Konstitusi, dan sekaligus demi pembelajaran kepada rakyat Indonesia, bagaimana kita harus bersikap tegas dan konsisten terhadap perintah Konstitusi.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Dalam Surat Edarannya yang mengecam Mendagri, sekaligus mendukung Jokowi-Ahok,<a href="http://www.setara-institute.org/id/content/soal-lurah-susan-sikap-mendagri-suburkan-intoleransi"> Setara Institut menulis antara lain</a>: “Sekali saja Jokowi-Ahok tunduk pada kehendak politik penyeragaman atas nama mayoritas dan agama, maka tuntutan serupa akan menular di berbagai wilayah lain di Jakarta dan di luar Jakarta. Perlu diingat bahwa Jakarta adalah barometer toleransi dan miniatur kebhinekaan Indonesia. Kekeliruan menyikapi aspirasi intoleran sebagaimana dalam kasus Lurah Susan sangat berpotensi memecah belah kohesi sosial dan tata sosial Indonesia yang bhineka.”</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle">
<span style="text-align: justify;">Seruan Mendagri Gamawan Fauzi itu sesunguhnya merupakan ancaman serius terhadap kesatuan negara Republik Indonesia ini. Konsekuensinya sangat bisa terjadi seperti yang disebut oleh Setara Institut itu. Satu kali saja Jokowi-Ahok menuruti kehendak kelompok intoleran di Lenteng Agung itu, berpotensi besar akan merebak tuntutan yang sama di daerah lain di Jakarta, kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Indonesia akan terkotak-kotak berdasarkan agamanya. Persatuan dan kesatuan di Republik Indonesia tinggal dongeng masa lalu.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Seharusnya Presiden SBY menjatuhkan sangsi kepada Mendagri atas pernyataannya itu. Minimal sebuah teguran keras. Tetapi, mengharapkan SBY bersikap tegas seperti ini, sama dengan mengharapkan berkah yang tiba-tiba jatuh dari langit.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center;">
*</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Untungnya, meskipun secara sistem kepala daerah berada di bawah Kementerian Dalam negeri, mekanisme tata pemerintahan kepala daerah sekarang tidak memberi wewenang penuh kepada Mendagri untuk mencopot seorang kepala daerah, maupun wakilnya. Jika tidak demikian, Gamawan Fauzi yang oleh Setara Institut disebut dengan dengan ormas Islam tertentu (FPI?), mungkin akan melakukannya kepada Jokowi-Ahok, yang sudah pasti tidak akan memenuhi permintannya untuk mencopot Lurah Lenteng Agung (Lurah Susan) itu.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Sikap Mendagri seperti ini, membuat kita semakin tak heran lagi, kalau aksi-aksi intoleran semakin mendapat tempatnya di NKRI ini. Seperti yang pernah saya tulis, kenapa sampai kelompok radikal dan intoleran beragama bisa sedemikian bebas melancarkan aksi-aksi (anarkis)nya, yakni, karena pejabat-pejabat negara tertentu dari daerah sampai pusat sesungguhnya mempunyai pemahaman yang sama dengan kelompok intoleran itu. Sekarang, Mendagri Gamawan Fauzi telah menampilkan dirinya sebagai salah satu contoh kongkritnya.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Sesuatu yang sangat kontradiksi dan sangat janggal, tetapi itulah faktanya yang terjadi di negara ini. Sekontradiksi Presiden SBY yang dalam kondisi demikian bisa-bisanya menerima penghargaan sebagai Negarawan Dunia yang sukses membangun semangat toleransi beragama di negaranya (World Stateman Award 2013).</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: center;">
*</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<strong><span style="text-decoration: underline;"></span></strong></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Apa yang harus dipelajari oleh Mendagri Gamawan Fauzi dari Konstitusi, seperti yang dimaksud Ahok?</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Pelajarannya sebenarnya sederhana saja, pasti Gamawan juga tahu, tetapi karena aliran yang dianutnya dan integritasnya, maka melanggar Konstitusi bukan sesuatu yang serius baginya.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Gamawan pasti sudah pernah belajar, yang harus dia lakukan adalah melaksanakannya! Itulah yang tidak (mau) dia lakukan. Yang mau dia lakukan adalah mengikuti paham intoleransime.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
UUD 1945 Pasal 27, ayat (1):</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<em>Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.</em></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Pasal 28D ayat (3) (amandemen Kedua):</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<em>(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.</em></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Dua pasal inilah yang dimaksud Ahok, harus dipelajari oleh Gamawan Fauzi, karena telah meminta kepada Jokowi-Ahok untuk memenuhi kehendak warga intoleran di lenteng Agung untuk mencopot Lurahnya karena lurah itu beragama Kristen, sedangkan mereka mayoritas Islam.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
UUD 1945 dibuat oleh para pendiri negara ini berdasarkan dasar negara yang sudah ada sebelumnya, yakni Pancasila. Pancasila disusun oleh para pendiri negara ini berdasarkan kenyataan bahwa negara Republik Indonesia terdiri dari sangat banyak suku-bangsa, bahasa, budaya, dan agama. Syarat paling utama negara ini bisa terwujud, berdiri kokoh di atas kebhinekaan itu adalah negara harus bisa mengakomadasikan hak dan kewajiban dasar dari rakyatnya yang sangat plural itu, dengan memberi hak dan kewajiban yang sama di depan hukum dan pemerintahan tanpa melihat latar belakang suku bangsa, bahasa, budaya dan agamanya itu. Agar semua itu bisa berjalan dengan baik, negara menjadi aman dan tenteram, semua orang wajib menghormatinya.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Negara diberi kewenangan dan tugas untuk melindungi hak dan kewajiban setiap warga negaranya itu agar benar-benar dapat dilaksanakan. Yang menjalankan kewenangan dan tugas yang diberikan Konstitusi kepada negara itu adalah para aparatur negaranya. Mulai dari Presiden, menteri-menterinya, gubernur, walikota, dan seterusnya ke bawah.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Pernyataan Mendagri Gamawan Fauzi tersebut di atas jelas bertentangan dengan Konstitusi itu. Maka, sangat benar, kalau Ahok memintanya untuk belajar Konstitusi.</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
Gamawan Fauzi tidak perlu merasa tersinggung, marah, atau terusik harga dirinya sebagai menteri karena disentil oleh Ahok seperti itu. Harga dirinya sebagai seorang menteri justru terusik kalau dia malah melakukan sesuatu perbuatan yang melanggar Konstitusi. Seperti, meminta Jokowi memenuhi kelompok warga intoleran di Lenteng Agung itu untuk mencopot Lurah Susan karena dia seorang Kristen. ***</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpLast">
Artikel terkait:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst">
-<a href="http://jakarta.kompasiana.com/layanan-publik/2013/08/29/pembelajaran-jokowi-ahok-dalam-kasus-lurah-lenteng-agung-587329.html"> </a><a href="http://jakarta.kompasiana.com/layanan-publik/2013/08/29/pembelajaran-jokowi-ahok-dalam-kasus-lurah-lenteng-agung-587329.html">Pembelajaran Jokowi-Ahok dalam Kasus Lurah Lenteng Agung</a></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast">
- <a href="http://hukum.kompasiana.com/2013/09/26/demo-anti-lurah-susan-siapakah-yang-sesungguhnya-mengingkari-perjuangan-pendiri-nkri-ini-595160.html">Demo Anti-Lurah Susan, Siapakah yang Mengingkari Perjuangan Pendiri NKRI</a></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast">
Sumber: <a href="http://politik.kompasiana.com/2013/09/27/suruh-mendagri-belajar-konstitusi-ahok-kurang-ajar-595617.html">http://politik.kompasiana.com/2013/09/27/suruh-mendagri-belajar-konstitusi-ahok-kurang-ajar-595617.html</a></div>
</div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-71386376669433960412013-08-31T07:36:00.001-07:002013-08-31T07:41:08.550-07:00Bung Karno Di Mata SK Trimurti<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/08/bung-karno-di-mata-sk-trimurti.html">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/08/bung-karno-di-mata-sk-trimurti.html</a><br />
<h1 style="font-family: Arial; font-size: 19px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 0px;">
Bung Karno Di Mata SK Trimurti</h1>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b>BERDIKARIonline, Jumat, 21 Juni 2013 | 23:14 WIB · </b></div>
<span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;"> </span><img alt="sk-trimurti.jpg" class="attachment-large wp-post-image" height="290" src="http://www.berdikarionline.com/wp-content/uploads/2010/09/sk-trimurti.jpg-464x290.jpg" style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;" title="" width="464" /><span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;"></span><br />
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<big><strong><br /></strong></big></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<big><strong>21 Juni 1970, 43 tahun yang lalu, Bung Karno wafat. Meski kematiannya disembunyikan oleh rezim Orde Baru, ribuan rakyat Indonesia berjejer di pinggir jalan melepas Bung Karno. Di Blitar, Jawa Timur, lautan manusia menangis saat jenazah Bung Karno diturunkan ke liang lahat.</strong></big></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Hari itu juga, begitu mendengar kabar wafatnya Bung Karno, SK Trimurti pontang-panting ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Di rumah sakit itulah Bung Karno menghembuskan nafasnya yang terakhir.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, sampai di RSPAD, Trimurti baru tahu kalau jenazah Bung Karno sudah dipindahkan ke Wisma Yaso. Ia pun langsung meluncur ke Wisma Yaso. Lagi-lagi perjuangan Trimurti untuk melihat wajah Bung Karno untuk terakhir kalinya tidak gampang. Wisma Yaso sudah dipagar betis oleh tentara. Susah sekali untuk masuk. Tetapi Trimurti tidak kehabisan akal. Ia melihat seorang tentara berdiri dengan mengangkang. Tanpa berfikir lama, ia menerobos sela-sela kaki tentara itu dan berlari menghampir peti jenazah Bung Karno.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Bagi Trimurti, Bung Karno adalah gurunya. Tetapi justru Bung Karno menganggap Trimurti sebagai adiknya. Kalau bukan karena pengaruh Bung Karno, mungkin jalan hidup Trimurti bisa lain. Bung Karno-lah yang menginspirasi Trimurti untuk terjun dalam perjuangan politik.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Trimurti sendiri lahir di tengah keluarga Keraton Kasunanan Surakarta tanggal 11 Mei 1912. Ayahnya, R. Ng. Salim Mangunsuromo, hanya mengajari Trimurti bahwa perempuan pada akhirnya akan menjadi seorang istri. Karena itu, ajaran pertama yang didapatnya hanya: marak (setia pada suami), macak (pandai menghias diri), masak (pandai memasak), dan manak (bisa melahirkan anak).</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, pandangan itu mulai berubah setelah Trimurti menyelesaikan pendidikannya di Meisjes Normaal School (Sekolah Guru Perempuan). Saat itu, ia bekerja sebagai guru di sekolah khusus anak perempuan (Meisjesschool). “Selama mengajar, saya makin akrab dengan buku-buku. Tapi saat itu saya lebih memusatkan perhatian pada buku-buku politik,” ujar Trimurti.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, situasi penjajahan saat itulah yang paling mendorong Trimurti untuk terlibat gerakan politik. Ia menjadi anggota Rukun Wanita dan beberapa kali mengikuti rapat-rapat Boedi Oetomo cabang Banyumas. Namun, saat itu langkah politik Trimurti masih moderat.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Pada tahun 1930, ia mulai berkenalan dengan tulisan-tulisan dan pidato Bung Karno. Ia juga sering mendengar pidato Bung Karno yang menggelegar dari radio. Sejak itulah pemikiran politik radikal mulai merasuki Trimurti. Begitu Bung Karno keluar dari penjara, tahun 1932, ia segera bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo)–pecahan Partai Nasionalis Indonesia (PNI).</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Saat itu Partindo hendak menggelar Rapat Umum di Purwokerto. Trimurti mendengar kabar itu. Dengan menumpangi dokar, ia pergi ke Purwokerto untuk menyimak pidato Bung Karno. Sayang, gedung tempat Rapat Umum sudah penuh sesak. Ia hanya kebagian tempat duduk paling belakang. Namun, kendati Bung Karno berpidato tanpa pengeras suara, suaranya tetap membahana ke seluruh ruangan.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Pidato Bung Karno langsung menohok kolonialisme. Ia menguliti kejahatan kolonialisme dan imperialisme ke akar-akarnya. Tak hanya itu, Ia lantang menyeruan kemerdekaan sebagai jalan keluar dari keterjajahan. Pidato Bung Karno sangat menggugah Trimurti. Sepulang dari Rapat Umum, ia merenung. Akhirnya, ia membulatkan tekad bergabung dengan Partindo. Pekerjaannya sebagai guru di Meisjesschool pun ditinggalkan.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Ia kemudian pindah ke Bandung. Di sana ia mengajar di sekolah pergerakan yang didirikan oleh tokoh nasionalis Sanusa Pane, yakni Perguruan Rakyat. Di sana pula Trimurti mulai bertemu langsung dengan Bung Karno. Ia mulai aktif dalam kursus-kursus politik yang digelar oleh Partindo. Bung Karno jadi pengajarnya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Bung Karno pula yang memicu bakat jurnalisme Trimurti. Suatu hari Bung Karno mengajak Trimurti menulis di korannya, <i>Fikiran Ra’jat</i>. “Tri, ayolah <i>nulis</i>,” ujar Bung Karno. Karena Fikiran Ra’jat adalah majalah minggu politik populer, yang penulis-penulisnya adalah tokoh terkenal, Trimurti pun merasa segan. “Saya <i>ndak</i>bisa,” Jawab Trimurti. Tetapi Bung Karno bersikeras agar Trimurti bisa menulis.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Trimurti belajar keras. Ia belajar merangkai kalimat demi kalimat. Alhasil, dalam waktu singkat ia berhasil. Tulisan-tulisannya tajam dan garang. Tahun 1936, ketika ia bergabung dengan Persatuan Marhaeni Indonesia (PMI) di Jogjakarta, Trimurti menjadi pemimpin redaksi majalah “Soeara Marhaeni”. Sejak itulah, supaya aktivitas politiknya tidak tercium oleh orang tuanya, ia menggunakan nama pena: S.K. Trimurti. Belakangan orang lebih mengenal nama penanya, Trimurti, ketimbang nama aslinya, Surastri.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Selain terkenal tajam dengan goresan penanya, Trimurti juga menjelma menjadi ahli pidato. Ia belajar dari Bung Karno. Pidatonya selalu membakar semangat peserta Rapat Umum. Alhasil, ketika sedang berpidato di sebuah Rapat Umum Wanita, PID datang menghentikannya. Ia diinterogasi panjang lebar. “Pidatomu itu dibikinkan oleh Soekarno, ya?” kata Interogator itu.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Sejak terjun dalam gerakan anti-kolonial, Trimurti sering keluar-masuk penjara. Ia pernah dipenjara 9 bulan gara-gara famplet gelap. Bahkan, menjelang kedatangan fasisme Jepang, Trimurti dipenjara bersama anaknya yang masih balita. Meski sering menjadi langganan hotel Prodeo, Trimurti tidak pernah kapok. Ia sadar, itulah konsekuensi dari pilihan politiknya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tahun 1943, Trimurti diajak Bung Karno masuk ke Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Namun, tak lama berdiri, Putera dibubarkan Jepang. Mereka kemudian dipaksa masuk Jawa Hokokai. Trimurti tidak punya banyak pilihan. Bung Karno berusaha menyakinkan, “<i>kereta</i> yang dibuat Jepang itu hanya satu, ya naikilah. Yang penting kita tetap konsisten terhadap cita-cita.” Bagi Trimurti, bergabung dengan Jawa Hokokai bukan berarti kooperatif dengan Jepang. “Tapi justru sebagai taktik dan strategi untuk menggunakan “kereta” itu bagi perjuangan kami,” ujarnya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Trimurti juga menyaksikan dari dekat detik-detik menuju Proklamasi Kemerdekaan. Tapi tak hanya menyaksikan, Ia bagian dari proses itu sendiri. Ketika Proklamasi 17 Agustus 1945 dibacakan Bung Karno di kediamannya, Pegangsaan Timur 56, Trimurti ditawari untuk menjadi salah satu pengerek bendera Merah-Putih. Namun, ia melimpahkan tawaran itu ke Latief Hendraningrat.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Usai Proklamasi Kemerdekaan, Trimurti menjadi tenaga penting bagi berjalannya roda pemerintahan Republik muda ini. Awalnya, ia menjadi pimpinan pusat Partai Buruh Indonesia (PBI). Ketika Kabinet Amir Sjarifuddin dibentuk, Ia diminta mengisi posisi Menteri Perburuhan. Akhirnya, sejarah mencatat: Trimurti adalah Menteri Perburuhan pertama di republik ini. Semasa menjadi Menteri, ia aktif memperjuangkan UU perburuhan baru sebagai ganti UU perburuhan kolonial.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Ketika Kabinet Amir berakhir di tengah jalan, Trimurti kembali ke Jakarta. Ia aktif mengorganisir gerakan perempuan. Akhirnya, pada tahun 1950-an, bersama sejumlah aktivis perempuan lainnya, Ia mendirikan Gerakan Wanita Indonesia Sedar atau Gerwis. Kelak, Gerwis ini berganti nama menjadi Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia).</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tahun 1959, Trimurti diangkat Bung Karno menjadi Anggota Dewan Nasional. Tahun berikutnya ia ditunjuk sebagai anggota Dewan Perancang Nasional (Depernas). Dan pada saat itu, ketika Kabinet jatuh-bangun, Bung Karno menunjuk Trimurti sebagai Menteri Sosial. Tetapi Trimurti menolak. Ia merasa tidak bisa mengembang banyak tugas sekaligus. Ia menyampaikan keberatannya Bung Karno. Bung Karno agak marah dengan penolakan itu. “Mukanya menjadi merah, tapi dia tidak menyemburkan kemarahannya seperti biasa,” kenang Trimurti.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, meski dekat dengan Bung Karno, bukan berarti Trimurti tidak pernah mengeritik. Ketika Bung Karno memutuskan menikah lagi, Trimurti melancarkan kritik. Ia menentang poligami. Bung Karno marah. “Saya tak ditegurnya,” kata Trimurti. Bahkan, ketika Bung Karno menyematkan Bintang Mahaputra ke dada Trimurti, muka Bung Karno cemberut. Namun, ketika Trimurti lulus dari Fakultas Ekonomi UI dan ada acara Wisuda, Bung Karno justru hadir. Hubungan Trimurti dan Bung Karno pun mencair.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1962, Bung Karno menugasi Trimurti ke Yugoslavia untuk belajar <i>Worker’s Management. </i>Di sana ia belajar tentang gerakan buruh dan bagaimana buruh menjalankan pabrik. Tahun 1965, Trimurti kembali ke Indonesia. Namun, ia kurang <i>sreg</i> dengan kedekatan Bung Karno dan PKI. Maklum, Ia kecewa dengan Gerwani yang terkesan <i>underbouw</i> PKI.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, kendati secara agak renggang, tetapi Trimurti sering menemui Bung Karno di Istana Negara. Di situ Bung Karno sering curhat dari masalah politik hingga keluarga. Begitulah, hingga akhirnya Bung Karno memenuhi panggilan Tuhan pada tanggal 21 Juni 1970. Bagi Trimurti, terlepas dari kelemahannya, Bung Karno adalah gurunya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b>Ulfa Ilyas</b></div>
<div class="crp_related" style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<h3 style="font-size: 14px; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px;">
Artikel Terkait:</h3>
<ul>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/opini/20100916/sk-trimurti-wartawati-pejuang-pembebasan-nasional.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">SK Trimurti, Wartawati Pejuang Pembebasan Nasional</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/bedah-buku-kabar-rakyat/20110623/berdikari-online-akan-bedah-buku-sarinah.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Berdikari Online Akan Bedah Buku “Sarinah”</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/suluh/bedah-buku-sarinah/20110626/bung-karno-dan-gerakan-wanita.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Bung Karno Dan Gerakan Wanita</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20100630/pdi-perjuangan-gelar-seminar-pledoi-bung-karno-%e2%80%9cindonesia-menggugat%e2%80%9d.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">PDI Perjuangan Gelar Seminar Pledoi Bung Karno “Indonesia…</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/suluh/bedah-buku-sarinah/20110626/sarinah-dan-bung-karno.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Sarinah Dan Bung Karno</a></li>
</ul>
</div>
<span style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">Sumber Artikel: <a href="http://www.berdikarionline.com/tokoh/20130621/bung-karno-di-mata-sk-trimurti.html#ixzz2daiIL2Uo" style="color: #003399; text-decoration: none;">http://www.berdikarionline.com/tokoh/20130621/bung-karno-di-mata-sk-trimurti.html#ixzz2daiIL2Uo</a><br />Follow us: <a href="http://ec.tynt.com/b/rw?id=c4NPcCtyyr4P5Sacwqm_6r&u=berdikarionline" style="color: #012261; text-decoration: none;" target="_blank">@berdikarionline on Twitter</a> | <a href="http://ec.tynt.com/b/rf?id=c4NPcCtyyr4P5Sacwqm_6r&u=berdikarionlinedotcom" style="color: #012261; text-decoration: none;" target="_blank">berdikarionlinedotcom on Facebook</a></span></div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-53956645680198764242013-08-19T13:47:00.001-07:002013-08-19T13:50:09.107-07:00"Anak Harto"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/08/anak-harto.html">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/08/anak-harto.html</a>
<br />
<div id="breadcrumb" style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; height: 15px; line-height: 26px; margin-bottom: 5px;">
<ul style="color: #999999; letter-spacing: 0.06em; line-height: normal; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><b style="font-family: OpenSansBold, arial; font-size: x-large; letter-spacing: -1px; line-height: 1.2em;">"Anak Harto"</b></ul>
</div>
<div class="artikel-detail-penulis" style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; position: relative;">
<ul style="color: #999999; float: left; font-size: 12px; list-style: none; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; width: auto;">
<li style="border-right-color: rgb(231, 231, 231); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; float: left; padding: 0px 5px 0px 0px;"> Sabtu, 27 Juli 2013 | 17:32 WIB</li>
</ul>
<div class="clearit" style="clear: both;">
</div>
</div>
<div class="images-area-alt2" style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; height: auto; line-height: 26px; margin-bottom: 10px; width: 760px;">
<div class="images-area-img-alt2" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 1px solid rgb(227, 227, 227); height: auto; overflow: hidden; padding: 6.072916507720947px; position: relative; width: 747.8333129882813px;">
<img border="0" src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/07/27/1731133soehartos780x390.jpg" style="border: none; height: auto; overflow: hidden; position: relative; vertical-align: middle; width: 747.8333129882813px;" /></div>
<div class="images-area-desc-alt2" style="background-color: white; color: #666666; font-size: 0.65em; height: auto; line-height: 16px; overflow: hidden; padding: 5px; position: relative; z-index: 1;">
<div style="overflow: auto;">
<div style="float: left;">
Mantan Presiden Soeharto. | KOMPAS/WAWAN H PRABOWO</div>
<div style="float: left;">
<strong style="background-color: transparent; font-size: 16px; line-height: 26px;"><br /></strong></div>
<div style="float: left;">
<strong style="background-color: transparent; font-size: 16px; line-height: 26px;"><br /></strong></div>
<div style="float: left;">
<strong style="background-color: transparent; font-size: 16px; line-height: 26px;"><br /></strong></div>
<div style="float: left;">
<strong style="background-color: transparent; font-size: 16px; line-height: 26px;"><br /></strong></div>
<div style="float: left;">
<strong style="background-color: transparent; font-size: 16px; line-height: 26px;"><br /></strong></div>
<div style="float: left;">
<br /></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="left-768">
<div style="padding: 10px 20px 10px 0px;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"><b>Oleh: </b><span class="article-author"><b>Budiarto Shambazy</b></span></span><br />
<strong style="color: black; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"><br /></strong></div>
<div style="padding: 10px 20px 10px 0px;">
<strong style="color: black; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;">KOMPAS.com</strong><span style="color: #333333; font-family: Lucida Grande, Lucida Sans Unicode, sans-serif;"><span style="line-height: 26px;"> - Belakangan ini wabah SRS (sindrom rindu Soeharto) kambuh lagi setelah meroketnya harga sembako akibat kenaikan harga BBM. Reformasi telah berusia 15 tahun, presiden sudah gonta-ganti, dan itu belum mengubah persepsi banyak tentang ”zaman Soeharto”.</span></span></div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Muncul pertanyaan serius: siapa kita sebenarnya? Kita sering bernostalgia mengenang masa lalu yang indah, meratapi masa kini yang susah, dan kurang paham merancang masa depan.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Kita terjebak dalam ”pembabakan zaman/orde” yang <em>divisive.</em> ”Zaman normal” lebih baik daripada setelah merdeka atau lihat Orde Baru yang dulu jaya, dicela, dan kini dipuja lagi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Entah siapa yang menciptakan istilah ”Orde Baru". Tetapi, tak lupa dibuat pula identitas ”Orde Lama” sebagai pembanding yang konon lebih buruk dibandingkan dengan Orde Baru.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Jangan lupa, Orde Baru dilahirkan oleh peristiwa ”Gestapu” (Gerakan September 30). Ini mirip dengan ”Gestapo”, dinas intelijen kepolisian Jerman saat Adolf Hitler berkuasa.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Tak sampai lima tahun setelah lahir, sejumlah kalangan dan tokoh sudah mengkritik Orde Baru menyimpang dari cita-citanya. Demokrasi mulai ditinggalkan, pers dan oposisi dibungkam, dan korupsi pun merajalela.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Pemilu-pemilu Orde Baru sejak 1971 mulai direkayasa demi kemenangan Golkar. Rezim Orde Baru memaksakan pula fusi partai tahun 1973 sebagai cara untuk melakukan depolitisasi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Mungkin Orde Baru dianggap ”sukses” karena Pak Harto lebih memusatkan perhatian pada pembangunan ekonomi. Ironisnya, pembangunan ekonomi inilah yang jadi sumber korupsi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Korupsi yang gila-gilaan jelas merupakan warisan Orde Baru. Mungkin yang membedakan korupsi yang terjadi saat itu dengan sekarang ini hanya soal metode dan jumlahnya saja.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Kualitas korupsi tetap sama. Kalau di zaman Orde Baru korupsi terjadi di bawah meja, di zaman Orde Reformasi sampai meja-mejanya diangkut sekalian.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Namun, tidak ada yang membedakan antara presiden sejak era Orde Baru sampai sekarang. Mereka kurang peka menangkap aspirasi rakyat, malah cenderung tutup telinga dan mata terhadap kritik dan saran.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Kritik paling pedas terhadap Pak Harto ditujukan oleh Ali Sadikin bersama 49 tokoh yang menerbitkan ”Pernyataan Keprihatinan”. Isinya mengecam pidato Pak Harto dalam Rapat Pimpinan ABRI di Pekanbaru, 27 Maret 1980, dan HUT Kopassandha di Cijantung, 16 April 1980.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Petisi 50 terdiri dari beragam tokoh berbagai latar belakang. Jenderal-jenderal purnawirawan, selain Bang Ali, ada Jenderal Besar AH Nasution (mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata) dan Jenderal (Pol) Hoegeng (mantan Kepala Polri).</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Politisi-politisi kawakan juga banyak, seperti tokoh Islam Mohammad Natsir, tokoh nasionalis Manai Sophiaan, sampai perempuan pejuang kita, SK Trimurti. Beberapa bekas aktivis perjuangan mahasiswa juga ada, seperti Judilherry Justam (angkatan Malari).</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Isi pernyataan keprihatinan ditujukan pada kebiasaan Pak Harto yang tiap sebentar mengidentifikasikan dirinya dengan Pancasila. Jadi, menyerang Pak Harto berarti menyerang Pancasila dan itu subversif.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Begitu marahnya Pak Harto sampai anak Bang Ali dilarang meminjam uang ke bank. Mereka tak bisa datang ke pesta pernikahan jika Pak Harto hadir dalam kenduri tersebut.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Meski Pak Harto banyak kesalahannya, janganlah kita melupakan jasa dia. Lebih penting lagi, jangan kita lupa pada orang-orang di sekitar Pak Harto yang ikut menjerumuskan dia sekaligus memetik keuntungan.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
”Anak-anak Harto” (anak-anak hasil didikan Pak Harto) sampai sekarang masih berkeliaran. Dalam bahasa Inggris mereka disebut men for all seasons atau, dalam bahasa Indonesia, petualang musiman.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Dalam bahasa politik mereka disebut ”cognoscenti” atau kelompok ”maha tahu” yang mondar-mandir di pusat-pusat kekuasaan Ibu Kota. Sampai kini mereka masih ada di sekeliling kita menyembunyikan identitas sebagai pengurus partai politik, anggota DPR, pakar dan ilmuwan, bankir dan wartawan, sampai pejabat.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Kelompok ”cognoscenti” cuma mengenal istilah kekuasaan, kekayaan, dan orang-orang peliharaan. Mereka jadi pusat perhatian, sangat menguasai ilmu ”pengibulan”, cepat menyabet kesempatan, dan secepat kilat kabur ke luar negeri menghindari penangkapan.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Mereka cepat berganti rupa, pindah-pindah afiliasi politik, ahli menjadi tukang tadah, dan lihai menyelesaikan aneka masalah. Di masa Orde Baru sebagian jadi menteri, di masa Orde Reformasi jadi anggota DPR, bisa juga jadi pemuka etnis, dan sampai kini dicurigai terlibat korupsi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Dalam tiga kali pemilu, 1999, 2004, dan 2009, mereka mendanai sekaligus mengotaki partai-partai yang berganti-ganti nama dan ideologi. Dalam rangka menyelamatkan diri, mereka tampil sebagai pengurus olahraga, pembina ini-itu, sampai budayawan.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Mereka tahu persis berapa banyak anggaran pembangunan yang bisa ditilep, berapa harga<em>mark-up</em> proyek, dan berapa pula tarif sogok aparat. Mereka bisa menyelenggarakan korupsi secara solo atau bersama-sama.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Sebagian dari mereka sudah lama menyingkir bahkan ketika Pak Harto tak lagi berkuasa. Sebagian lagi sampai kini masih berkiprah dan kadang Anda bisa lihat mereka di media massa.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Selama sekitar 30 tahun, mereka menjalani peran sebagai anak Harto. Tatkala zaman berubah, mereka cepat-cepat ganti loyalitas kepada Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, dan SBY.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Sebagian besar dari capres yang sering disebut-sebut media massa juga anak-anak Harto. Ironisnya, popularitas dan elektabilitas mereka kini berada di bawah yang bukan anak Harto.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Mungkinkah ini pertanda era anak Harto segera berakhir? Saya tak tahu jawabannya.</div>
<div class="clearit" style="clear: both; color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;">
</div>
<div class="sumber-artikel" style="color: #999999; float: left; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 0.75em; line-height: normal; margin-top: 10px;">
Sumber : <a href="http://print.kompas.com/" style="color: #3399ff; font-size: 16px; line-height: 26px; text-decoration: none;" target="__blank">Kompas Cetak</a></div>
<div class="clearit" style="clear: both; color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;">
</div>
<div class="editor-artikel" style="color: #999999; float: left; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 0.75em; line-height: normal; margin: 10px 0px 20px;">
Editor : Hindra Liauw</div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-88759840632243323462013-08-15T03:10:00.000-07:002013-08-15T03:12:00.300-07:00Tiga Dokter Pelopor Pergerakan Nasional<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div>
<a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/08/tiga-dokter-pelopor-pergerakan-nasional.html">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/08/tiga-dokter-pelopor-pergerakan-nasional.html</a></div>
<div>
<h1 style="font-family: Arial; font-size: 19px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tiga Dokter Pelopor Pergerakan Nasional</h1>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b>BERDIKARIonline, Kamis, 15 Agustus 2013 | 7:35 WIB · <span class="dsq-postid" rel="25728 http://www.berdikarionline.com/?p=25728">0 Komentar</span></b></div>
<span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;"> </span><img alt="Tiga Dokter" class="attachment-large wp-post-image" height="290" src="http://www.berdikarionline.com/wp-content/uploads/2013/08/Tiga-Dokter-451x290.jpg" style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;" title="" width="451" /><span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;"></span><br />
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<big><strong>Ini jelas menarik. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, para dokter punya andil yang sangat besar. Bahkan, para dokter itulah yang turut mempelopori pergerakan nasional.</strong></big></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Ini tidak lepas dari keberadaan STOVIA. Singkatan dari <i>School tot Opleiding van Indische Artsen</i> (Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera). Saat itu, banyak penyakit yang menyebar di Hindia-Belanda. Salah satunya adalah wabah pes.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, mendatangkan dokter dari Belanda tidak mudah. Biayanya juga sangat mahal. Karena itu, dibikinlah sekolah Dokter Jawa di Hindia-Belanda. Mulanya sekolah ini hanya terbuka bagi keturunan priayi atas. Namun, anda tahu sendiri, priayi-priayi atas itu tidak tertarik dengan pekerjaan dokter.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Akhirnya, pada tahun 1891, sekolah ini dibuka untuk priayi menengah dan rendahan. Inilah yang memungkinkan anak priayi rendahan, seperti Wahidin, bisa mengenyam pendidikan di STOVIA. Begitu pula dengan Tjipto Mangoenkoesoemo dan adiknya, Gunawan. Mereka hanya anak guru di Semarang.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
STOVIA menggratiskan biaya pendidikannya. Malahan, mahasiswa juga mendapat alat-alat kuliah dan seragam gratis. Juga setiap mahasiswa menerima uang saku sebesar 15 gulden per-bulan. Tetapi ada syaratnya: setiap lulusan STOVIA harus bekerja di dinas pemerintah.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, sejarah Indonesia banyak mencatat, bahwa pelajar-pelajar STOVIA-lah yang mengawali pergerakan nasional modern, yakni berorganisasi. Dalam penulisan sejarah resmi, Boedi Oetomo (BO) dianggap organisasi modern pertama. Organisasi ini juga didaulat sebagai peletak <i>Kebangkitan Nasional</i>. Nah, BO ini didirikan oleh mahasiswa STOVIA, yakni Dr. Sutomo, Dr. Wahidin dan Dr Tjipto.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, penetapan BO sebagai organisasi pencetus kebangkitan nasional masih polemik. Salah satu pengeritiknya adalah sastrawan terkemuka Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Menurut Pram, sejak didirikan di tahun 1908 hingga peleburannya ke dalam Partai Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) di tahun 1935, BO tidak beranjak dari organisasi kesukuan.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Bagi Pram, dua tahun sebelum kelahiran BO, yakni 1906, sudah berdiri organisasi modern yang dibangun di tangan pribumi, yakni Sarekat Priayi. Pendirinya adalah pelajar STOVIA yang tidak lulus: Tirto Adhisoerjo (TAS). Artinya, lagi-lagi pelajar STOVIA punya andil besar dalam mengawali pergerakan nasional.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Berikut ini profil tiga Dokter yang mempelopori pergerakan nasional.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b>1. Dr Wahidin Soedirohoesodo.</b></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Dokter Wahidin lahir tanggal 7 Januari 1852 di Mlati, Sleman, Jogjakarta. Ia adalah anak dari keluarga priayi rendahan. Meski begitu, Wahidin tercatat sebagai anak pribumi pertama yang diterima di Sekolah Dasar Anak Eropa (Europesche Lagere School, ELS).</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Pada tahun 1869, ia meneruskan belajar di Sekolah Dokter Bumiputera (Sekolah Dokter Jawa). Ini cikal bakal STOVIA. Karena terhitung cerdas, begitu lulus 1872, Wahidin diangkat sebagai Asisten Pengajar di sekolah itu. Beberapa tahun kemudian, ia berdinas kesehatan di Yogyakarta.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tiga puluh tahun lebih ia menggeluti pekerjaannya itu. Sebagai dokter, ia banyak bersentuhan dengan rakyat. Hatinya mulai tergugah oleh penderitaan bangsanya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Sementara itu, dunia dikejutkan oleh kebangkitan gerakan Turki Muda dan pergerakan nasionalis Tiongkok. Ia menyadari, senjata modern untuk mengejar kemajuan adalah organisasi. Sayang, saat itu bumiputera masih terlelap dalam tidurnya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Sementara orang Tionghoa dan Arab, yang mengerti perkembangan baru itu, sudah berorganisasi. Orang Tionghoa mendirikan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) tahun 1900, sedangkan orang Arab mendirikan Sumatra Batavia Alkhairah (1902) dan Jamiatul Khair (1904). Kaum pribumi belum juga memulai.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Wahidin pun meninggalkan profesi dokternya. Ia merasa, pekerjaannya sebagai dokter tak begitu berguna bagi kemajuan bangsanya. Ia berkata: “Bangsa ini tetap tidur dalam impian kacau tapi indah. Seorang dokter tak bisa hanya menyembuhkan luka pada badan seorang pasien, tapi juga harus menyembuhkan luka sebuah bangsa yang sedang sakit.”</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Awalnya, ia berusaha menyebarkan cita-citanya melalui koran bernama <i>Retnodhoemilah</i>. Sayang, suaranya melalui koran itu kurang terdengar. Karena itu, pada tahun 1906, berbekal uang tabungannya selama bekerja sebagai Dokter, Ia berkeliling berkeliling Pulau Jawa. Ia mendatangi pembesar-pembesar pribumi terkemuka, seperti Bupati dan Priyayi kalangan atas, dan mengajaknya membangun organisasi.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Sayang, hasilnya kembali nihil. Malahan, ia merasa seperti orang yang berseru-seru di tengah padang pasir. Tidak satupun orang yang mendengar seruannya. Namun, ia tidak patah semangat. Tahun 1906, Wahidin bertemu anak-anak muda di sekolah dokter Jawa–STOVIA. Ia diundang sebagai pembicara dalam sebuah forum di hadapan civitas akademika STOVIA.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Wahidin tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia menguraikan pikirannya dengan tajam dan menukik. Alhasil, beberapa pelajar STOVIA pun tergugah: Raden Soetomo, Tjipto Mangoenkoesoemo, Goenawan Mangoenkoesumo, dan Tirto Adhisoerjo .</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tetapi yang paling cepat bergerak merespon seruan Wahidin adalah Tirto Adhisoerjo. Tirto langsung mendirikan Sarekat Priayi tahun 1906. Hanya saja, karena kesibukan di luar, Tirto di-DO dari STOVIA. Sementara kelompok Raden Soetomo baru mendirikan BO tahun 1908.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Dengan demikian, Wahidin bisa kita tempatkan sebagai “penganjur organisasi modern pertama.” Wahidin sendiri akhirnya bergabung ke BO di saat-saat awal.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b>2. Dr. Soetomo</b></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Dokter Soetomo lahir di Ngepah, Nganjuk, Jawa Timur, pada tanggal 30 Juli 1888. Ia adalah keturunan priayi menengah. Ayahnya, Raden Soewadji, adalah Wedana di Maospati, Madiun.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Setelah tamat Sekolah Dasar, Soetomo di terima di STOVIA di Batavia. Itu terjadi tahun 1903. Mulanya Soetomo tidak pernah berpikir bahwa perjalanan hidupnya akan menyentuh sebuah pelabuhan lain bernama Organisasi. Mimpinya hanyalah menjadi dokter dan berdinas di pemerintah Hindia-Belanda.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, pidato Wahidin di tahun 1906-lah yang mengubah cara-pandangnya. “Suaranya yang jelas dan tenang membuka hati dan fikiran saya. Ia membawa gagasan-gagasan baru dan membuka dunia baru yang meliput saya yang terluka dan sakit,” tulis Soetomo dalam bukunya, Kenang-Kenangan (1943), yang mengisahkan pertemuan itu.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Dua tahun kemudian, tepatnya 20 Mei 1908, bertempat di Aula STOVIA di Batavia, Soetomo dan kawan-kawannya mendeklarasikan berdirinya organisasi bernama Boedi Oetomo. Ia pun langsung didaulat sebagai Ketua dari organisasi baru ini.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Di tangan pelajar-pelajar STOVIA yang bersemangat, BO melebarkan sayap sangat cepat. Mereka berhasil merekrut para Bupati dan Pangeran/Bangsawan. Ini pula yang menyebabkan keanggotaan BO berkembang pesat. Namun, ini pula awal malapetaka bagi BO sendiri: dilahirkan di tangan priayi dan dicekik mati oleh tangan priayi pula.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Dalam perkembangannya, BO makin dikuasai oleh Bupati dan bangsawan. Sementara peran Soetomo dan Wahidin makin diperkecil. Puncaknya, pada Kongres ke-II BO di Jogjakarta, Desember 1908, kepemimpinan BO diambil-alih oleh golongan priayi bangsawan yang anti-kemajuan. Sementara Dokter Soetomo, sang pendiri, hanya kebagian sebagai pengurus BO cabang Jakarta.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tamat dari STOVIA, Dokter Soetomo pun bergelut sebagai Dokter di pemerintahan Hindia-Belanda. Ia berpindah-pindah dari Semarang, lalu Tuban, kemudian ke Sumatera (Lubuk Pakam dan Batu Raja), dan selanjutnya di Malang dan Blora.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tahun 1919, Dokter Soetomo memutuskan melanjutkan Studinya di Negeri Belanda. Di sana ia sempat bergabung dengan Perhimpunan Indonesia. Ia kembali ke Indonesia tahun 1923. Ia sempat bertugas sebagai Dokter dan sekaligus dosen di Sekolah Dokter (NIAS) Surabaya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Di sana, Dokter Soetomo mendirikan kelompok diskusi bernama Indonesische Studieclub atau Kelompok Studi Indonesia. Kelak, kelompok studi ini menjadi cikal bakal berdirinya Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Namun, partai sangat moderat dan lebih banyak bermain di parlemen boneka alias <i>Volksraad</i>.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b>3. Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo</b></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tjipto lahir di Ambarawa, Jawa Tengah, tahun 1886. Ia adalah anak tertua dari keluarga guru bahasa Melayu di sekolah pemerintah. Karena itu, Tjipto dan saudara-saudaranya bisa menikmati pendidikan bergaya barat. Ia sempat mengenyam pendidikan di ELS.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tahun 1899, Tjipto masuk STOVIA di Batavia. Berkat pengetahuan moderan yang dicecapnya, ia banyak berpikir tentang perlunya kemajuan bagi bumiputera. Sayang, kemajuan itu dihambat oleh dominasi kolonial.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Pada tahun 1907, Tjipto sudah berani menyebar-luaskan gagasannya melalui surat kabar liberal Belanda, <i>De Locomotief</i>. Di situ ia mulai menggugat tatanan kolonial.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tahun 1908, ketika Boedi Oetomo didirikan, Tjipto juga ikut ambil bagian. Ia terpilih sebagai Komisaris pada kongres pertamanya. Pada kongres itu, ia menyarankan agar anak-anak priayi itu terlibat dalam perjuangan politik. Sayang, usulannya ditolak oleh mayoritas kongres.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Saat itu, Ia mulai menyadari bahwa watak priayi dari organisasi itu menghalanginya untuk berkembang maju. Di Kongres itu pula ia bertemu seorang Indo yang berpikiran radikal, yaitu Ernest Douwes Dekker. Tak lama kemudian, ia meninggalkan BO.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Bersama Douwes Dekker dan Suwardi (Ki Hajar Dewantara), ia mendirikan Indische Partij (IP) tahun 1912. Inilah organisasi politik pertama di Hindia-Belanda. Tujuannya pun sangat politis dan radikal: kemerdekaan Hindia.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Pada tahun 1913, Belanda memperingati 100 Tahun kemerdekaannya. Tidak tahu malu, Belanda ingin membuat perayaan besar-besaran pula di negeri jajahannya, Hindia-Belanda. Namun, untuk membiayai pesta besar-besaran itu, pemerintah kolonial meminta sumbangan dari rakyat terjajah.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tjipto dan Suwardi marah besar. Mereka pun segera membentuk Komite Bumiputera untuk memprotes perayaan itu. Tak hanya, Suwardi juga menulis artikel pedas berjudul “Als ik een Nederlander was…..” (“Kalau saya seorang Belanda……”). Tjipto juga membuat artikel yang tak kalah pedasnya: “Kracht of vress?” (kekuatan atau takut?”)</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Artikel-artikel itu membuat merah telinga penguasa kolonial. Sebagai reaksinya, mereka pun menciduk Tjipto dan Suwardi. Keduanya dibuang ke negeri Belanda. Tahun 1914, Tjipto dipulangkan karena sakit.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tjipto, yang sempat menamatkan sekolahnya di STOVIA, dikenal sebagai ksatria yang pemberani. Setelah tamat dari STOVIA tahun 1905, ia sempat berdinas di pemerintah Belanda di Banjarmasin, Demak, dan Surakarta. Tahun 1910, ketika wabah pes mengamuk di Malang, Jawa Timur, ia berdiri di garda depan untuk membasminya. Lantaran jasanya itu ia dianugerahi tanda jasa <i>Ridderkruis</i> (lencana kehormatan Belanda) tahta Oranye-Nassau. Namun, karena tak sudi menerima penghargaan dari penjajah, ia meletakkan medali itu di pantatnya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tjipto juga sangat anti-feodal. Pernah, saat masih berdinas di Surakarta tahun 1909, Ia membawa delmannya dengan tenang memasuki alun-alun kraton Surakarta. Padahal, tempat itu hanya diperuntukkan untuk kereta Sultan dan Pangeran. Pada tahun 1919, ia membuat pementasan ketoprak untuk menyindir kekuasaan Sunan yang licik dan anti-rakyat.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b>Timur Subangun</b>, <i>kontributor Berdikari Online</i></div>
<div class="crp_related" style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<h3 style="font-size: 14px; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px;">
Artikel Terkait:</h3>
<ul>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/tokoh/20121019/wahidin-sudirohusodo-sang-penyuluh-berorganisasi.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Wahidin Soedirohoesodo, Sang Penyuluh Berorganisasi</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/20120421/stovia-kisah-sekolah-dokter-gratis-di-jaman-kolonial.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">STOVIA: Kisah Sekolah Dokter Gratis Di Jaman Kolonial</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/tokoh/20120916/cipto-mangunkusumo-sang-pejuang-kesehatan-rakyat.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Tjipto Mangunkusumo: Pendobrak Feodalisme Dan Pejuang…</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/editorial/20130520/dari-kebangkitan-nasional-menuju-kebangkitan-rakyat.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Dari Kebangkitan Nasional Menuju Kebangkitan Rakyat</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/tokoh/20120516/abdul-rivai-si-pengeritik-pedas-itu.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Abdul Rivai, Si Pengeritik Pedas Itu</a></li>
</ul>
</div>
<span style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;"><br /><br />Sumber Artikel: <a href="http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20130815/tiga-dokter-pelopor-pergerakan-nasional.html#ixzz2c1FDXpO8" style="color: #003399; text-decoration: none;">http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20130815/tiga-dokter-pelopor-pergerakan-nasional.html#ixzz2c1FDXpO8</a><br />Follow us: <a href="http://ec.tynt.com/b/rw?id=c4NPcCtyyr4P5Sacwqm_6r&u=berdikarionline" style="color: #012261; text-decoration: none;" target="_blank">@berdikarionline on Twitter</a> | <a href="http://ec.tynt.com/b/rf?id=c4NPcCtyyr4P5Sacwqm_6r&u=berdikarionlinedotcom" style="color: #012261; text-decoration: none;" target="_blank">berdikarionlinedotcom on Facebook</a></span></div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-8507936962659592852013-08-04T02:50:00.000-07:002013-08-04T03:00:57.665-07:00Siapa Sosok Capres PDIP Selain Jokowi?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/08/siapa-sosok-capres-pdip-selain-jokowi.html">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/08/siapa-sosok-capres-pdip-selain-jokowi.html</a><br />
<h1 style="background-color: white; border: 0px; color: #181818; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 24px; font-weight: normal; line-height: 28px; margin: 0px; padding: 10px 0px 0px; vertical-align: baseline;">
Siapa Sosok Capres PDIP Selain Jokowi?</h1>
<div class="date-time fl" style="background-color: white; border: 0px; color: #777777; float: left; font-family: Arial, HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', sans-serif; font-size: 11px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 0px 0px 7px; vertical-align: baseline; width: 642px;">
Minggu, 04 Agustus 2013 07:37 wib</div>
<div class="author fl" style="background-color: white; border: 0px; color: #b30000; float: left; font-family: Arial, HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Tri Kurniawan - Okezone</div>
<div class="share" style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; display: inline-block; float: left; font-family: Arial, HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', sans-serif; font-size: 14px; height: 13px; line-height: 20px; margin: 10px 0px; overflow: hidden; padding: 0px 0px 15px; vertical-align: baseline;">
<iframe frameborder="0" id="iframe_reactions" scrolling="no" src="http://services.okezone.com/share2/index/aHR0cDovL25ld3Mub2tlem9uZS5jb20vcmVhZC8yMDEzLzA4LzA0LzMzOS84NDczNTkvc2lhcGEtc29zb2stY2FwcmVzLXBkaXAtc2VsYWluLWpva293aQ==/U2lhcGEgU29zb2sgQ2FwcmVzIFBESVAgU2VsYWluIEpva293aT8=" style="border-style: none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; height: 40px; line-height: inherit; margin: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 640px;"></iframe></div>
<div class="detail-img fl" style="background-color: #cccccc; border: 0px; color: #222222; float: left; font-family: Arial, HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 0px 0px 10px; padding: 5px; vertical-align: baseline;">
<img alt="Joko Widodo" id="detailpic" src="http://img.okeinfo.net/content/2013/08/04/339/847359/W4OrbKPVXQ.jpg" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" /><span style="border: 0px; display: block; font-family: inherit; font-size: 11px; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Joko Widodo</span></div>
<div class="skyscrapper" style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; float: right; font-family: Arial, HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', sans-serif; font-size: 14px; height: 600px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 0px 0px 0px 10px; vertical-align: baseline; width: 160px;">
<ins style="border: none; display: inline-table; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; height: 600px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline; visibility: visible; width: 160px;"><ins id="aswift_0_anchor" style="border: none; display: block; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; height: 600px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline; visibility: visible; width: 160px;"><iframe allowtransparency="true" frameborder="0" height="600" hspace="0" id="aswift_0" marginheight="0" marginwidth="0" name="aswift_0" scrolling="no" style="border-width: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; left: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 0px; vertical-align: baseline;" vspace="0" width="160"></iframe></ins></ins><div id="beacon_56092b0587" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; left: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; position: absolute; top: 0px; vertical-align: baseline; visibility: hidden;">
<img alt="" height="0" src="http://b.okezone.com/delivery/lg.php?bannerid=1108&campaignid=492&zoneid=1535&loc=1&referer=http%3A%2F%2Fnews.okezone.com%2Fread%2F2013%2F08%2F04%2F339%2F847359%2Fsiapa-sosok-capres-pdip-selain-jokowi&cb=56092b0587" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; height: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 0px;" width="0" /></div>
</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; clear: left; color: #222222; font-family: Arial, HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">JAKARTA</strong> - Pengamat politik AS Hikam yakin Joko Widodo (Jokowi) akan maju sebagai calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Menurutnya, Ketua Umum PDIP, Megawati Sukarnoputri tak akan bisa menolak kehendak rakyat.<br />
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />
"PDIP harus berpikir serius jika ingin menang pada Pemilu 2014. Siapa lagi yang akan ditunjuk jadi capres selain Jokowi," kata Hikam kepada Okezone, Sabtu (3/8/2013).<br />
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />
Menurutnya, PDIP belum mendeklarasikan Jokowi sebagai capres karena masih menunggu sosok cawapres yang tepat untuk mendampingi Gubernur DKI Jakarta itu. "Mereka masih berpikir siapa yang pas," terangnya.<br />
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />
Kata dia, mendeklarasikan Jokowi sebagai capres lebih cepat itu akan lebih baik. "Sekarang sudah telat tapi karena Jokowi fenomenal maka sampai akhir Maret mungkin tidak masalah," terangnya.<br />
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />
Hikam menjagokan Mahfud MD mendampingi Jokowi pada Pilpres 2014. Mahfud, kata dia, bisa menjaring dukungan dari kelompok Islam moderat. Sedangkan Jokowi, akan mendapat dukungan dari kelompok nasionalis.<br />
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />
Lanjutnya, PDIP harus memikirkan kepentingan bangsa agar tidak ada kegalauan dalam memilih Jokowi sebagai capres. Selama PDIP masih berpikir politik dinasti, menurutnya, tidak akan bisa bersaing dengan partai politik lainnya.<br />
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />
"Mungkin ada yang tidak rela Jokowi maju karena masih baru langsung muncul. Tapi sekarang siapa yang mau diusung selain Jokowi?. Apa Puan Maharani atau Pramono Anung?" pungkasnya. <b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(trk)</b><br />
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><br /></b>
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sumber: </b><a href="http://news.okezone.com/read/2013/08/04/339/847359/siapa-sosok-capres-pdip-selain-jokowi">http://news.okezone.com/read/2013/08/04/339/847359/siapa-sosok-capres-pdip-selain-jokowi</a></div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-60699277476083732062013-08-02T14:44:00.001-07:002013-08-02T15:19:43.189-07:00Ideologi Diluar Pancasila Silahkan ke Afghanistan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="contentheading clearfix" style="background-color: white; border: 0px; font-family: Cambria, Times, serif; line-height: 1.2; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 0px 5px;">
<a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/08/ideologi-diluar-pancasila-silahkan-ke.html"><span style="font-size: x-small;">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/08/ideologi-diluar-pancasila-silahkan-ke.html</span></a></h1>
<div>
<h1 class="contentheading clearfix" style="background-color: white; border: 0px; font-family: Cambria, Times, serif; font-size: 24px; line-height: 1.2; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 0px 5px;">
<a class="contentpagetitle" href="http://mataharinews.com/nasional/sosial-budaya/1612-ideologi-diluar-pancasila-silahkan-ke-afghanistan.html" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #145077; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none;">Ideologi Diluar Pancasila Silahkan ke Afghanistan</a></h1>
<div class="article-tools clearfix" style="background-color: #f7f7f7; border: 1px solid rgb(221, 221, 221); clear: both; color: #999999; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 11.333333015441895px; margin: 0px 0px 10px; outline: 0px; padding: 5px; position: relative; text-transform: uppercase;">
<dl class="article-info clearfix" style="background-color: transparent; border: 0px; float: left; font-size: 11.333333015441895px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; width: 381.9583435058594px;"><dd class="create" style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; display: inline; font-size: 11.333333015441895px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 5px 0px 0px;">SABTU, 02 JUNI 2012 14:31 </dd><dd class="createdby" style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; display: inline; font-size: 11.333333015441895px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 5px 0px 0px;">EDDY PILIANG </dd><dd class="hits" style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; display: inline; font-size: 11.333333015441895px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 5px 0px 0px;"><br /></dd></dl>
<ul class="actions" style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; float: right; font-size: 11.333333015441895px; list-style: none; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">
<li class="email-icon" style="background-image: none; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; display: inline; font-size: 11.333333015441895px; line-height: 1.3; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px;"><br /></li>
<li class="print-icon" style="background-image: none; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; display: inline; font-size: 11.333333015441895px; line-height: 1.3; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px;"><br /></li>
<li style="background-image: none; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; display: inline; font-size: 11.333333015441895px; line-height: 1.3; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px;"><br /></li>
</ul>
</div>
<div class="article-content" style="background-color: white; border: 0px; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 12px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px;">
<div style="background-color: transparent; border: 0px; height: 40px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div class="ja-thumbnailwrap thumb-right" style="background-color: transparent; border: 0px; float: right; margin: 0px 0px 10px 15px; outline: 0px; padding: 0px; width: 200px;">
<div class="ja-thumbnail clearfix" style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative;">
<div class="thumbnail" style="background-color: transparent; border: 0px; left: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; position: relative; top: 0px; z-index: 2;">
<a class="fancyboxgroup" href="http://mataharinews.com/images/stories/demo/said%20aqil%20sirajd.jpg" rel="jagroupgroup" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #145077; float: none !important; margin: 0px !important; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none;" title=""></a><br />
<div class="img_caption left" style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; color: #999999; float: left; font-size: 11.333333015441895px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px !important; margin-right: 10px; margin-top: 10px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center !important; width: 200px;">
<a class="fancyboxgroup" href="http://mataharinews.com/images/stories/demo/said%20aqil%20sirajd.jpg" rel="jagroupgroup" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #145077; float: none !important; margin: 0px !important; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none;" title=""><img align="left" border="0" class="caption" src="http://mataharinews.com/images/resized/images/stories/demo/said%20aqil%20sirajd_200_200.jpg" style="background-color: transparent; border: 0px; float: none !important; font-size: 11.333333015441895px; margin: 5px 0px 0px; outline: 0px; padding: 0px;" title="Said Aqil Sirajd (ist)" /></a><br />
<div class="img_caption" style="background-color: #333333; border-top-color: rgb(255, 255, 255); border-top-style: solid; border-width: 1px 0px 0px; clear: left; color: #cccccc; float: none !important; font-size: 10px; outline: 0px; padding: 1px 0px;">
<a class="fancyboxgroup" href="http://mataharinews.com/images/stories/demo/said%20aqil%20sirajd.jpg" rel="jagroupgroup" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #145077; float: none !important; margin: 0px !important; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none;" title="">Said Aqil Sirajd (ist)</a></div>
</div>
<a class="fancyboxgroup" href="http://mataharinews.com/images/stories/demo/said%20aqil%20sirajd.jpg" rel="jagroupgroup" style="background-color: transparent; border: 0px; color: #145077; float: none !important; margin: 0px !important; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none;" title="">
</a></div>
</div>
</div>
<hr style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; height: 1px;" />
<div style="background-color: transparent; border: 0px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
Mataharinews.com, Jakarta - Peringatan hari lahir Pancasila yang diadakan di Gedung Parlemen, Jumat (1/06/2012) dihadiri oleh Wakil Presiden RI, Boediono dan isteri serta beberapa tokoh dan negarawan seperti Bj Habibie, Try Sutrisno, Jusuf Kalla, Hamzah haz juga ketua-ketua fraksi DPR RI.</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Agil Siraj dalam pidatonya menyampaikan bahwa jangan sampai ada aspirasi yang ingin mendirikan negara Islam, sebab nilai-nilai keislaman sudah mengejawantah pada kandungan Pancasila. Untuk itu, apabila ada organisasi atau individu yang terang-terangan melawan ideologi Pancasila harus segera ditetapkan sebagai organisasi kriminal bahkan subversif.<br />
<br />
"Jangan ada lagi kekerasan yang mengatasnamakan Islam, karena Pancasila adalah ideologi dan dasar negara untuk seluruh rakyat Indonesia,"ujar Said Agil Siraj.<br />
<br />
Menurut Said Agil Siraj, Pancasila harus ditempatkan pada posisinya semula untuk kemudian diamankan dan diamalkan. Tidak perlu lagi dikembangkan wacana negara Islam di Indonesia dan tidak boleh leluasa mengembangkan ajarannya.<br />
<br />
"Bagi ideologi diluar Pancasila, tidak boleh hidup di negeri ini, silahkan sana ke Afghanistan,"urai Said Agil Siraj.<br />
<br />
(ep)</div>
<div style="background-color: transparent; border: 0px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
Sumber: <a href="http://mataharinews.com/nasional/sosial-budaya/1612-ideologi-diluar-pancasila-silahkan-ke-afghanistan.html" style="background-color: transparent;">http://mataharinews.com/nasional/sosial-budaya/1612-ideologi-diluar-pancasila-silahkan-ke-afghanistan.html</a></div>
</div>
</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-71509677096588462732013-07-31T11:38:00.000-07:002013-07-31T11:43:54.881-07:00Surat Ahok: "Ayo Berpolitik"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/07/surat-ahok-ayo-berpolitik.html">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/07/surat-ahok-ayo-berpolitik.html</a><br />
<div class="clearfix" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 10.666666984558105px; zoom: 1;">
<h2 class="_5clb" style="font-size: 24px; line-height: 28px; margin: 0px; padding: 0px;">
Surat Ahok: "Ayo Berpolitik"</h2>
</div>
<div class="mts _50f8" style="background-color: white; color: #898f9c; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 10.666666984558105px; margin-top: 5px;">
July 31, 2013 at 5:03pm<span class="timelineUnitContainer" style="position: relative;"><a aria-label="Rudi's friends and Ulfa's friends" class="passiveImg fbAudienceHover timelineAudienceSelector" data-hover="tooltip" href="https://www.facebook.com/notes/rudi-hartono/surat-ahok-ayo-berpolitik/10151663671709317#" role="button" style="color: #3b5998; cursor: pointer; margin-left: 5px; margin-top: -3px; position: relative; text-decoration: none; top: 2px;"><i class="img sp_7ke4w5 sx_a6fd5c" style="background-image: url(https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/yh/r/cWfvRKmc-HU.png); background-position: -67px -532px; background-repeat: no-repeat no-repeat; background-size: auto; display: inline-block; height: 12px; width: 12px;"></i></a></span></div>
<div class="notesBlogText clearfix" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; padding: 16px 0px 0px; word-wrap: break-word; zoom: 1;">
<span class="photo photo_left" style="clear: left; float: left; max-width: 180px; padding: 2px 10px 5px 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-photos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/1005918_10152065228194942_516281386_a.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 580px; padding: 0px;" title="" /></span>Anak muda harus berani berpolitik. Lebih jelasnya, generasi muda harus berani menjadi politisi. Politisi seperti apa? Politisi yang jujur, bersih, dan melayani. Politisi yang berjuang untuk Keadilan Sosial bukan untuk kekuasaan dan kekayaan. Ada banyak orang yang tidak suka berpolitik tapi suka mengkritisi dari luar. Harus diingat bahwa di Negara yang sedang mencari jati diri dan berkembang seperti Indonesia politik adalah pilar utama perubahan.<br />
<br />
Oleh karena itu, kita harus sadar bahwa berpolitik itu adalah suatu keharusan. Mengkritisi dari luar sangat baik, tetapi masuk dan berjuang di dalam sangatlah penting dan krusial bahkan sudah menjadi keharusan. Hari ini kita tahu ada bahwa pada umumnya politisi yang seharusnya menjadi pelayan sudah “budek”(tuli). Mereka bukannya tidak tahu soal kesusahan rakyat tetapi TIDAK PEDULI UNTUK TAHU.<br />
<br />
Maka sudah saatnya kita yang tidak nyaman dan marah akan situasi ini masuk dan melawan. Juga ada banyak orang yang sudah berpikir untuk berpolitik bahkan sudah masuk di dalam. Sayangnya kebanyakan dari mereka hanyut terbawa arus budaya politik. Untuk itu kita memerlukan orang-orang yang punya nurani untuk masuk berpolitik di dalam. Memang betul politik Indonesia hari ini hanya semata-mata untuk kekuasaan dan bukan untuk rakyat. Ini karena orang yang punya nurani dan keberanian di dalam sangatlah sedikit. Jadi politik Indonesia butuh generasi muda yang punya nurani dan berani mempertahankan nuraninya apapun harganya.Bagi saya pilihannya sangat sederhana.<br />
<br />
Masa depan Negara ini dan nasib ratusan juta rakyatnya ada di tangan anda-anda semua. Jika teman-teman generasi muda tidak berani dan tidak bersedia berpolitik; tidak berani dan tidak bersedia mempertahankan nurani dan kejujuran apapun harganya, maka mimpi tentang Indonesia yang ada dalam visi para pendiri Negara ini hanya akan jadi mimpi belaka.<br />
<br />
Sebaliknya jika teman-teman berani mengambil langkah radikal, berani berpolitik dengan nurani dan kejujuran, maka Indonesia ke depan akan menjadi bangsa yang besar dan disegani dengan rakyatnya yang makmur dan sejahtera. Berpolitik dengan nurani dan kejujuran tentunya susah-susah gampang. Akan ada banyak godaan, tantangan, dan ancaman. Tetapi suara nurani adalah modal utama dan sulit digoyah. Pilihan ada di tangan anda. Semoga anda memilih dengan bijaksana. Tuhan memberkati.<br />
<br />
Jakarta, 17 November 2012<br />
<br />
<strong>Basuki Tjahaja Purnama (AHOK)</strong><br />
<br />
<em>Sumber: <a href="http://www.tempo.co/read/news/2013/07/31/231501236/Berselisih-dengan-Lulung-Ini-Ideologi-Ahok" rel="nofollow" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;" target="_blank">http://www.tempo.co/read/news/2013/07/31/231501236/Berselisih-dengan-Lulung-Ini-Ideologi-Ahok</a></em></div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-72597559827528418822013-07-29T02:56:00.000-07:002013-07-29T03:12:28.252-07:00NU Dukung Pembubaran FPI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/07/nu-dukung-pembubaran-fpi-penulis-indra.html">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/07/nu-dukung-pembubaran-fpi-penulis-indra.html</a><br />
<h1 style="font-family: OpenSansBold, arial; font-weight: normal; letter-spacing: -1px; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px;">
NU Dukung Pembubaran FPI</h1>
<div class="artikel-detail-penulis" style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; position: relative;">
<ul style="color: #999999; float: left; font-size: 12px; list-style: none; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; width: auto;">
<li style="border-right-width: 0px; float: left; padding: 0px 5px 0px 0px;">Penulis :</li>
<li class="cl-blue" style="border-right-color: rgb(231, 231, 231); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; float: left; padding: 0px 10px;">Indra Akuntono</li>
<li style="border-right-color: rgb(231, 231, 231); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; float: left; padding: 0px 10px;">Senin, 29 Juli 2013 | 03:05 WIB</li>
</ul>
<div class="clearit" style="clear: both;">
</div>
</div>
<div class="images-area-alt2" style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; height: auto; line-height: 26px; margin-bottom: 10px; width: 760px;">
<div class="images-area-img-alt2" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 1px solid rgb(227, 227, 227); height: auto; overflow: hidden; padding: 6.072916507720947px; position: relative; width: 747.8333129882813px;">
<img border="0" src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/07/28/214829420130728-203730780x390.JPG" style="border: none; height: auto; overflow: hidden; position: relative; vertical-align: middle; width: 747.8333129882813px;" /></div>
<div class="images-area-desc-alt2" style="background-color: white; color: #666666; font-size: 0.65em; height: auto; line-height: 16px; overflow: hidden; padding: 5px; position: relative; z-index: 1;">
<div style="overflow: auto;">
<div style="float: left;">
Ketua Umum Pengurus Besat Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj | KOMPAS.com/Indra Akuntono</div>
<div style="clear: both; height: 1px;">
</div>
</div>
</div>
</div>
<div class="left-768" style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;">
<div class="append-social-shared" data-set="social">
<br /></div>
<strong style="color: black;">JAKARTA, KOMPAS.com —</strong> Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengapresiasi pernyataan tegas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam menanggapi kegiatan Front Pembela Islam (FPI). Bahkan, lebih jauh, ia mendukung organisasi masyarakat itu untuk segera dibubarkan.<br />
<br />
Said menjelaskan, dalam agama Islam, tak ada toleransi untuk semua tindak kekerasan atau tindakan lain yang membuat masyarakat merasa terancam. Ia menegaskan, Islam harus membawa manfaat baik untuk seisi alam semesta.<br />
<br />
"Saya dukung sikap tegas SBY, saya setuju FPI dibubarkan, dan kelompok lain yang memberi rasa takut untuk dibubarkan juga," kata Said seusai meresmikan Pondok Pesantren dan Madrasah Aliyah Al-Tsaqafah, di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (28/7/2013) malam.<br />
<br />
Said menyampaikan, pihaknya telah beberapa kali memberi rekomendasi kepada pemerintah agar FPI dan ormas lain yang anarkistis untuk segera dibubarkan.<br />
<br />
Namun, kata Said, pemerintah baru mengeluarkan sikap tegasnya kepada FPI setelah bentrok antara FPI dan masyarakat terjadi di Kendal beberapa hari lalu. "Rekomendasi sudah lama, tapi dulu kan (pemerintah) diam saja," ujarnya.<br />
<br />
Seperti diketahui, FPI kembali menimbulkan polemik setelah terlibat bentrok dengan masyarakat Kendal, Jawa Tengah. Bentrokan saat itu terjadi karena massa FPI mendapat perlawanan dari masyarakat yang menolak aksi <em>sweeping</em> FPI.<br />
<br />
Menyikapi itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan sikap tegasnya agar FPI tak mengulangi perbuatan anarkistisnya. Pernyataan SBY mendapat perlawanan dari Ketua FPI Rizieq Shihab yang menilai SBY sebagai seorang pecundang.</div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-13525239190136490182013-07-28T16:43:00.000-07:002013-07-28T16:46:19.455-07:00Salvador Allende Dan Sosialisme Dengan Jalan Demokrasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/07/salvador-allende-dan-sosialisme-dengan.html">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/07/salvador-allende-dan-sosialisme-dengan.html</a><br />
<br />
<h1 style="font-family: Arial; font-size: 19px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 0px;">
Salvador Allende Dan Sosialisme Dengan Jalan Demokrasi</h1>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b>BERDIKARIonline, Senin, 1 Juli 2013 | 10:26 WIB · </b></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b><br /></b></div>
<img alt="salvador-allende-2.jpg" class="attachment-large wp-post-image" height="270" src="http://www.berdikarionline.com/wp-content/uploads/2013/07/salvador-allende-2.jpg-464x270.jpg" style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;" title="" width="464" /><span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;"></span><br />
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<big><strong><br /></strong></big></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<big><strong>4 September 1970. Sebuah peristiwa luar biasa terjadi di Amerika Latin: seorang kandidat marxis, Salvador Allende, berhasil memenangkan pemilu Presiden di Chile. Inilah pertama kalinya dalam sejarah benua itu, bahkan di seluruh dunia, seorang marxis menjadi Presiden melalui pertarungan di kotak suara.</strong></big></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Bagi sebagian kaum marxis, jalan yang ditempuh Allende adalah hanyalah sebuah ilusi berbahaya. Maklum, seperti diperingatkan Marx, “tidak ada klas penguasa yang mau menyerahkan kekuasaannya kepada klas lain dengan cara sukarela.” Namun, Allende punya keyakinan sendiri, bahwa jalan membangun sosialisme, terutama di Chile, hanya mungkin melalui jalan demokrasi.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Memang, kekuasaan Allende berlangsung sangat singkat: 1970-1973. Namun demikian, saya pikir, adalah sebuah cara pandang yang tidak adil apabila hanya melihat proyek sosialisme Allende sebagai sebuah kegagalan semata. Bagi saya, proyek sosialisme Allende mengandung banyak pelajaran berharga bagi kaum sosialis hari ini.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Sutradara film dokumenter Chile, Patricio Guzmán, menggali pelajaran-pelajaran berharga dari proyek sosialisme Allende tersebut melalui film bertajuk “Salvador Allende” (2004). Melalui film berdurasi 100 menit itu, Guzmán memperlihatkan bagaimana perjalanan Allende menapaki jalan kekuasaan dan kontradiksi-kontradiksi di dalam proyek sosialisme-nya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Salvador Allende, yang juga seorang dokter, tumbuh sebagai seorang marxis yang banyak dipengaruhi banyak ide: Marx, Lenin, Revolusi Perancis, Anarkisme, dan lain-lain. Dalam hal ini, Allende bukanlah seorang “marxis ortodoks”, yang berpegang pada satu kitab suci saja. Saya kira, cakrawala berfikir yang luas ini cukup mempengaruhi strategi politik Allende.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Pada usia yang masih sangat muda, 29 tahun, Allende sudah menjadi seorang senator dari tanah kelahirannya, Valparaíso. Ia sekaligus menjadi salah satu pendiri Partai Sosialis, sebuah partai pekerja yang tidak sehaluan dengan garis Moskow. Pada usia 30 tahun, Allende sudah ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan di pemerintahan reformis Pedro Aguirre Cerda.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Perjalanan Allende menapaki jalan kekuasaan memang berliku. Dia tiga kali mencalonkan diri sebagai Presiden (1952, 1958, dan 1968). Tetapi semuanya gagal. Namun, Allende tidak menyerah begitu saja. Baginya, kendati gagal, pemilu itu menjadi ajang untuk mengukur kekutannya. Namun, pelan-pelan tapi pasti, Allende terus membangun kekuatannya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tahun 1952, dengan menumpangi kereta api, Allende berkeliling ke seluruh pelosok Chile. Ia melakukan Turba (t<i>urun ke bawah</i>): mendatangi setiap kota, berkunjung dari rumah ke rumah, untuk bertemu dan berdiskusi dengan rakyat. Di situ ia melihat realitas Chile yang sebenarnya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Dengan pengalaman itu, Ia mulai berbicara jalan keluar. Ia berkampanye dan membangun kesadaran rakyat. Selebaran-selebarannya bertebaran di sepanjang jalur yang dilaluinya. Allende tidak kenal lelah untuk membangun gerakan rakyat. Alhasil, rakyat mulai jatuh cinta padanya. Di sepanjang jalur kereta api, rakyat menunggunya dan mengelu-elukannya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Begitulah, hingga pada pemilu September 1970, Allende tampil sebagai pemenang. Kendaraan elektoral yang dibangunnya, <i>Unidad Popular (UP)</i>, meraih suara 36%. Namun, perolehan suara itu gagal mengantarkan Allende meraih kekuatan mayoritas. UP sendiri mewakili spektrum yang luas: marxis, sosial-demokrat, dan Kristen.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, kendati menang secara demokratis, bukan berarti jalan kekuasaan Allende cukup lapang. Saat itu kekuatan sayap kanan berusaha menggagalkan kemenangannya. Kongres Chile, yang didominasi sayap kanan, berusaha menunjuk Jorge Alessandri–pemenang kedua–menjadi Presiden. Rakyat Chile marah. Mereka turun ke jalan-jalan. Akhirnya, Kristen Demokrat mendukung Allende di parlemen. Allende pun dilantik menjadi Presiden. Percobaan kudeta pertama gagal!</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Namun, dukungan Kristen Demokrat terhadap Allende tidak gratis. Allende dipaksa membuat jaminan konstitusional, bahwa pemerintahannya tidak akan pernah menyentuh tiga hal: <i>Angkatan Bersenjata, Lembaga Pendidikan, dan Media</i>. Padahal, tiga perangkat ini pula yang digunakan sayap kanan untuk merongrong pemerintahan Allende.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Yang menarik, kendati bekerja dalam ruang yang sangat terbatas, pemerintahan Allende tetap mengambil langkah radikal. Segera setelah ia berkuasa, ia mulai merealisasikan janji kampanyenya: land-reform, nasionalisasi perusahaan swasta (bank, batubara, baja, dan tembaga), dan membangun kekuasaan rakyat (kekuasaan kerakyatan, komando komunal, dan dewan industri). Ia menciptakan lompatan besar dalam sejarah perkembangan Chile.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tetapi, pada saat yang bersamaan, AS juga melakukan berbagai upaya untuk melengserkan Allende: mengucurkan jutaan dollar untuk mendanai aksi-aksi oposisi, melakukan sabotase ekonomi, melarikan semua kapital ke luar negeri, memboikot impor bahan baku ke pabrik-pabrik di Chile, dan kampanye negatif melalui media massa.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Di dalam negeri, oposisi Chile mulai melancarkan kontra-revolusi melalui berbagai cara. <i>Satu</i>, memecah belah koalisi UP dengan menciptakan distingsi antara “marxis” dan “demokrat”. Sayap kanan gencar mempropagandakan anti-komunisme untuk menarik keluar kaum sosial-demokrat dan Kristen dari UP. <i>Dua</i>, memainkan kontrol terhadap media massa untuk menjelek-jelekkan pemerintahan Allende. Di Chile, 70 persen media cetak dikuasai oposisi. <i>Tiga</i>, menarik dukungan tentara agar menjauh dari Allende. Caranya, mereka menakut-nakuti tentara dengan ancaman “chaos”, “perang sipil”, “kekosongan kekuasaan”, dan lain-lain.<i>Empat</i>, menciptakan kepanikan klas menengah melalui pemogokan sopir truk, boikot produksi tembaga, bahaya komunisme, dan lain-lain. <i>Lima</i>, menciptakan kekacauan ekonomi. Maklum, senjata ini efektif untuk menjelek-jelekkan pemerintahan Allende.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Di sisi lain, seperti diungkap oleh Patricio Guzmán di film ini, kekuatan politik pendukung Allende punya problem internal. <i>Satu</i>, kendati suara Allende didengar oleh rakyat, tetapi hal itu tidak berbuah: organisasi.<i> Dua</i>, masing-masing partai kiri di dalam UP–komunis, sosialis, MIR, dll–sibuk dengan taktiknya masing-masing.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Padahal, Allende berkali-kali menegaskan, bahwa proyek sosialismenya ditempuh dengan jalan demokratis, yang mengisyaratkan penolakan terhadap partai tunggal yang berkuasa secara monolitik. Seperti dikemukakan Allende pada pidatonya di tahun 1973: “Perjuangan rakyat untuk merebut martabatnya, untuk mencapai sosialisme, dengan kebebasan yang majemuk dan toleransi terhadap semua ide-ide dan kepercayaan. Inilah perjuangan rakyat untuk mengalahkan kekerasan internal dan agresi eksternal. Aku akan memenuhi kewajibanku dan menggunakan setiap sumber daya negara. Tetapi tidak akan terjadi perang sipil di negeri ini.”</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Proyek sosialisme Allende bukannya tidak teruji. Seperti ditunjukkan oleh Patricio Guzmán, kendati AS mengguyur oposisi jutaan dollar, semua proyeknya diblokade parlemen, sabotase ekonomi, kepanikan klas menengah, provokasi media sayap kanan, namun dukungan rakyat Allende justru meningkat pesat. Terbukti, pada pemilu tahun 1973, Allende berhasil menaikkan suara: 43,4% suara. Alhasil, sayap kanan gagal meraih suara ⅔ yang dibutuhkan untuk memakzulkan Allende. Upaya kudeta kembali menemui kegagalan.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Justru, saya pikir, tumbuhnya dukungan rakyat terhadap Allende, baik melalui elektoral maupun mobilisasi di jalanan, membuat sayap kanan frustasi. Kenyataan inilah yang membuat oposisi, termasuk imperialisme AS di belakangnya, sampai pada kesimpulan: Allende tidak mungkin bisa digulingkan dengan jalan legal/konstituisional. Dengan demikian, oposisi sayap kanan pun beralih kepada opsi terakhir: kudeta militer!</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Setelah menyimak film Patricio Guzmán di atas, saya punya beberapa catatan. <i>Pertama</i>, Allende hanya memenangkan suara 36% dalam pemilu. Hal tersebut menyulitkannya melakukan perubahan yang sifatnya mendalam dalam batas-batas sistem perwakilan demokratik borjuis. Parlemen (kongres) dikuasai sayap kanan. Alhasil, banyak agenda perubahan Allende diblokir oleh parlemen. Banyak proyek sosial Allende, seperti distribusi susu, rencana kesehatan, program perumahan, dan lain-lain, terhambat karena dananya ditahan parlemen. Hal itu berbeda dengan kemenangan elektoral Chavez di Venezuela, tahun 1998, yang meraih 68% suara. Dengan dukungan yang besar itu, Chavez meraih kekuatan mayoritas di Majelis Nasional. Bahkan, proyeknya untuk membuat UU baru, yakni UU Bolivarian, yang dimaksudkan untuk memberi jalur legalitas bagi proyek revolusioner, berjalan tanpa hambatan berarti.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<i>Kedua</i>, meskipun Allende didukung oleh banyak kaum militan, yakni komunis, sosialis, dan kiri-radikal lainnya, tetapi mereka–seperti diungkapkan oleh Patricio Guzmán di filmnya–berjalan sendiri-sendiri dengan taktik masing-masing. Ini yang menghambat upaya Allende untuk mengorganisasikan dukungan rakyat yang terus meningkat ke dalam organisasi-organisasi. Lain halnya dengan Chavez, yang pada pemilu 1998, justru tidak mendapat dukungan dari kiri radikal: komunis, trotskys, sosialis revolusioner, dan lain-lain. Menariknya, Chavez berhasil mengubah dukungan rakyat yang besar kepada dirinya menjadi organisasi melalui Lingkaran Bolivarian.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<i>Ketiga</i>, Di satu sisi, Allende gagal meraih loyalitas atau dukungan penuh angkatan bersenjata. Di sisi lain, Allende terlalu percaya bahwa angkatan bersenjata selalu setia pada konstitusi. Pada kenyataannya, pada tahun 1973, militer menginjak-injak konstitusi dan demokrasi. Sementara Chavez meraih dukungan cukup kuat dari militer Venezuela. Meskipun, harus pula diakui, bahwa ada perbedaan karakter yang mencolok antara militer Chile dan Venezuela.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<i>Keempat</i>, sementara Allende sibuk menyerukan “persatuan” untuk merangkul sektor luas guna mematahkan isolasi sayap kanan, kelompok kiri radikal pendukung Allende justru menyerukan perang klas. Mereka menulis ditembok-tembok: “<i>Hidup Kediktatoran Proletaria</i>t”. Sementara Allende berusaha mengkonsolidasikan ekonomi melalui nasionalisasi secara hati-hati terhadap sejumlah sektor strategis, sektor kiri radikal menuntut nasionalisasi semua sektor swasta.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Akhirnya, tanggal 11 September 1973, militer Chile di bawah pimpinan Jenderal Augusto Pinochet melancarkan kudeta. Tentara dengan peralatan perangnya, seperti tank, artileri, dan lain-lain, menguasai jalanan dan melarang rakyat keluar rumah. Lalu, mereka menggempur Istana Kepresidenan, La Moneda Palace, tempat Allende berada. Tak hanya itu, pesawat tempur turut menggempur Istana Kepresidenan.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Allende tidak menyerah. Di tengah kepungan dan gempuran, Allende memilih bertempur hingga akhir. Dalam pidato terakhirnya ia tegas mengatakan: <i>Inilah kata-kata terakhirku dan aku yakin pengorbananku tidak akan sia-sia</i>.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Proyek sosialisme Allende sendiri memberi pelajaran penting. Allende berkali-kali menyebut sosialisme-nya dengan perumpamaan: sosialisme dengan anggur merah dan <i>empanada </i>(kue mirip pastel) Chile. Maksudnya, sosialisme Chile haruslah berkarakter demokratik dan berakar pada tradisi nasional rakyat Chile.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Keyakinan itulah yang membuat Allende mengambil jalan sendiri. Kendati di seantero Amerika Latin perjuangan bersenjata berkibar-kibar dan menjadi metode umum hampir semua gerakan kiri, Allende tidak mau latah. Ia dengan sabar (empat kali pencalonan) menjalankan strateginya sendiri.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Dan Allende memang tidak mati. Seperti dikatakan Patricio Guzmán: meski kekuasaan (diktator Pinochet) berusaha memupuk pelupaan, namun dibalik selimut amnesia yang menutupi negeri, ingatan muncul bahkan lebih bersemangat. Kekuasaan Pinochet selama 18 tahun gagal menghapus Allende dari ingatan rakyat Chile. Dan hari ini, melalui mural di tembok-tembok dan jalanan, Salvador Allende terus hidup.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Dan, resensi ini didedikasikan untuk mengenang Allende (26 Juli 1908- 11 September 1973). <i>A Luta Continua!</i></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b>Kusno</b>, <i>anggota redaksi Berdikari Online</i></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
————————————————————</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<strong>Salvador Allende (2004)</strong></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<i>Judul Film: Salvador Allende</i><br />
<i>Sutradara: Patricio Guzmán</i><br />
<i>Tahun Produksi: 2004</i><br />
<i>Durasi: 100 menit</i></div>
<div class="crp_related" id="crp_related" style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<h3 style="font-size: 14px; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px;">
Artikel Terkait:</h3>
<ul>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/suluh/20130630/pameran-seni-anti-kediktatoran-di-santiago.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Pameran Seni Anti Kediktatoran Di Santiago</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/suluh/20130409/kematian-penyair-pablo-neruda-diselidiki.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Kematian Penyair Pablo Neruda Diselidiki</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/dunia-bergerak/perlawanan-mahasiswa-chile/20111105/tuntut-pendidikan-gratis-mahasiswa-chile-serukan-nasionalisasi-industri-tembaga.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Tuntut Pendidikan Gratis, Mahasiswa Chile Serukan…</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/20130421/hari-hari-menjelang-kudeta.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Hari-Hari Menjelang Kudeta</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/dunia-bergerak/20120611/rakyat-chili-protes-film-dokumenter-pinochet.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Rakyat Chili Protes Film Dokumenter Pinochet</a></li>
</ul>
</div>
<span style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;"><br /><br />Sumber Artikel: <a href="http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/20130701/salvador-allende-dan-sosialisme-dengan-jalan-damai.html#ixzz2aQB3vnIs" style="color: #003399; text-decoration: none;">http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/20130701/salvador-allende-dan-sosialisme-dengan-jalan-damai.html#ixzz2aQB3vnIs</a><br />Follow us: <a href="http://ec.tynt.com/b/rw?id=c4NPcCtyyr4P5Sacwqm_6r&u=berdikarionline" style="color: #012261; text-decoration: none;" target="_blank">@berdikarionline on Twitter</a> | <a href="http://ec.tynt.com/b/rf?id=c4NPcCtyyr4P5Sacwqm_6r&u=berdikarionlinedotcom" style="color: #012261; text-decoration: none;" target="_blank">berdikarionlinedotcom on Facebook</a></span></div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-77055324139723847262013-07-28T13:37:00.000-07:002013-07-28T13:37:13.787-07:00 Tiga Syarat Partai Marhaenis Sejati Ala Bung Karno<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h1 style="font-family: Arial; font-size: 19px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tiga Syarat Partai Marhaenis Sejati Ala Bung Karno</h1>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<b>BERDIKARIonline, Jumat, 6 Januari 2012 | 6:04 WIB · </b><span style="background-color: white; font-size: 14.285714149475098px;"> </span><img alt="Bung Karno Di Tugu Semarang" class="attachment-large wp-post-image" height="223" src="http://www.berdikarionline.com/wp-content/uploads/2012/01/Bung-Karno-Di-Tugu-Semarang-464x223.jpg" style="font-size: 14.285714149475098px;" title="" width="464" /></div>
<span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;"></span><br />
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<big><strong><br /></strong></big></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<big><strong>Dahulu, jaman kolonialisme, orang bikin partai sebagai alat perjuangan. Hampir semua partai punya embel-embel “pergerakan”. Ringkasnya, kalau partai tidak menjadi alat pergerakan, ya, tidak <em>keren</em>. Lengkap dengan ideologi pergerakannya.</strong></big></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Tetapi jaman sudah berubah. Sekarang, orang bikin partai murni untuk proyek memperkaya diri. Rumusnya pun gampang: dirikan partai, ikut pemilu, beli suara, dapat kursi, mainkan anggaran dan proyek.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Kembali ke jaman pergerakan itu. Saat itu, salah satu partai yang ditakuti penguasa kolonial adalah PNI (Partai Nasional Indonesia), yang didirikan Bung Karno dan kawan-kawannya di Bandung, 4 Juli 1927. Praktis, setelah PKI dihancurkan oleh penguasa kolonial tahun 1926/27, PNI menjelma menjadi partai revolusioner baru.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
PKI banyak mewarisi semangat dan watak revolusioner PKI. Tentang itu, Soekarno sendiri mengakuinya: “…untuk meneruskan perjuangan revolusioner, maka saya mendirikan Partai Nasional Indonesia”.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
PNI pun menjelma menjadi partai massa revolusioner. Begitu takutnya penguasa kolonial terhadap perkembangan PNI, maka pemimpin utamanya pun ditangkap dan dipenjarakan. Bung Karno sendiri harus keluar masuk penjara karena gerakan politiknya. Boleh dikatakan, PNI saat itu benar-benar partai kaum marhaen.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Sekarang, masih ada partai yang bernama PNI, tapi tak lagi “segarang” PNI-nya Bung Karno. PNI sekarang tidak begitu “dihitung” oleh penguasa. Maklum, meski masih berazaskan marhaenisme, tapi hanya sedikit sekali kaum marhaen yang mau bergabung. Sudah begitu, PNI sekarang cuma kontestan pemilu, bukan lagi sebagai partai perjuangan massa rakyat.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Untuk menjadi partai kaum marhaen, seperti PNI-nya Bung Karno dulu, memang bukan perkara gampang. Bung Karno punya tiga syarat agar sebuah partai bisa menjelma sebagai partainya kaum marhaen.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<em>Syarat pertama</em>, setiap partai kaum marhaen harus menjalankan <strong><em>machtvorming</em></strong>: pembuatan tenaga, pembuatan kuasa. Machtvorming penting, kata Bung Karno, karena adanya pertentangan kepentingan antara sana dan sini (kita dan musuh).</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Soekarno sangat setuju dengan Marx: “tidak ada suatu kelas yang mau melepaskan hak-hak istimewanya dengan kemauan sendiri.” Dengan demikian, <em>macth</em> dapat diartikan sebagai alat paksaan kaum marhaen untuk menjalankan kepentingannya.<em></em></div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Bagaimana “macht” ini dibentuk? Soekarno, yang banyak belajar dari pengalaman SDAP di Belanda, menganjurkan pengorganisiran rakyat yang berjuta-juta, dengan mendirikan serikat-serikat, dengan mengadakan koperasi-koperasi, dan dengan mengeluarkan berpuluh-puluh surat kabar.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Selain itu, suatu <em>machtvorming</em> harus disertai azas atau prinsip. Ini untuk membedakannya dengan machtvorming yang oportunistik, yaitu machtvorming yang sekedar untuk tujuan tawar-menawar dengan pihak musuh.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Oleh karena itu, <em>machtvorming</em> kaum marhaen haruslah <em>machtvorming</em> yang berdasarkan azas: antitesa antara sana dan sini, suatu perlawanan tanpa damai antara kaum marhaen melawan kapitalisme-imperialisme. Sebab, bagi Bung Karno, kepentingan kaum marhaen adalah suatu masyarakat baru, yang didalamnya tidak ada lagi kapitalisme-imperialisme: masyarakat sama-rasa sama rata.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<em>Syarat kedua</em>, Dalam menjalankan pertentangan (antitesa) antara sana dan sini, partai kaum marhaen haruslah menjalankan <strong><em>radikalisme</em></strong>: perjuangan yang tidak setengah-setengah, apalagi tawar-menawar, yakni perjuangan yang hendak menjebol kapitalisme-imperialisme hingga ke akar-akarnya.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Jadinya, bagi Bung Karno, perjuangan <em>macthvorming</em> kaum marhaen bukan untuk perubahan kecil-kecilan, melainkan untuk perubahan mendasar: menggantikan susunan suatu masyarakat. Kalaupun harus menerima kemenangan kecil-kecil, maka itu hanyalah sekedar taktik untuk menuju kemenangan besar atau mutlak.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Di sini, Bung Karno sangat setuju dengan pendapat seorang komunis Jerman, Karl Liebknecht, yang berkata: “perdamaian antara rakyat jelata dengan kaum atasan adalah berarti mengorbankan rakyat jelata itu sendiri.”</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Semangat radikalisme ini yang membuat partainya kaum marhaen berwatak revolusioner. Ini yang membedakan dengan partai kaum marhaen dengan partai-partai moderat dan reformis. Bahwa partai kaum marhaen ingin perubahan selekas-lekasnya, dengan memperjuangkannya, tanpa menunggu. Inilah semangat kaum kepala banteng!</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<em>Syarat ketiga, </em>untuk menjelmakan machtvorming yang berazaskan radikalisme itu, maka partai kaum marhaen haruslah menjalankan <strong><em>massa aksi</em></strong> . Di sini, massa aksi diartikan sebagai aksinya rakyat jelata yang sudah tersadarkan: marhaen yang sadar bahwa untuk mengakhiri ketertindasan, maka harus menjebol masyarakat lama dan membangun masyarakat yang baru.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Di sini, Soekarno, yang belajar dari Massa-Aksinya Tan Malaka, berusaha membedakan antara massa aksi dan massal aksi (<em>massale actie</em>). Massa aksi adalah aksinya rakyat jelata yang karena kesengsaraan, telah terluluh menjadi satu jiwa baru yang radikal, dan bermaksud “memarayikan” terlahirnya masyarakat baru.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Sementara <em>massale actie </em>adalah pergerakan rakyat yang orangnya bisa ribuan, bahkan jutaan, tapi tidak radikal dan tidak revolusioner: tidak bermaksud membongkarnya akarnya masyarakat tua dan menggantinya dengan masyarakat baru.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Oleh karena itu, partai marhaen yang hendak menjadi partai pelopornya massa aksi haruslah punya program perjuangan yang 100% radikal: suatu perjuangan tanpa damai untuk mengubur masyarakat lama dan membangun masyarakat baru.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Soekarno bukan seorang yang berfikir mekanis. Ia sangat menolak ide-ide spontanisme: gaya politik yang membatasi aksinya dalam kerangka situasi yang ada. Soekarno dengan tegas mengatakan, kesengsaraan saja tidak cukup untuk menghasilkan radikalisme massa.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
“Hanya jikalau kesengsaraan itu dibarengi dengan pendidikan massa, dibarengi dengan perjuangan massa, dengan perlawanan massa, dengan aksi massa menentang kesengsaraan itu, maka kesengsaraan bisa melahirkan radikalisme di kalangan massa.” kata Soekarno.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Oleh karena itu, Bung Karno juga punya konsep soal partai pelopor. Tapi, saya belum akan membahas partai pelopor itu di sini. Saya akan mengusahakan untuk menguraikan konsep partai pelopor ala Bung Karno itu pada satu artikel tersendiri.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Yang jelas, dari pemaparan di atas, untuk menjadi sebuah partai marhaen, anda tidak boleh sekedar mencaplok azas marhanisme, memasang lambang kepala banteng, dan berteriak “Merdeka!”.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
Ringkasnya, yang disebut partai kaum marhaen adalah partai yang menjalankan machtvorming yang berazaskan radikalisme dengan massa aksi.</div>
<div style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<strong>KUSNO</strong></div>
<div class="crp_related" id="crp_related" style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;">
<h3 style="font-size: 14px; line-height: 18px; margin: 0px; padding: 0px;">
Artikel Terkait:</h3>
<ul>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20120210/bung-karno-dan-konsep-partai-pelopor.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Bung Karno Dan Konsep Partai Pelopor</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20130207/bung-karno-dan-strategi-machtsvorming.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Bung Karno Dan Strategi Machtsvorming</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20120407/bung-karno-dan-pentingnya-teori-perjuangan.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Bung Karno Dan Pentingnya Teori Perjuangan</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20100812/mencapai-indonesia-merdeka-bagian-ke-5-gunanya-ada-partai.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Mencapai Indonesia Merdeka (Bagian ke-5: Gunanya Ada Partai)</a></li>
<li><a class="crp_title" href="http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20120708/bung-karno-dan-pemahaman-soal-massa-aksi.html" style="color: #012261; text-decoration: none;">Bung Karno Dan Pemahaman Soal Massa Aksi</a></li>
</ul>
</div>
<span style="font-family: Arial; font-size: 14.285714149475098px; line-height: 23px;"><br /><br />Sumber Artikel: <a href="http://www.berdikarionline.com/tokoh/pemikiran-ekonomi/20120106/tiga-syarat-partai-marhaenis-sejati-ala-bung-karno.html#ixzz2aPSlI1cM" style="color: #003399; text-decoration: none;">http://www.berdikarionline.com/tokoh/pemikiran-ekonomi/20120106/tiga-syarat-partai-marhaenis-sejati-ala-bung-karno.html#ixzz2aPSlI1cM</a><br />Follow us: <a href="http://ec.tynt.com/b/rw?id=c4NPcCtyyr4P5Sacwqm_6r&u=berdikarionline" style="color: #012261; text-decoration: none;" target="_blank">@berdikarionline on Twitter</a> | <a href="http://ec.tynt.com/b/rf?id=c4NPcCtyyr4P5Sacwqm_6r&u=berdikarionlinedotcom" style="color: #012261; text-decoration: none;" target="_blank">berdikarionlinedotcom on Facebook</a></span></div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8410115549703276999.post-66377922879366496522013-07-28T07:59:00.001-07:002013-07-28T08:02:38.269-07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div id="breadcrumb" style="color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 16px; height: 15px; line-height: 19px; margin-bottom: 5px;">
<ul style="color: #999999; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 12px; letter-spacing: 0.06em; line-height: normal; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;">
<li style="background-image: url(http://assets.kompas.com/data/2013/news3/images/artikel/arrow-bread.gif; background-position: 100% 50%; background-repeat: no-repeat no-repeat; float: left; padding-right: 10px;"><a href="http://news.kompas.com/" style="color: #999999; display: block; padding: 0px 5px 0px 0px; text-decoration: none;"></a><a href="http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/07/sosialisme-soekarno-bagaimana-dihayati.html">http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/07/sosialisme-soekarno-bagaimana-dihayati.html</a></li>
</ul>
</div>
<h1 style="font-family: OpenSansBold, arial; font-weight: normal; letter-spacing: -1px; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px;">
<br /></h1>
<h1 style="font-family: OpenSansBold, arial; font-weight: normal; letter-spacing: -1px; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px;">
Sosialisme Soekarno Bagaimana Dihayati Kini?</h1>
<div class="artikel-detail-penulis" style="color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 16px; line-height: 19px; position: relative;">
<ul style="color: #999999; float: left; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 26px; list-style: none; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; width: auto;">
<li style="border-right-color: rgb(231, 231, 231); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; float: left; padding: 0px 5px 0px 0px;">Sabtu, 30 Juni 2012 | 02:08 WIB</li>
</ul>
<div class="clearit" style="clear: both;">
</div>
</div>
<div class="social-newsletter-images" style="color: #222222; float: left; font-family: sans-serif; font-size: 16px; height: auto; line-height: 19px; margin: 15px 20px 20px 0px; width: 350px;">
<div class="images-area" style="height: auto; margin-bottom: 10px; position: absolute; width: 350px; z-index: 1;">
<div class="images-area-img" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 1px solid rgb(227, 227, 227); height: 175px; overflow: hidden; padding: 5px; position: relative; width: 340px;">
<img border="0" src="http://assets.kompas.com/data/photo/2012/06/30/4791923p.jpg" style="border: none; height: auto; overflow: hidden; position: relative; vertical-align: middle; width: 340px;" /><br />
<div class="perbesar-images" style="bottom: 5px; color: #2ea2db; cursor: pointer; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 0.55em; line-height: normal; padding: 2px 10px; position: absolute; right: 5px;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8410115549703276999">+ Perbesar</a></div>
</div>
<div class="images-area-desc" style="background-color: white; color: #666666; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 0.65em; line-height: 21px; max-height: 21px; overflow: hidden; padding: 5px; position: absolute; width: 340px; z-index: 1;">
<div style="overflow: auto;">
<div style="float: left;">
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) berbicara dalam sarasehan kebangsaan bertema "Bung Karno tentang Kepemimpinan Sosiodemokrasi" di Jakarta, Rabu (27/6).</div>
<div style="float: right;">
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN</div>
<div style="clear: both; height: 1px;">
</div>
</div>
</div>
</div>
<div class="append-social-shared" data-set="social">
<div class="social-shared" style="margin-top: 220px;">
<div class="social-shared-up">
</div>
<div class="social-shared-down">
</div>
<div class="shared-artikel">
<span style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; line-height: 26px;">Di tengah serangan neoliberalisme dan ekstremisme agama secara global, ideologi sosialisme Bung Karno yang merumuskan Pancasila mampu menangkal pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan. Sosiodemokrasi yang digagas Bung Karno sebetulnya sangat strategis. Namun, menurut ekonom Pancasila Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Poppy Ismalina, tidak banyak dikenal rakyat Indonesia dewasa ini.</span></div>
</div>
</div>
</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
”Sejarah secara umum mencatat Orde Lama mengedepankan nation building. Padahal, Bung Karno juga menjadi peletak dasar ekonomi sosialis yang berdasar Pancasila,” kata Poppy dalam diskusi ”Bung Karno di Mata Dunia: Gagasan dan Tindakan tentang Kepemimpinan dan Sosiodemokrasi” yang diselenggarakan Megawati Institute, di Jakarta, Rabu (27/6).</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Agenda nation building sangat penting sebagai langkah awal bernegara. Eropa Barat membutuhkan ratusan tahun untuk agenda ini. Bahkan, Jerman, lanjut Poppy, melalui proses ini sangat berdarah.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Bung Karno mampu menyatukan kesadaran bernegara, ideologi, menjaga keberagaman untuk mencapai tujuan bersama, yakni kedaulatan negara.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Poppy menerangkan, sejak 1932, Bung Karno sudah merumuskan sosiodemokrasi. Sistem ekonomi Pancasila yang dirumuskan Bung Karno mengakui hak individu sebagai penggerak ekonomi. Bung Karno juga menegaskan adanya toleransi sosial, kebersamaan dalam kesejahteraan, penguasaan sumber daya strategis oleh negara, dan demokrasi ekonomi yang mengakui kekuatan serta potensi lokal. Bung Karno juga menggarisbawahi peran aktif negara dalam pembangunan dalam strategi dan kebijakan.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
”Pancasila adalah solusi melawan globalisasi. Tidak anti pasar tetapi ada prinsip bangsa dalam berekonomi. Namun, Indonesia saat ini praktis berjalan tanpa ideologi,” ujar Poppy.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
<crosshead></crosshead><strong style="color: black;">Terjebak formalisme</strong></div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Menurut dia, Pancasila semasa Orde Baru dirusak karena terjebak pada formalisme peperti penataran, pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), dan kebijakan pertama Orde Baru lewat Undang-Undang Penanaman Modal Asing yang menggadaikan Indonesia kepada pemodal dan negara asing.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Semasa reformasi, Poppy mengingatkan, tidak ada yang mampu mendefinisikan ideologi ekonomi Indonesia. Secara nasionalisme ekonomi, lebih dari 90 persen dari 120 kontrak pertambangan strategis dikuasai asing dengan konsesi 30 tahun yang dapat diperpanjang hingga 20 tahun. Dunia perbankan mencatat 6 dari 10 bank terbesar adalah bank asing.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Yang paling memprihatinkan, ujar Poppy, adalah daya beli rakyat kecil Indonesia dari tahun 1996 sebesar Rp 587.400 naik menjadi Rp 628.300. ”Kenaikan daya beli hanya sebesar Rp 40.000 dalam kurun 12 tahun. Sungguh tragis,” kata Poppy.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Tingkat pendidikan masyarakat dalam ekonomi yang meninggalkan ideologi sosialis Pancasila menghasilkan peningkatan kualitas tingkat pendidikan masyarakat di tahun 1996 di kelas V SD (enam tahun pendidikan dasar) naik dua tahun saja pada 2008. Setelah 12 tahun, ujar Poppy, tingkat pendidikan dasar masyarakat baru sampai di SMP kelas I saja.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Saat ini, 55,43 persen rakyat Indonesia tercatat hanya lulusan SD dan hanya 4,24 persen yang lulusan perguruan tinggi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Pemimpin Redaksi Majalah Prisma Daniel Dhakidae mengingatkan pentingnya kembali ke perumusan Pancasila saat Bung Karno dibuang di Flores. ”Bung Karno berhasil merumuskan gagasan dan kritik atas Islam, Marxisme, dan Sosialisme. Bung Karno hanya bisa bergaul dengan lapis bawah masyarakat di Ende. Dia dilarang bergaul dengan masyarakat atas yang berpendidikan Eropa. Dalam kondisi itu, Bung Karno mengampanyekan Indonesia merdeka lewat kelompok tonil dan mengingatkan betapa buruh bisa menjadi tuan atas dunia politik tetapi menjadi budak sistem ekonomi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Direktur Megawati Institute Arif Budimanta mengatakan, produk undang-undang pasca-1998 yang didikte IMF dan World Bank harus dirombak. Semua UU yang dibuat semasa Indonesia dikendalikan IMF dan World Bank membuka jalan bagi liberalisasi dan penjajahan ekonomi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Pengamat politik Yudi Latif mengingatkan, sosok Soekarno sebagai sosialis yang jarang dibahas di Indonesia. Soekarno menggagas demokrasi yang benar adalah demokrasi yang melahirkan kesejahteraan sosial.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
”Dunia mengalami Imperium Hispanica (Spanyol-Portugal) yang berkuasa secara ekonomi, Pax Neerlandica dengan Belanda menjadi pusat kekayaan <line></line>Eropa abad ke-19, Pax Americana pada abad ke-20, dan saat ini era Pax Consortis yang dimotori negara G-20. Indonesia sebagai bagian G-20 harus memanfaatkan kesempatan ini,” kata Yudi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Gagasan Soekarno tidak membiarkan mekanisme pasar liberal berkuasa. Marhaenisme yang digagas Soekarno adalah kesejahteraan yang tidak membiarkan kaum kapitalis merajalela. Prinsipnya semua orang cukup makan, pakaian, hidup dalam kesejahteraan, dan demokrasi parlemen tidak dikuasai kaum kapitalis.</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Sekarang? Kita bisa merasakan dan berkaca. (Iwan Santosa)</div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
Sumber: <a href="http://regional.kompas.com/read/2012/06/30/02085170/Sosialisme.Soekarno.Bagaimana.Dihayati.Kini">http://regional.kompas.com/read/2012/06/30/02085170/Sosialisme.Soekarno.Bagaimana.Dihayati.Kini</a></div>
<div style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans Unicode', sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px; padding: 10px 20px 10px 0px;">
<br /></div>
</div>
IBhttp://www.blogger.com/profile/02700534349724072716noreply@blogger.com0