Pengarahan Ketua Umum pada Pembukaan Pendidikan Kader
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Damai sejahtera untuk kita semua,
Om swasti astu. Marilah kita lebih dahulu bersama-sama memekikkan salam nasional kita Merdeka!!! Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa ta’ala atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga kita dapat berkumpul di kotaYogyakarta yang sarat dengan tapak asta perjuangan kemerdekaan ini. Saya sungguh bersyukur, sebab dari Kota Perjuanganinilah kita meletakkan tradisi dan jatidiri Partai ideologi melalui pelaksanaan pendidikan kader utama PDI Perjuangan angkatanpertama. Saudara-saudara, Kalau kita menyelami dengan seksama apa yang menjadi harapan rakyat, dan menangkap suasana kebatinan yang ada, makarakyat sangatlah mengharapkan kembali hadirnya politik pengabdian. Pengabdian yang digerakkan oleh nasionalisme yangmembumi, yang tidak pernah memikirkan untung dan rugi, kecuali pengabdian tulus pada Ibu Pertiwi. Jiwa pengabdian inilah yang menjadi falsafah hidup Bung Karno. Dengan demikian, tekad untuk membangun sekolah partai dan momentum pendidikan kader kali ini, harus menjadi momentum kebangunan yang sesungguhnya, yakni kembalinya politik sebagai bentuk pengabdian kepada rakyat, bangsa, dan negara. Saudara-saudara, Saya mengawali pengarahan ini dengan pertanyaan sederhana. Mengapa kalian semua masuk ke PDI Perjuangan? Apa yangkalian cari dari PDI Perjuangan? Dan apa yang kalian harapkan dengan mengikuti pelatihan kader ini? Apakah untuk sekedar mendapatkan sertifikat? Mendapatkan jabatan? Kedudukan? Kekayaan? Ataukah keikutsertaan ini, karena harapan untuk menjadi caleg pada tahun 2014? Sekiranya keikutsertaan saudara-saudara semua hanya karena alasan di atas, maka saya pastikan bahwa saudara-saudara berada di tempat yang salah, dan pada saat yang tidak tepat. Mengapa? Sebab syarat dasar menjadi kader Partai haruslah digerakkan oleh semangat pengabdian, bukan keinginan jangka pendek demi kekuasaan. Bung Karno menegaskan bahwa menjadi kader partai sejatinya menjadi mata, otot dan otak Partai. tanpa kader, partai ibarat orang buta atau orang yang melangkah dalam kegelapan. Tanpa kader, partai kehilangan otot penggerak, kehilangan kekuatan dinamis, dan kehilangan daya cengkeramnya. Tanpa kader, Partai akan terlepas dari ideologi dan teori perjuangannya yang menyatu dengan rakyat. Karena itulah kaderisasi sangat vital dan menentukan masa depan kita sebagai kekuatan politik. Kaderisasi merupakan jalan satu-satunya untuk menghasilkan kader-kader sebagai inti atau jantung kekuatan Partai. Atas dasar pertimbangan di atas, kembali saya tegaskan, bahwa mengikuti kaderisasi ini bukanlah jalan pintas untuk memenuhi hasrat orang per orang pada kekuasaan dan kekayaan. Saudara-saudara, Untuk bisa menjadi mata, otot dan otak partai, kader yang dihasilkan haruslah memiliki kemampuan yang menyangkut paling tidak 5 (lima) hal pokok, yang meliputi: Pertama: memiliki pemahaman dan kesadaran idiologi yang tinggi. Karena sejarah menunjukan tidak pernah ada Partai yang survive tanpa ideologi. Perlu saya tegaskan bahwa mereka yang menganggap ideologi sudah tidak relevan dan menjadi bagian dari masa lalu adalah salah besar. Sebab saya percaya, bahwa ideologi, baik di masa lalu, hari ini, maupun di masa yang akan datang, akan tetap menjadi kekuatan yang memberikan cita-cita, arah, harapan, dan memberikan fondasi bagi Partai dan Negara. Tetapi saudara-saudara, seorang kader tidak hanya dituntut paham dan sadar akan ideologi. Ia sekaligus diharuskan memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengimplementasikan ideologi. Ideologi tanpa diikuti kemampuan dan kehendak para pengikut dan terutama kadernya untuk melaksanakan, adalah ideologi yang mati. Inilah salah satu masalah besar yang kita hadapi saat ini: Pancasila seolah menjadi mantra yang sering dihafalkan, namun semakin langka orang yang mau dan mampu melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Saudara-saudara, Bagi PDI Perjuangan, sama halnya bagi bangsa ini, Pancasila 1 Juni 1945, Pancasila yang digali Bung Karno adalah ideologi Partai. Siapapun yang punya sedikit kemauan untuk mempelajari Pancasila 1 Juni 1945 secara lebih teliti, akan menemukan dan meyakini bahwa di dalam Pancasila seluruh nilai, kearifan, pengetahuan, pengalaman, dan Perjuangan untuk mewujudkan cita-cita dan harapan kita sebagai sebuah bangsa terkristalisasi. Tugas saudara-saudara adalah menemukan nilai-nilai tersebut melalui proses pendidikan kader ini. Kita harus paham, ideologi ditimbang tidak dari retorika dan jargon yang bisa dihasilkan, tapi terutama melalui jejak sejarah implementasinya. Hal inilah yang akan menjadi salah satu kriteria dalam menilai kader PDI Perjuangan ke depan. Kedua: Memiliki pengetahuan, pengabdian, dan kesadaran politik yang Tinggi. Hal ini diperlukan karena dalam keseharian politik adalah sebuah seni tentang kemungkinan-kemungkinan, seni dalam mengelola kemajemukan cita-cita, harapan, perbedaan kepentingan. Pencapaian akhir --- cita-cita yang ingin digapai --- dari politik adalah kepentingan bersama kita sebagai bangsa yang oleh Bung Karno dirumuskan sebagai “Sosialisme Indonesia” sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk itu, saudara-saudara, politik harus dilihat sebagai sesuatu yang sakral, sesuatu yang mulia, sesuatu yang bersih yang layak diperjuangkan. Politik bukan soal citra, bukan soal akal-akalan, bukan soal sogok menyogok sebagaimana kita saksikan akhir-akhir ini. Politik adalah soal membangun permufakatan, mempersatukan kekuatan rakyat, melakukan gotong royong, membangun rasa saling- percaya sehingga ia sungguh-sungguh menjadi alat kolektif rakyat untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Merdeka. Ketiga: Memiliki Kesadaran Berpartai yang tinggi. Untuk mewujudkan kesadaran berpartai yang tinggi, dibutuhkan pemahaman terhadap AD & ART Partai, sejarah Partai, dan program perjuangan Partai. Semua harus disertai dengan kepatuhan, disiplin Partai dan diperlukan militansi dalam memperjuangkan cita-cita Partai. Begitu kita menjadi anggota Partai, maka semua cita-cita pribadi harus tunduk kepada cita-cita yang diperjuangkan Partai. Pengalaman kita menunjukkan, masih cukup banyak warga partai menempatkan dirinya di atas Partai. Bahkan ada yang seolah berwajah ideologis, selalu membawa referensi ajaran Bung Karno, namun lain kata dan perbuatan. Retorika yang dimainkan hanya menjadi pembenar atas tindakannya untuk kekuasaan dan materi belaka.nilah yang saya sebut sebagai pragmatisme berwajah Ideologi. Saudara-saudara, Pada kesempatan ini saya ingin menegaskan bahwa PDI Perjuangan bukanlah milik orang per orang. PDI Perjuangan lahir dan dilahirkan sebagai alat perjuangan rakyat; alat kolektif dari rakyat Indonesia dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Karena itulah mengapa seluruh materi ideologi dirancang dari sumbernya sendiri, yaitu Bung Karno. Tidak lain dan tidak bukan, agar kita menemukan seluruh spirit perjuangan Bung Karno, yang dilandasi oleh pengabdian tanpa batas, rasa cinta tanah air yang berkobar-kobar, dan kecintaan tanpa syarat pada seluruh rakyat Indonesia. Saudara-saudara Hal Keempat yang ingin saya tegaskan adalah bahwa menjadi kader Partai harus memiliki kesadaran Lingkungan dan Sosial, dan budipekerti yang Tinggi. Kesadaran ini haruslah dicerminkan dalam kehidupan, dalam menentukan kebijakan, tingkah laku dan pergaulan sosial sampai pada tutur kata. Hindari kesenjangan antara cita-cita Partai dan tingkah laku sosial kader-kader kita yang memperburuk citra Partai. Inilah alasannya mengapa dari rencana 7 hari saudara-saudara berada di Yogyakarta, 3 hari akan saudara -saudara habiskan bersama dengan warga masyarakat di dusun-dusun di Klaten. Saya harapkan dengan dengan menangis dan tertawa bersama rakyat, saudara-saudara akan dapat mengasah kepekaan dan kesadaran lingkungan dan sosial sebagai medan juang saudara- saudara ke depan. Sedangkan kesadaran kelima yang yang harus saudara miliki, adalah kesadaran untuk menyelesaikan masalah pokok rakyat. Sebab Partai mengemban cita-cita untuk memakmurkan rakyat. Karena itulah hal-hal yang berkaitan dengan sistem perekonomian, termasuk pemahaman terhadap cara-cara yang efektif untuk mengatasi pengangguran, dan kemiskinan wajib dipahami oleh kader Partai. Saudara-saudara sekalian yang saya cintai dan banggakan, Kaderisasi dan pendidikan kader merupakan sebuah proses yang harus terus menerus berjalan sepanjang Partai ini ada, dan kini telah kita mulai melalui program pendidikan selama 7 hari yang akan saudara lewati. Tujuh hari ini hanyalah awal dari rangkaian pendidikan kader yang berlangsung selama 1 (satu) tahun penuh melalui penugasan di medan juang. Karenanya, 7 hari di Yogyakarta ini harus dilihat sebagai sebuah awal yang akan memberikan pengetahuan dan bekal yang semakin dalam bagi saudara-saudara. Kaderisasi diharapkan, juga menjadi pengalaman menarik dalam mempertemukan tradisi keilmuwan dan kepartaian. Saudara-saudara, Saya sangat berharap bahwa proses pendidikan kader kali ini akan membangkitkan kembali dan meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri sebagai warga partai. Saya juga berharap bahwa nilai sebagai orang Partai akan semakin tertanam dalam hati sanubari saudara-saudara. Sebagai sebuah institusi, Partai seharusnya dibangun di atas keteraturan sistem yang disepakati bersama dengan konstitusi dan ideologi sebagai bingkai nilai yang menyatukannya. Tujuh hari yang akan dilewati, sekalipun belum merubah secara total kondisi yang ada, setidaknya akan meletakkan landasan bagi munculnya nilai dan perilaku baru sebagai orang Partai, dan sekaligus bangga sebagai orang partai. Saya juga berkeyakinan bahwa 7 hari ini akan membentuk saudara-saudara menjadi pengikut yang baik. Proses ini memang tidak mudah. Tapi itu harus dilewati. Kita terlampau lama dididik dan mendidik diri kita untuk menjadi pemimpin yang baik, tetapi melupakan bagaimana menjadi pengikut yang baik. Menurut saya, salah satu syarat paling fundamental untuk menjadi pemimpin yang baik adalah menjadi pengikut yang baik. Seorang pengikut yang baik adalah dia yang menghargai nilai dari sebuah disiplin. Tidak ada bangsa yang besar tanpa disiplin. Tidak ada partai yang besar tanpa disiplin. Bercerminlah ke Korea Utara dan Cina, kunci keberhasilannya adalah sama: disiplin anggota. Saudara-saudara, Pelajaran yang sangat penting dan tidak boleh dilupakan selama pendidikan kader ini adalah kesediaan untuk menerima perbedaan pendapat. Untuk sampai pada tingkat ini orang pertama-tama harus punya kesediaan untuk mendengar. Inilah problema utama bangsa ini. Problema utama dalam Partai kita: ketidak-mampuan untuk mendengar. Demikian pula, tidak akan pernah terlahir pemimpin yang demokratis, kecuali kesediaan untuk mendengar. Hal lain yang pasti akan saudara-saudara dapatkan adalah nilai kebersamaan. Kesadaran sebagai kolektivitas, sebagai sebuah kesatuan, sebagai sebuah sistem, saya yakini akan menjadi pondasi bagi gotong-royong, dan permusyawaratan. Sudah barang tentu masih banyak lagi pelajaran dan pengalaman yang nantinya bisa didapatkan dari pengalaman 7 hari disini. Namun terhadap beberapa nilai yang saya jelaskan di atas, sudah cukup menggambarkan betapa strategis dan pentingnya pendidikan sebagai sebuah proses perubahan nilai dan perilaku. Saudara-saudara sekalian, Di dalam pengabdian Bung Karno menemukan kesempurnaannya; di dalam pengabdian Bung Karno menemukan arti dari sebuah kehidupan; di dalam pengabdian Bung Karno menemukan makna hidup dan hidup itu sendiri; dan dalam pengabdian Bung Karno menemukan kebahagiaan. Karena itulah saudara-saudara, marilah kita jadikan momentum kaderisasi ini, sebagai momentum untuk memperbarui diri, meluruskan seluruh tekad perjuangan, agar mencapai tingkat pengabdian sebagaimana Bung Karno tunjukkan. Marilah kita kobarkan dedication of life kita, demi Indonesia Raya. Mengakhiri pidato penggebelengan ini, saya ingin mengajak saudara-saudara sekalian untuk merenungi dan meneladani pesan yang disampaikan Bung Karno, bapak ideologis kita semua, melalui suratnya tertanggal 10 September 1966. “Saya adalah manusia biasa. Saya dus tidak sempurna. Sebagai manusia biasa saya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Hanya kebahagiaanku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada Bangsa. Itulah “dedication of life” ku. Jiwa pengabdian inilah yang menjadi falsafaf hidupku, dan menghikmati serta menjadi bekal hidup dalam seluruh gerak hidupku. Tanpa jiwa pengabdian ini saya bukan apa-apa. Akan tetapi dengan jiwa pengabdian ini, saya merasakan hidupku bahagia dan manfaat”. Soekarno, 10-9-66.” Akhirnya selamat mengikuti pendidikan. Jagalah kesehatan sebaik-baiknya, jagalah nama baik pribadi, keluarga, daerah dan Partai. semoga Tuhan Yang maha Esa memberikan rahmat, karunia dan berkah kepada kita semua. Dengan mengucapkan Bismillahirrohmannirrohim, maka Pendidikan Kader Utama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Angkatan Pertama secara resmi saya nyatakan dibuka. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Om santi, santi, santi Om. Merdeka, Merdeka, Merdeka !!! Ketua Umum DPP PDI Perjuangan MEGAWATI SOEKARNOPUTRI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar