Selasa, 21 Februari 2012

MD Kartaprawira - IN MEMORIAM SDR. ACHMAD SUPARDI ADIWIJAYA


IN MEMORIAM SDR. ACHMAD SUPARDI ADIWIJAYA
(Sambutan pada upacara pemakaman, Zaandam. Nederland, 16-02-2012)

Assalamualaikum Wr. Wb.
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun

Sdr/Sdri semuanya yang terhormat,

Berita  tentang  musibah  yang menimpa  Sdr. Achmad Supardi Adiwijaya, bagi kita semua sangat mengejutkan sekali. Pada hari minggu , 5 Februari, Bung Supardi ketika sedang main badminton sekonyong-konyong  jantungnya berhenti bekerja. Dalam keadaan koma Sdr. Achmad Supardi dibawa dengan ambulan ke rumah sakit. Tetapi, perawatan di rumah sakit ternyata tidak berhasil menyelamatkan jiwanya.  Kejadian tersebut sangat tidak dinyana, sebab Sdr. Supardi senantiasa kelihatan segar bugar, sehat kuat dan selalu ke mana-mana necis pakai jas dan dasi. Memang sdr. Achmad Supardi sejak belajar di Uni Soviet sampai di Negeri Belanda tidak menanggalkan hobinya main baminton. Pada tanggal 10 Februari, hari Jumat kira2 jam 11.00 jantung saudara Achmad Supardi tidak berdetak lagi. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun – Semua datang dari Allah dan kembali kepadaNya lagi.

Sdr. Achmad Supardi Adiwijaya lahir di Tambun (Jawa Barat) 26 Maret 1941, meninggalkan istri tercinta Tatiana Bagdanova, dan putra-putrinya: Iman, Agustina, Saleh dan Hani. Almarhum adalah salah satu mahasiswa yang bahagia, karena pada tahun 1962 dikirim oleh Pemerintah Soekarno ke Moscow (Uni Soviet) untuk tugas belajar di Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa di fakultas Ekonomi, yang oleh negara diandalkan bisa menjadi spesialis patriotik untuk pembangunan Indonesia.  Tetapi setelah pecahnya peristiwa G30S dan disusul timbulnya kekuasaan rejim militer Suharto, yang dengan semena-mena melakukan pelanggaran  hukum dan HAM terhadap  jutaan orang tak bersalah dan melakukan kudeta terhadap pemerintah sah Soekarno yang anti NEKOLIM (Neokolonialisme, Kolonialisme, Imperialisme), menyebabkan Sdr. Achmad Supardi , seperti halnya ratusan mahasiswa lainnya, tidak bisa pulang ke tanah air untuk mengabdikan ilmu yang telah diperolehnya setelah tamat belajar.  Sebab paspornya dicabut oleh pemerintah Orde Baru Suharto melalui kedutaan Besar RI di Moscow. Maka sejak itu Sdr. Achmad Supardi menjadi salah satu dari mereka yang dinamakan “Orang Terhalang Pulang”, atau orang eksil. Karena pemerintah Uni Soviet memberi kesempatan melanjutkan studi, maka  sdr. Achmad Supardi setelah tamat dari Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa melanjutkan studinya ke Universitas Negara Lomonosov di Moscow sampai berhasil mendapatkan  gelar kesarjanaan Ph.D. jur. ilmu Sejarah. Kemudian dia bekerja di Institut Ilmu Ketimuran sampai tahun 1989.

Sebagai seorang nasionalis, semenjak pecahnya peristiwa 1965 Sdr. Achmad Supardi telah bergabung dalam organisasi Gerakan Pembela Ajaran Soekarno (GEPAS), di mana berhimpun mahasiswa-mahasiswa nasionalis  pendukung Soekarno dan ajaran-ajarannya di Uni Soviet. Ketika pada tahun 1969 terbentuk GERPINDO (Gerakan Patriot Indonesia) di luar negeri yang merupakan gabungan dari organisasi-organisasi kaum nasionalis-patriotik di Uni Soviet, Cekoslovakia, Bulgaria, Rumania, Berlin Barat, dan Perancis,   Sdr. Achmad Supardi juga termasuk dalam barisan GERPINDO, yang berjuang bersama organisasi-organisasi progresif Indonesia lainnya melawan rejim Orde Baru Suharto, dengan menyebarkan buletin INDONESIA BERJUANG ke  mana saja termasuk  ke Indonesia.

Perjalanan hidup Sdr. Achmad Supardi sebagai Orang Terhalang Pulang akhirnya pada tahun 1989 sampailah  di Negeri Belanda, yang dicita-citakan sebagai persinggahan untuk kembali ke tanah air. Di tempat domisili baru tersebut Sdr. Achmad Supardi aktif dalam bidang jurnalistik. Pertama-tama menjadi wartawan Sk. MERDEKA, kemudian menjadi wartawan RAKYAT MERDEKA. Sdr. Achmad Supardi banyak meliput kegiatan-kegiatan organisasi-organisasi masyarakat Indonesia di Belanda, di mana banyak bergabung orang-orang terhalang pulang. Kegiatan-kegiatan tersebut misalnya: peringatan Sumpah Pemuda, Kebangkitan Nasional, 100 Tahun Bung Karno, Peringatan Tragedi Nasional/Kemanusiaan 1965 dan lain-lainnya. Siaran-siaran liputan Sdr. Achmad Supardi membuka mata rakyat Indonesia, bahwa orang-orang terhalang pulang di luar negeri tetap mantap keindonesiaannya dan patriotismenya, tetap berjuang untuk tegaknya Demokrasi, Pancasila dan NKRI .

Dalam perjuangan politik Sdr. Achmad Supardi adalah Pendukung berat PDI Perjuangan. Maka ketika di Negeri Belanda terbentuk KORWIL PDIP,  Sdr. Achmad  Supardi  aktif membantu pelaksanaan tugas-tugas KORWIL PDIP Negeri Belanda, dan sempat menghadiri Kongres-Kongres PDIP di Semarang dan Bali sebagai peninjau.
Demikianlah liku-liku jalan panjang kehidupan Sdr. Supardi yang dengan gigih dilaluinya dengan jiwa nasionalis-patriotismenya.

Atas nama kawan-kawan lama seperjungan dan seorganisasi  yang berada di Rusia, Cekoslovakia, Jerman, Swedia, Indonesia dan lain-lainnya, yang tidak bisa hadir disini, kami mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga besar Sdr.Achmad Supardi Adiwijaya baik yang di Eropah, maupun di Indonesia. Semoga arwah Sdr. Achmad Supardi diterima Allah dengan limpahan kasih sayangNya dan semoga keluarga besar yang ditinggalkan  dianugerahi ketabahan dan kesabaran dalam situasi duka tersebut. Amien.

Selamat jalan Sdr. Achmad Supardi Adiwijaya, selamat beristirahat di kedamain abadi.

Nederland, 16 Februari 2012,

MD Kartaprawira
(Sahabat lama seorganisasi-perjuangan, Sekretaris Korwil PDI Perjuangan  Nederland). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar