KEHEBATAN TOKOH SOEKARNO DAN “PEKIK MERDEKA DI LENINGRAD”
(http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2014/06/kehebatan-tokoh-soekarno-dan-pekik.html)
(http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2014/06/kehebatan-tokoh-soekarno-dan-pekik.html)
Oleh: MD Kartaprawira
Tulisan terlampir
di bawah “Pekik Merdeka di Leningrad” adalah karya Roso Daras. Artikel tersebut
mengingatkan kembali lembaran sejarah
persahabatan mesra antara rakyat Indonesia dan Uni Soviet di masa bangsa
Indonesia sedang berjuang sekuat tenaga untuk melanjutkan Revolusi Agustus 1945
– melawan kolonialisme demi merebut
kembali Irian Barat dan tegaknya Negara
Kesatuan RI dari Sabang sampai Merauke. Ketokohan Bung Karno telah berhasil
meyakinkan rakyat Uni Soviet bahwa Indonesia adalah sahabat dekat, yang perjuangannya perlu dibantu. Syahdan, menurut Menteri Gromiko (mantan) dalam
biografinya, ketika Bung Karno menceritakan penderitaan dan nasib rakyat Indonesia di bawah kolonialisme Belanda, Perdana Menteri Chruschev
sampai meneteskan air matanya.
Di Uni
Soviet di mana saja orang Indonesia diterima dengan akrab-bersahabat. Lagu “Nyiur
melambai” (bhs. Rusia) banyak dinyanyikan oleh penduduk. Lagu “Ayo Mama” sangat disenangi oleh muda-mudi, selalu
menjadi lagu penutup dalam pertemuan-pertemuan persahabatan Indonesia-Uni
Soviet, yang diselenggarakan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia, yang dikirim
belajar di berbagai universitas/institut Uni Soviet. Begitu besarnya
solidaritas kepada Indonesia, mereka
kalau ketemu kami (mahasiswa Indonesia) selalu meneriakkan Soekarno.
Tapi
sayangnya persahabatan tersebut mendapat goncangan akibat pertengkaran dalam tubuh
Gerakan Komunis Internasional antara blok Uni Soviet dan blok Republik Rakyat
Tiongkok (RRT), di mana Partai Komunis Indonesia lebih dekat dengan RRT. Meskipun demikian persenjataan militer untuk perjuangan merebut
Irian Barat terus mengalir tanpa gangguan. Bahkan kapal-kapal selam Uni Soviet
pun berkeliaran di sekitar Irian Barat (penuturan kawan, yang merupakan awak
kapal selam). Demikianlah secarik lembaran sejarah tentang jasa dan kehebatan tokoh Soekarno dalam perjuangan menyatukan Negara Republik Indonesia dan penggalangan solidaritas
internasional melawan NEKOLIM. Den Haag,
01 Juni 2014.
http://rosodaras.wordpress.com/2014/02/20/pekik-merdeka-di-leningrad/
Berikut
adalah penggalan kisah perjalanan Bung Karno ke Uni Soviet. Agustus 1956.
Dikisahkan dalam buku “Kunjungan Presiden Republik Indonesia Sukarno ke Soviet
Uni” itu, bahwa pada hari-hari berikutnya, di mana pun Presiden Sukarno beserta
rombongan tampak, maka mereka bergaul dengan rakyat secara ramah-tamah.
Sebaliknya,
begitu masyarakat setempat melihat wakil-wakil Indonesia, spontan menyambut
mereka dengan hangat. Demikianlah tamu-tamu disambut di mana-mana: Di Lapangan
Merah, di Kremlin, di stasiun-stasiun metro, di pabrik pembikin kapal terbang,
dll.
Presiden
Sukarno mengunjungi Pameran Pertanian dan Pameran Perindustrian Seluruh Uni
Soviet. Di pavilion Uzbektistan dan Georgia, Bung Karno melihat contoh-contoh
kapas dan teh. Di pavilion “industri pembikinan mesin” Bung Karno mencermati
mobil-mobil, bagian bagian alat turbin yangbesar, mesin penggali batu bara dan
bermacam-macam mesin lainnya.
Di bagian peternakan
perhatian tamu-tamu tertarik oleh kuda-kuda yang bagus dan cepat serta juga
sapi-sapi yang memberikan susu sebanyak 8 sampai 10 ribu liter setahun. Bukan
hanya itu. Dengan penuh perhatian wakil-wakil Indonesia juga melihat gudang
kesenian Rusia dan Soviet yaitu Galeri Tretyakorskaya, di mana disimpan
beribu-ribu buah ciptaan ahli-ahli seni lukis dan seni rupa negara itu.
Dikisahkan
pula tentang beragamnya acara dan destinasi yang Bung Karno kunjungi selama
berkunjung. Selain Moskow, Bung Karno mengunjungi Leningrad, Kazan, ibu kota
republik otonomi Tartar, Swerdlovsk – kota industri terbesar di Ural,
Aktyubinsk—ibu kota salah satu provinsi di Kazakhstan, Tasjkent, Samarkand,
Asjhabad, Baku, Sukhumi, Sotji, Stalingrad. Perjalanan berkeliling negara yang
sangat besar itu, dimulai tanggal 31 Agustus malam waktu utusan-utusan
Indonesia berangkat dari Moskow ke Leningrad dengan naik kereta api.
“Saya merasa berbahagia
pada saat ini berada di Leningrad sebab saya tahu bahwa Leningrad adalah pusat
permulaan daripada revolusi bangsa Rusia. Di Leningradlah menyala dan meledak
revolusi Rusia yang telah tekenal di seluruh dunia itu,” demikian berkata
Presiden Sukarno di Stasiun Kereta Api Leningrad.
Bung
Karno tidak saja berpidato di stasiun. Putra Sang Fajar itu juga berpidato di
muka rapat raksasa kaum buruh, insinyur, ahli teknik dan pegawai di pabrik
pembikinan mesin Leningrad. Sekali lagi, Presiden Sukarno berbicara tentang kota
Leningrad.
Kata
Bung Karno, “Di Jakarta revolusi Indonesia meledak, di Leningrad revolusi Rusia
meledak. Mengertikah saudara-saudara sekalian apa sebab saya berbahagia berada
di kota Leningrad, apa sebab saya merasa cinta kepadamu, apa sebab saya merasa cinta
kepada segenap rakyat Leningrad? Mengertikah saudara-saudara bahwa sekarang di
antara rakyat Indonesia dan saudara-saudara ada satu hubungan yang tidak dapat
dilenyapkan oleh siapa pun jua.”
Dalam kesempatan itu,
Presiden Sukarno meminta protokol dan rakyat Soviet tidak memanggil “Paduka
Yang Mulia”. Dia minta dipanggil secara sederhana saja, ”Bung Karno” seperti
dia disebut dan dipanggil oleh teman-teman sebangsanya.
Selanjutnya Bung Karno juga
menceritakan, bahwa orang-orang Indonesia menyambut satu sama lain dengan
memekik kata “Merdeka”. Presiden
menganjurkan semua para hadirin memekik “Merdeka” lima kali bersama. Bung Karno
lantas memekikkan kata Merdeka, spondan beribu-ribu buruh yang hadir di rapat
itu mengulangi kata salam Indonesia itu dengan memekik “Mer-de-ka!” Bergemuruhlah
pekik merdeka di Leningrad! (roso daras)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar