IN MEMORIAM SDR. ACHMAD SUPARDI ADIWIJAYA
(Sambutan pada upacara pemakaman, Zaandam. Nederland,
16-02-2012)
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Inna lillahi
wa inna ilaihi rojiun
Sdr/Sdri semuanya yang terhormat,
Berita tentang musibah
yang menimpa Sdr. Achmad Supardi Adiwijaya,
bagi kita semua sangat mengejutkan sekali. Pada hari minggu , 5 Februari, Bung
Supardi ketika sedang main badminton sekonyong-konyong jantungnya berhenti bekerja. Dalam keadaan
koma Sdr. Achmad Supardi dibawa dengan ambulan ke rumah sakit. Tetapi, perawatan
di rumah sakit ternyata tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. Kejadian tersebut sangat tidak dinyana, sebab
Sdr. Supardi senantiasa kelihatan segar bugar, sehat kuat dan selalu ke
mana-mana necis pakai jas dan dasi. Memang sdr. Achmad Supardi sejak belajar di
Uni Soviet sampai di Negeri Belanda tidak menanggalkan hobinya main baminton. Pada
tanggal 10 Februari, hari Jumat kira2 jam 11.00 jantung saudara Achmad Supardi tidak
berdetak lagi. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun – Semua datang dari Allah dan
kembali kepadaNya lagi.
Sdr. Achmad Supardi
Adiwijaya lahir di Tambun (Jawa Barat) 26 Maret 1941, meninggalkan istri
tercinta Tatiana Bagdanova, dan putra-putrinya: Iman, Agustina, Saleh dan Hani.
Almarhum adalah salah satu mahasiswa yang bahagia, karena pada tahun 1962 dikirim
oleh Pemerintah Soekarno ke Moscow (Uni Soviet) untuk tugas belajar di
Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa di fakultas Ekonomi, yang oleh negara
diandalkan bisa menjadi spesialis patriotik untuk pembangunan Indonesia. Tetapi setelah pecahnya peristiwa G30S dan
disusul timbulnya kekuasaan rejim militer Suharto, yang dengan semena-mena
melakukan pelanggaran hukum dan HAM
terhadap jutaan orang tak bersalah dan melakukan
kudeta terhadap pemerintah sah Soekarno yang anti NEKOLIM (Neokolonialisme, Kolonialisme,
Imperialisme), menyebabkan Sdr. Achmad Supardi , seperti halnya ratusan
mahasiswa lainnya, tidak bisa pulang ke tanah air untuk mengabdikan ilmu yang
telah diperolehnya setelah tamat belajar. Sebab paspornya dicabut oleh pemerintah Orde
Baru Suharto melalui kedutaan Besar RI di Moscow. Maka sejak itu Sdr. Achmad Supardi
menjadi salah satu dari mereka yang dinamakan “Orang Terhalang Pulang”, atau orang
eksil. Karena pemerintah Uni Soviet memberi kesempatan
melanjutkan studi, maka sdr. Achmad
Supardi setelah tamat dari Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa melanjutkan
studinya ke Universitas Negara Lomonosov di Moscow sampai berhasil mendapatkan gelar kesarjanaan Ph.D. jur. ilmu Sejarah.
Kemudian dia bekerja di Institut Ilmu Ketimuran sampai tahun 1989.
Sebagai seorang nasionalis, semenjak pecahnya peristiwa
1965 Sdr. Achmad Supardi telah bergabung dalam organisasi Gerakan Pembela Ajaran Soekarno (GEPAS), di mana berhimpun mahasiswa-mahasiswa
nasionalis pendukung Soekarno dan ajaran-ajarannya
di Uni Soviet. Ketika pada tahun 1969 terbentuk GERPINDO (Gerakan Patriot Indonesia) di luar negeri yang merupakan
gabungan dari organisasi-organisasi kaum nasionalis-patriotik di Uni Soviet,
Cekoslovakia, Bulgaria, Rumania, Berlin Barat, dan Perancis, Sdr. Achmad
Supardi juga termasuk dalam barisan GERPINDO, yang berjuang bersama
organisasi-organisasi progresif Indonesia lainnya melawan rejim Orde Baru
Suharto, dengan menyebarkan buletin INDONESIA
BERJUANG ke mana saja termasuk ke Indonesia.
Perjalanan hidup Sdr. Achmad Supardi sebagai Orang
Terhalang Pulang akhirnya pada tahun 1989 sampailah di Negeri Belanda, yang dicita-citakan sebagai
persinggahan untuk kembali ke tanah air. Di tempat domisili baru tersebut Sdr. Achmad
Supardi aktif dalam bidang jurnalistik. Pertama-tama menjadi wartawan Sk.
MERDEKA, kemudian menjadi wartawan RAKYAT MERDEKA. Sdr. Achmad Supardi banyak meliput
kegiatan-kegiatan organisasi-organisasi masyarakat Indonesia di Belanda, di
mana banyak bergabung orang-orang terhalang pulang. Kegiatan-kegiatan tersebut
misalnya: peringatan Sumpah Pemuda, Kebangkitan Nasional, 100 Tahun Bung Karno,
Peringatan Tragedi Nasional/Kemanusiaan 1965 dan lain-lainnya. Siaran-siaran
liputan Sdr. Achmad Supardi membuka mata rakyat Indonesia, bahwa orang-orang
terhalang pulang di luar negeri tetap mantap keindonesiaannya dan
patriotismenya, tetap berjuang untuk tegaknya Demokrasi, Pancasila dan NKRI .
Dalam perjuangan politik Sdr. Achmad Supardi adalah
Pendukung berat PDI Perjuangan. Maka ketika di Negeri Belanda terbentuk KORWIL
PDIP, Sdr. Achmad Supardi aktif membantu pelaksanaan tugas-tugas KORWIL
PDIP Negeri Belanda, dan sempat menghadiri Kongres-Kongres PDIP di Semarang dan
Bali sebagai peninjau.
Demikianlah liku-liku jalan panjang kehidupan Sdr.
Supardi yang dengan gigih dilaluinya dengan jiwa nasionalis-patriotismenya.
Atas nama kawan-kawan lama seperjungan dan seorganisasi yang berada di Rusia, Cekoslovakia, Jerman, Swedia,
Indonesia dan lain-lainnya, yang tidak bisa hadir disini, kami mengucapkan
belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga besar Sdr.Achmad Supardi
Adiwijaya baik yang di Eropah, maupun di Indonesia. Semoga arwah Sdr. Achmad Supardi
diterima Allah dengan limpahan kasih sayangNya dan semoga keluarga besar yang
ditinggalkan dianugerahi ketabahan dan
kesabaran dalam situasi duka tersebut. Amien.
Selamat jalan Sdr. Achmad Supardi Adiwijaya, selamat
beristirahat di kedamain abadi.
Nederland, 16 Februari 2012,
MD Kartaprawira
(Sahabat lama seorganisasi-perjuangan, Sekretaris Korwil
PDI Perjuangan Nederland).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar