UNTUK MEMPERINGATI ULTAH LAHIRNYA PANCASILA DAN BUNG KARNO, "INDONESIA BERJUANG" MENAYANGKAN ARTIKEL-ARTIKEL BERKAITAN (8)
http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/06/megawati-pancasila-telah-dipisahkan.html
Megawati: Pancasila Telah Dipisahkan dari Bung Karno
Jakarta, GATRAnews - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri menilai, selama beberapa dekade, Pancasila telah dipisahkan dari Bung Karno sebagai pencetusnya. "Beberapa dekade, Pancasila telah dipisahkan dari Bung Karno sebagai penggalinya, dikaburkan pengertian-pengertiannya, diselewengkan, dan akhirnya secara halus dan pelan-pelan telah ditinggalkan dalam prakteknya," kata Megawati saat membacakan pidato politiknya dalam acara peringatan hari lahir Pancasila serta pengukuhan dan apel siaga Satganas PDIP, Cakra Buana di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu, (1/6).
http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/06/megawati-pancasila-telah-dipisahkan.html
Megawati: Pancasila Telah Dipisahkan dari Bung Karno
Menurutnya, kondisi ini menyebabkan Pancasila menjadi barang asing di hadapan anak-anak Indonesia. Pancasila juga menjadi sesuatu yang dilihat sebagai beban yang harus dihindari, bahkan sebagian merasa trauma dengan Pancasila. Berbagai pelanggaran dan tindakan represeif atas nama Pancasila di masa lalu, telah menjauhkannya dari gambaran idealnya sebagai ideologi bersama. Pancasila telah berubah menjadi pedang yang siap diayunkan dengan penuh kemarahan pada setiap anak negeri yang berbeda pandangan dengan pemerintah.
Akibatnnya, ini membawa bangsa ke dalam pusaran resiko maha besar. Padahal, pengalaman berbagai bangsa menunjukan, tidak ada bangsa besar yang tidak bertumpu pada ideologi yang mengakar dalam masyarakatnya. "Lihat saja Jepang, Jerman, Amerika, Inggris, Cina, dan masih banyak negara lainnya. Kesemuanya menemukan kekokohannya pada fondasi ideologi yang memiliki akar dalam nurani, dunia psikis, dan dunia imajinasi dan nalar rakyatnya," papar Mega.
Ideologilah yang menjadi alasan dan sekaligus penuntun arah sebuah bangsa dalam meraih kebesaran masing-masing, serta menjadi motif dan sekaligus penjaga harapan bagi rakyatnya. Bagi Indonesia, lanjut dia, memudarnya Pancasila di mata dan hati rakyat telah jelas akibatnya, yakni Indonesia kehilangan orientasi yang berujung pada keterpurukan bangsa secara kolektif.
Selain itu, Indonesia juga kehilangan penuntun, motif, dan bahkan kehilangan harapan. Padahal, tanpa harapan, tidak pernah ada masyarakat yang bisa menjadi besar. "Harapan adalah salah satu kekuatan maha besar yang mampu memelihara daya hidup individu dan kolketif. Harapan adalah energi induk bagi semua kemajuan. Dan harapan yang disediakan sebuah ideologi adalah berlipat-lipat kekuatannya," tandas Mega.(IS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar