MEMPERINGATI HARI LAHIRNYA PANCASILA (2012)
BUNG KARNO:
PANCASILA ISI JIWA BANGSA INDONESIA (I)
Kursus ke-2 Tentang
Pancasila Tanggal 16 Juni 1958
di Istana Negara
Saudara-saudara sekalian,
Di dalam kursus saya yang pertama sebagai pendahuluan, saya terangkan
kepada Saudara-saudara, bahwa perjuangan rakyat Indonesia untuk menumbangkan
imperialisme tidak boleh lain dari pada bersifat mempersatukan segenap
tenaga-tenaga revolusioner yang ada di masyarakat kita. Saya jelaskan pada
waktu itu sebabnya. Sebabnya ialah bahwa kita berhadapan dengan imperialisme
Belanda, yang berlainan sifat daripada misalnya imperialisme Inggris. Manakala imperialisme Inggris adalah terutama
sekali satu imperialisme perdagangan -- yang saya maksudkan ialah imperialisme
Inggris yang datang di India -- maka imperialisme Belanda yang datang di
Indonesia, terutama sekali adalah satu imperialisme daripada
finanz-kapitaal. Finanz-kapitaal yaitu kapital yang ditanamkan di sesuatu
tempat berupa perusahaan-perusahaan.
oleh karena finanz-kapitaal Belanda ini membutuhkan
buruh murah, sewa tanah murah, maka akibat dari finanz-kapitaal di
Indonesia ialah pauverisering(1) dari rakyat Indonesia. Dan oleh karena rakyat Indonesia
sesudah berjalannya finanz-kapitaal ini berpuluh-puluh tahun menjadi
satu rakyat yang di segala lapangan verpauveriseerd.(2) Tadi
saya terangkan kepada Saudara-saudara, untuk mencakup begrip "semua
rakyat yang verpauveriseerd" ini saya telah mempergunakan istilah
Marhaen. Saya ulangi: oleh karena akibat daripada finanz-kapitaal ini
ialah bahwa rakyat Indonesia ini di segala lapangan verpauveriseerd menjadi
rakyat Marhaen, di segala lapangan -- baik lapangan proletar maupun lapangan
yang tidak proletar -- maka untuk menumbangkan imperialisme Belanda
1 Proses kemelaratan (bhs. Belanda). 2 2 Dimelaratkan (bhs. Belanda).
itu kita harus memakai jalan
lain daripada misalnya rakyat India memperjuangkan kemerdekaannya. Rakyat India
masih memiliki satu nationale bourgeoisie,(3) bahkan pada
pertengahan atau bagian kedua dari abad ke-l9, borjuasi nasional India ini
hendak naik benar- benar, sehingga nationale bourgeoisie India inilah
sebenarnya yang menjadi tenaga motoris dari gerakan rakyat India menentang
imperialisme Inggris itu, berwujud gerakan swadesi di lapangan ekonomi
dan di lapangan politik gerakan satyagraha.
Kita yang segenap zamanpre – atau pra-imperialis memiliki bibitbibit
nationale bourgeoisie, tetapi yang oleh proses imperialis di segala
lapangan verpauveriseerd sehingga menjadi rakyat Marhaen, kita tak dapat
menjalankan cara perjuangan sebagai yang dijalankan oleh rakyat India itu. Maka
boodschap(4) kepada kita, ialah
mempersatukan segenap tenaga revolusioner yang ada di dalam rakyat Indonesia
yang verpauveriseerd itu, baik yang proletar maupun yang bukan proletar.
Sehingga boodschap perjuangan kita di Indonesia ialah boodschap persatuan.
Hal itu sudah saya terangkan kepada Saudarasaudara pada kursus saya yang
pertama. Dan memang dengan menyelenggarakan persatuan dari segenap tenaga
revolusioner itulah akhirnya kita pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat mengadakan
proklamasi kita dan juga dengan persatuan itu kita dapat mempertahankan
proklamasi itu. Hanya di waktu-waktu yang sekarang ini persatuan itu terganggu
sehingga sewajibnya kita berikhtiar lagi untuk memperbaiki lagi
keretakan-keretakan di dalam tubuhnya bangsa Indonesia itu.
Mempersatukan segenap tenaga revolusioner -- dan arti perkataan
revolusioner pun di dalam kursus yang pertama sudah saya jeiaskan kepada
Saudara-saudara. Saya ulangi dengan singkat: untuk bersifat revo1usioner tak
perlu dari golongan proletar, tak perlu dari golongan demokrasi formil, tak
perlu dari golongan sosialis-sosialis dalam arti yang luas -- revolusioner
adalah tiap-tiap orang yang progresif menghantam kepada impe-rialisme.
Revolusioner adalah tiap-tiap orang yang hendak mengakhiri kolonialisme dan
hendak mengadakan kemerdekaan nasional. Oleh karena itu adalah progresinya
sejarah.
3 Bojuasi nasional.
• Pesan, amanat (bhs. Belanda).
114
Tidak perlu seorang proletar,
sebab yang bukan proletar bisa juga revolusioner. Sebaliknya ada contoh
proletar tidak revolusioner. Tidak perlu demokrasi formil, sebab orang yang
tidak berdemokrasi formil bisa revolusioner. Tidak perlu berangan-angan atau
dari golongan sosialis dalam arti yang luas, sebab ada yang sosialis tetapi tidak
revolusioner. Ada yang bukan sosialis tetapi revolusioner, sosialis dalam arti
yang luas. Di dalam kursus saya yang pertama, hal ini telah saya kemukakan
kepada Saudara-saudara.
Tapi sosialis -- seperti waktu saya membuat kuliah di Yogyakarta saya terangkan-bahwa
perkataan sosialisme saya ambil dalam arti nama kumpulan, verzamelnaam, dari
semua aliran-aliran yang menghendaki masyarakat sama-rasa sama-rata. Dus ya
sosialis demokrat, ya anarchist, ya komunis, ya utopist socialist, ya
religieus socialist. Semuanya saya cakup dengan satu perkataan:
sosialis.
Saudara-saudara, konklusi dari kursus saya yang pertama tadi, sudah saya
katakan: boodschap yang diberikan sejarah kepada kita ialah persatuan,
mempersatukan segenap tenaga. Bukan saja untuk menumbangkan imperialisme,
tetapi juga untuk mempertahankan negara yang kita dirikan dan yang hendak
ditumbangkan kembali oleh imperialisme itu.
Maka berhubung dengan itulah, timbul pertanyaan kepada segenap rakyat
Indonesia, tatkala rakyat Indonesia hendak mengadakan kemerdekaan nasional,
apakah negara yang hendak didirikan itu harus diberi satu dasar yang di atas
dasar itu segenap rakyat Indonesia dipersatupadukan, apa tidak. Dan jawabnya
ialah: ya, perlu dasar yang dernikian itu, dasar pemersatu dari segenap rakyat
Indonesia. Sehingga --sebagai Saudara-saudara ketahui -- soal dasar ini menjadi
pembicaraan di dalam sidang-sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang
bersidang sebelum kita mengadakan proklamasi, jadi pertengahan tahun 1945. Dan
di dalam salah satu sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai itulah dianjurkan
oleh onder- getekende(5) untuk memakai Pancasila sebagai
dasar negara yang akan kita adakan. Dan kemudian Pancasila ini diterima di dalam
Jakarta Charter. Kemudian sesudah kita mengadakan proklamasi, diterima oleh
sidang dari pemimpin pertama dari negara yang telah kita proklamirkan.
5 Yang bertanda tangan, maksudnya Bung Kamo.
115
Dasar negara yang kita butuhkan
ialah pertama: harus satu dasar yang dapat mempersatukan. Kedua: satu dasar
yang memberi arah bagi perikehidupan negara kita itu. Katakanlah dasar statis,
di atas mana kita bisa hidup bersatu dan dasar dinamis ke arah mana kita harus
berjalan, juga sebagai negara.
Sebab apa yang dinamakan negara, Saudara-saudara? Negara adalah tak lebih
dan tak kurang dari satu organisasi, satu organisasi kekuasaan, satu macht-organisatie. Tentang hal negara
ini banyak sekali teori-teori apa negara itu. Ada teori yang mengatakan, negara
adalah satu hal sudah semestinya terjadi. Zonder
maksud ini atau maksud itu, dengan sendirinya sesuatu bangsa
mencapai negara. Teori ini di dalam sejarah manusia nyata telah dibantah. Sebab
di dalam sejarah manusia sering sekali tampak bangsa-bangsa atau
gerombolan-gerombolan manusia yang berjumlah banyak hidup tanpa negara. Ambillah,
misalnya, kafilah-kafilah di Sentral Afrika. Mereka itu hidup, mencari makan,
membuat perumahan, hidup bersuami isteri, tetapi tiada ikatan yang dinamakan
negara.
Ada juga yang berkata bahwa negara adalah penjelmaan dari ide yang luhur
sekali. Ya, ini masih harus ditanya, ide itu ide apa. Hegel, misalnya -- salah
seorang ahli falsafah yang besar-berkata:
De staat of een staat is de tot werkelijkheid geworden idee.(6) Ya boleh kita terima ini. Tetapi apa yang dinamakan ide -- de tot werkelijkheid geworden idee -- ide yang
terjelma? lni masih diminta jawaban lagi apa yang dinamakan ide Hegel.
Saya sendiri berpendirian bahwa negara itu tak lain tak bukan ialah
sebenarnya satu organisasi. Dan tegasnya, satu organisasi kekuasaan. Satu machts-organisatie. Kita bisa mengadakan
organisasi partai. Dan partai itu dipimpin oleh segolongan manusia yang
dinamakan dewan pimpinan. Demikian pula kita bisa mengadakan organisasi dari
seluruh manusia di dalam lingkungan bangsa yang bernama negara. Dan negara ini
dipimpin oleh segolongan manusia yang dinamakan pemerintah. Pada hakekatnya
tiada per-bedaan antara dua hal ini. Partai dengan ia punya dewan pimpinan,
negara dengan ia punya pemerintah.
6 Negara atau sebuah negara adalah ide yang terjelma.
116
Pada hakekatnya partai
mempunyai statuten(7), negara
memakai Undang-Undang Dasar. Partai mempunyai peraturan-peraturan rumah tangga,
negara mempu-nyai organieke wetten, hukum-hukum
organik. Pada hakekatnya --basically, kata
orang Inggris -- tidak ada perbedaan di antara dua ini.
Keterangan Karl Marx lebih lanjut lagi dari ini. Negara adalah satu
organisasi kekuasaan --kata Karl Marx -
-macht-organisatie. Bahkan satu macht-organisatie
dari sesuatu kelas untuk mempertahankan dirinya terhadap lain kelas.
Karl Marx berkata, bahwa di dalam sejarah dunia ini selalu ada dua kelas yang
bertentangan satu sama lain. Di dalam sejarah manusia, selalu ada dua kelas
yang bertentangan satu sama lain. Ada kelas feodal yang bertentangan dengan
kelas horigen,(8) yaitu rakyat jelata yang ditindas
oleh feodalisme itu. Sekarang ada kelas kapitalis dan kelas proletar. Selalu
ada dua kelas. Maka -- kata Marx -- negara adalah satu machts-organisatie di dalam tangannya
salah satu kelas ini untuk menindas kelas yang lain. Di dalam zaman feodal negara
adalah satu machts-organisatie di
dalam tangannya kaum bangsawan untuk menindas kaum horigen. Di dalam zaman kapitalisme negara adalah machts-organisatie di dalam tangannya
kaum kapitalis untuk menindas kaum proletar. Ditindas, artinya untuk menjalankan
sesuatu yang cocok dengan kepentingan kelas kapitalis ini, tetapi tidak cocok
dengan kepentingan kaum proletar.
Teori ini ditarik terus oleh Marx. Jikalau nanti ada revolusi, kapitalis
ini dengan alat kekuasaannya yang bernama negara, bertentangan dengan kaum
proletar. Karena mereka itu mengorganisasikan dirinya-dengan semboyannya, "Proletaries aller landen, verenigt U"(9)
--mengorganisasikan dirinya, akhirnya dapat merebut negara atau alat kekuasaan
yang tadinya di dalam tangan kaum kapitalis ini. Jikalau revolusi demikian itu
telah terjadi, maka alat kekuasaan yang tadinya di dalam tangan kaum kapitalis
yaitu negara -- terebut oleh kelas proletar dan kelas proletarlah yang memegang
alat kekuaan yang dinamakan negara ini.
7 Anggaran dasar (bhs. Belanda).
8 Berasal dari horige (hhs.
Belanda), yang berarti orang yang tidak bebas. 9 9 9 9Kaum proletar dari
seluruh dunia, bersatulah!
117
Sesudah sesuatu revolusi sosial ini
terjadi, alat kekuasaan yang dinamakan negara jatuh di dalam negara kaum
proletar. Maka berhubung dengan itulah apa yang dinamakan diktatur-proletariat
berjalan dan bukan berjalan secara insidentil, tetapi berjalan secara historis,
sebab negara adalah pada hakekatnya alat kekuasaan di dalam tangan sesuatu
kelas. Tadi di dalam tangan kaum kapitalis, sesudah revolusi proletar, di dalam
tangan kaum proletar. Dan alat kekuasaan ini dipergunakan oleh kaum proletar
untuk menindas kaum kapitalis. Dus, sifat dari praktik alat kekuasaan
yang sekarang ini adalah diktatur proletar.
Nah, saya teruskan uraian mengenai Marx ini. Sesudah demikian bagaimana?
Sesudah dernikian, kelas kapitalis ini karena dialatkuasai oleh diktatur
proletar ini, makin lama makin lemah, makin lama makin surut, akhirnya
hilanglah kelas yang dinamakan kelas kapitalis. Tinggal kelas proletar itu. Dan
oleh karena tinggal hanya satu kelas, sebenarnya sudah tidak ada kelas lagi.
Orang bisa bicara tentang kelas jikalau masih ada perbedaan. Kelas I, kelas II,
kelas III, kelas VIII, kelas IX, karena ada perbedaan. Kalau tinggal cuma satu,
itu bukan kelas lagi. Nah, kalau tinggal proletar saja -- rakyat jelata saja,
tidak ada kelas kapitalisnya -itulah oleh Marx yang dinamakan satu masyarakat
tanpa kelas, satu klasseloze maatschappij. Manusianya tetap ada, bahkan
berkembang biak banyak. Tetapi masyarakat itu tidak mempunyai kelas, klasseloos.
Dan oleh karena klasseloos, maka masyarakat itu menjadi staat-loos,
l0
sebab --- saya ulangi lagi -- menurut teori Karl Marx,
negara adalah machts-organisatie di dalam tangan sesuatu kelas.
Jikalau kelas itu juga tidak ada, maka negara sebagai machtsorganisatie
tidak ada lagi. Maka menjadi satu masyarakat yang staatloos. Ini
saya beri tahu kepada Saudara-saudara, agar supaya Saudara-saudara mengerti
istilah-istilah di dalam ilmu Marxisme: klasseloze maatschappij dan staatloze
maatschappij. Dus tidak ada lagi sesuatu golongan yang harus di-onderdruk,
yang harus ditindas. Kalau ada dua kelas, ada satu golongan yang berkuasa
dan satu golongan yang harus ditindas. Kalau sudah staatloos dan klasseloos,
tidak ada lagi golongan yang harus ditindas. Fungsi negara hilang.
10 Tanpa negara (bhs. Belanda).
118
Fungsi negara sebagai alat
kekuasaan hilang. Yang tinggal ialah fungsi administratif dari manusia-manusia.
Ada fungsi opseter, ada fungsi insinyur, ada fungsi guru dan lain-Iain
sebagainya, tetapi fungsi negara sebagai machts-oganisatie, tidak ada
lagi.
Saya beri penjelasan kepada Saudara-saudara tentang hal ini untuk mengerti,
bahwa tatkala kita concipieren(11) membentuk negara kita, kita harus mengerti bahwa negara
itu adalah suatu hal yang dinamis. Kalau Marx berkata: ini adalah alat
kekuasaan, maka tadi saya berkata: kita dalam mengadakan negara itu harus dapat
meletakkan negara itu atas suatu meja yang statis -- yang dapat mempersatukan
segenap elemen di dalam bangsa itu -- tetapi juga harus mempunyai tuntutan
dinamis, ke arah mana kita gerakkan rakyat, bangsa dan negara ini.
Saya beri uraian itu tadi agar Saudara-saudara mengerti bahwa bagi Republik
Indonesia, kita memerlukan satu dasar yang bisa menjadi dasar statis dan yang
bisa menjadi Leitstar dinamis. Leitstar; bintang pimpinan.
Nah, ini yang menjadi pertimbangan dari pemimpin-pemimpin kita dalam tahun
1945 -- dan sebagai tadi saya katakan-sesudah bicara-bicara, akhirnya pada satu
hari saya mengusulkan Pancasila, dan Pancasila itu diterima masuk dalam
Jakarta Charter, masuk dalam sidang pertama sesudah proklamasi. Jadi kalau
Saudara ingin mengerti Pancasila, lebih dulu harus mengerti ini: meja statis, Leitstar
dinamis.
Kecuali itu kita sekarang lantas masuk kepada persoalan elemenelemen apa
yang harus dimasukkan di dalam meja statis atau Leitstar dinamis ini.
Kenapa Pancasila? Mungkin Dasasila, atau Catursila, atau Trisila atau
Saptasila. Kenapa justru lima ini? Bukan kok lima jumlahnya, tetapi
justru Ketuhanan Yang Maha Esa, Kebangsaan, Perikemanusiaan, Kedaulatan Rakyat
dan Keadilan Sosial. Kenapa tidak tambah lagi, atau dikurangi lagi beberapa.
Kenapa justru kok lima macam ini.
11 Merencanakan (bhs. Belanda).
119
(Arsip – K.Prawira: BUNG KARNO “PANCASILA ISI JIWA BANGSA
INDONESIA”, PANCASILA BUNG KARNO, Paksi Bhineka Tunggal Ika, 2005, hal.
113-119)
DISIARKAN ULANG: MD Kartaprawira, Nederland 06 Juni 2009
Disiarkan
ulang oleh INDONESIA BERJUANG, 01 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar