Jumat, 03 Mei 2013

Semangat Bung Karno Terlahir Kembali

http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/05/semangat-bung-karno-terlahir-kembali.html
Semangat Bung Karno Terlahir Kembali
Daniel Tagukawi | Kamis, 02 Mei 2013 - 14:39:11 WIB


(dok/antara)
Anak-anak dan remaja yang tergabung dalam sanggar tari Biak memperagakan musik khas Papua saat acara peringatan 50 tahun emas kembalinya Irian Barat (Papua) dalam pangkuan NKRI.
Pesan untuk mengingatkan tujuan negara harus bergema lagi, termasuk dari Tanah Papua.

“Jikalau Saudara mendengar tiga tujuan daripada Revolusi kita itu, Saudara akan mengerti bahwa Revolusi kita belum selesai. Ya, wilayah kekuasaan Republik Indonesia sekarang sudah komplit dari Sabang sampai ke Merauke. Tetapi masuknya Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik belum berarti bahwa negara Republik Kesatuan Indonesia sudah menjadi satu Republik yang kuat, kuat sentausa! Tidak! Belum, Saudara-Saudara, kita masih harus bekerja keras, berjuang keras, memeras kita punya tenaga, memeras kita punya keringat agar supaya negara Republik Indonesia yang kita cintai ini benar-benar menjadi negara yang kuat sentausa....”
Cuplikan pidato dengan suara menggelegar ini memecah keheningan Gedung Sirambe di Kota Sorong, Papua Barat. Pidato ini mungkin akan mengingatkan mereka yang pernah mendengarkan pidato Presiden Ir Soekarno pada 4 Mei 1963 di Kotabaru, atau sekarang dikenal sebagai Jayapura.
Pidato Bung Karno dengan durasi sekitar 20 menit ini disampaikan oleh sekitar 90 pelajar SMA di Kota Sorong yang mengikuti lomba baca pidato Bung Karno selama dua hari (29-30 April 2013). Peserta juga kreatif. Ada yang mengenakan busana Papua. Ada juga yang mengenakan peci yang merupakan kekhasan Bung Karno. Rupanya, bukan hanya pelajar pria yang mengenakan peci, tapi juga ada pelajar perempuan yang tampak tenang dengan peci hitam yang di bagian kanannya tertempel merah putih kecil.
Para peserta tertib mengikuti lomba, padahal perlombaan berlangsung sampai pukul 24.00 WIT. Bahkan, seorang pelajar perempuan dari SMA Advent Sorong dengan nomor urut terakhir harus menyampaikan pidato lewat pukul 24.00 WIT. Rasa ngantuk dan lelah rupanya tak menyurutkan semangat untuk menyelesaikan lomba. Ada semangat pantang mundur. Generasi muda yang pantang menyerahlah yang memberikan harapan negara ini menatap masa depan.
“Dengan peserta 90 orang, memang butuh waktu yang cukup. Peminat cukup banyak, tapi panitia membatasi karena persoalan waktu,” jelas panitia penyelenggara, Sem Latumahina.
Sebenarnya, kata Sem, panitia menyiapkan empat naskah pidato Bung Karno yang disampaikan pada 1 Mei 1963 di Kota Ambon, 4 Mei 1963 di Kotabaru (Jayapura), 5 Mei 1963 di Merauke, dan 6 Mei 1963 di Biak. Namun, peserta lebih berminat terhadap pidato Bung Karno pada 4 Mei 1963.
Pilihan naskah pidato itu karena perlombaan digelar dalam rangka peringatan HUT Emas Irian Barat Kembali ke NKRI. Empat pidato Bung Karno itu sebenarnya menggambarkan bagaimana sikap Bung Karno dalam persoalan Papua.
Para pemangku kepentingan yang bertanggung jawab mengelola Papua semestinya mendengarkan pidato Bung Karno, setidaknya menyempatkan diri menyetel radio karena lomba pidato itu disiarkan melalui RRI. Sejak awal, Bung Karno menekankan persoalan kesejahteraan di Tanah Papua. Hanya saja, setelah berusia 50 tahun, persoalan kesejahteraan masih tetap menjadi problem mendasar di Papua.
Tekad Kuat Pelajar
Siapa pun yang menyaksikan gairah para pelajar mengikuti perlombaan tentu sangat tidak beralasan untuk bersikap pesimistis terhadap masa depan bangsa ini. Ini karena menjadi peserta lomba tidak cukup hanya pandai membaca pidato, tapi juga harus ditunjang rasa percaya diri, kesabaran menunggu giliran, dan vokal yang bagus dalam menyampaikan pidato.
“Saya terharu melihat semangat yang ada pada diri anak muda itu. Semestinya pemimpin belajar melihat tekad kuat dari para pelajar. Melihat penampilan peserta, kita harus optimis masa depan akan menjadi lebih baik,” jelas Ketua Panitia Pelaksana, Jimmy Demianus Ijie.
Lomba seperti ini bukan soal hadiah, tapi lebih pada bagaimana anak muda mengenal sejak dini nilai-nilai kebangsaan, kebinekaan, dan mencintai negara ini. “Kita upayakan acara seperti ini masih berlanjut pada acara yang lain di masa datang,” katanya.
Setelah semua peserta menyelesaikan lomba, Tim Dewan Juri yang terdiri dari Bob Y, Kadmaerubun, Maryati, dan Agustina Mangguali memutuskan peserta nomor urut 11 atas nama Andre Kadmaerubun dari SMA Negeri 3 Sorong sebagai peringkat pertama dengan skor 1.620, disusul Alfo (nomor urut 64) dari SMA Negeri 2 Sorong dengan skor 1.575 di peringkat kedua, dan Noviandri Infaidin (nomor urut 23) dari SMA Agustinus Sorong dengan skor 1.565.
Pemenang selain memperoleh trofi juga mendapat hadiah sejumlah uang. Namun, panitia juga mengapresiasi peserta yang masuk peringkat 10 besar. Sementara itu, peserta terakhir juga mendapat apresiasi khusus dari penyelenggara.
Berbagai apresiasi sebenarnya bukan prioritas, karena setidaknya pesan untuk mengingatkan kembali tujuan negara bisa bergema kembali dari Tanah Papua, yang bukan saja berguna dalam menyelesaikan masalah Papua, tapi juga persoalan seluruh bangsa ini, seperti cuplikan lain pidato Bung Karno pada 4 Mei 1963.
“Saudara-Saudara, maka jelaslah, Revolusi kita belum selesai, apalagi tujuan yang kedua mengadakan masyarakat yang adil dan makmur, masyarakat yang tiada, kataku berulang-ulang, exploitation de l’homme par i’homme. Exploitation de l’homme par i’homme artinya penghisapan oleh manusia kepada manusia. Kita mau satu masyarakat yang adil dan makmur, satu masyarakat yang tiap-tiap orang hidup bahagia di dalamnya....”

@ SHNEWS.CO :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar